Part 6

15K 528 6
                                    

Author POV

Yoku dan Kashiya telah berada di café tempat biasa mereka kongkow atau sekedar bertukar cerita. Kashiya yang tak kunjung menghentikan rasa penasarannya, akhirnya Yoku membawa Kashiya untuk pergi keluar dan menceritakan semuanya. Karena hanya dengan Kashiya lah ia bisa terbuka, tanpa merasa terbebani. Karena sejak peristiwa malam itu, sampai sekarang ia masih merasa bersalah dengan kedua orangtuanya.

"Jadi, kau akan tetap menikah dengan si Adit adit itu?"

"Iya, Kash. Aku tidak ingin mengecewakan orangtuaku lagi."

"Tapi, orangtuamu hanya tahu kalau aditya itu single, namun dia bilang padamu kalau dia mempunyai seorang yang dicintai?"

Kashiya menggelengkan kepalanya melihat ekspresi tenang sahabatnya itu. Sedangkan Yoku, meski awalnya merasa berat sekarang ia mulai berpikir secara ringan dan lebih mengikuti alurnya saja.

"Tapi menurutku dia belum mempunyainya."

"Kalau dia punya?"

"Aku harus menaklukannya."

"Gila! Kalau posisinya sekarang dia mempunyai kekasih, kau akan terus berusaha untuk memilikinya? Kau, menjadi perusak hubungan orang lain begitu?" Kashiya mengecilkan intonasinya di akhir kalimatnya.

Tidak ada jawaban dari Yoku. Gadis itu tampaknya sedang memikirkan sesuatu, ia terlihat lebih baik dari hari kemarin memang. Walaupun kenyataannya semakin hari semakin rumit saja masalahnya.

"Kau, ikut aku!"

Yoku dan Kashiya tampak terkejut dengan kedatangan seseorang ke mejanya.

"Hei! Siapa kau?" Kashiya yang melihat pria tak dikenal itu menarik lengan Yoku tiba-tiba, membuat ia terpancing.

"Jangan ikut campur urusan kita." Tegas pria itu pada Kashiya. Beberapa detik Kashiya terdiam sebelum akhirnya terduduk lemas menyadari sesuatu.

"Oke." Dengan santai, Yoku mengikuti perintah pria itu, yang tak lain adalah Aditya.

"Gosh! Jadi, dia pria yang akan menikah dengannya?" tak bisa berbuat apa-apa, KAshiya memandang lemas pada Yoku yang dibawa paksa oleh Aditya. Diminumnya sekali teguk kopi yang sudah menghangat.

__

"Ayah memajukan tanggal pernikahannya. Apa kau dalang dibalik ini semua, hah?" tekan Aditya setelah berhasil membawa Yoku ke parkiran.

"Tidak."

"Tidak? Ck, haruskah aku percaya?" frustasi, ya pria itu terlihat sangat frustasi saat ini. Jauh berbeda dengan Aditya yang pertama kali Yoku lihat.

"Terserah. Dan berhenti memojokanku mulai detik ini." Dengan nada yang masih stabil, Yoku berusaha untuk mengingatkan Aditya.

"Tidak akan! Sebelum pernikahan kita batal!"

"Cemen." Yoku mendesah kecil, kedua matanya menatap dalam pada Aditya saat mengeluarkan satu kata ejekan.

"Apa kau bilang?"

"Hahh! Kurasa aku harus mempersiapkan batinku karena harus menikah dan menjalani rumah tangga dengan pria sepertimu." Sambil berlalu Yoku mengungkapkan kalimat yang terkesan meremehkan itu.

"Apa yang....Hei! tunggu!" lagi, Adit menahan lengan Yoku sedikit kencang. Pelan, yoku mendesis sakit karena di tempat yang sama Aditya mencengram lengannya.

"Apa lagi? kalau untuk menuduhku atau mengeluh, biarkan aku pergi!" tanpa menghadap pada Aditya, Yoku berbicara.

"Aku hanya ingin tahu, kenapa kau tidak ingin membatalkan perjodohan ini?" kini ia berada tepat di depan Yoku, melihat gadis itu enggan berpaling padanya.

"Sudah aku katakan, aku mencintaimu." Dengan sedikit jeda, tetapi Yoku berhasil mengatakannya. Ia harap Aditya mempercayainya.

"Aku tidak butuh omong kosong itu, karena aku yakin ada alasan selain...."

Cup

Tiba-tiba satu kecupan mendarat di pipi kanan Aditya. Yah, Yoku melakukannya. Ia mengecup lama disana. Berusaha meyakinkan Aditya kalau ia benar-benar mencintainya. Meski kenyataannya, ia belum mencintai pria yang tengah diciumnya itu.

Dengan gugup, Yoku menjauhkan wajahnya dari hadapan Aditya. Pria itu masih terdiam dengan pandangan kosong.

"Aku, pergi dan hati-hati di jalan" dengan sedikit gemetar Yoku mengeluarkan kata-kata spontan, membuat ia merutuki diri setelah berjalan agak jauh dan menyadari apa yang abrusan ia katakan pada Aditya.

"Kenapa harus kalimat itu yang keluar dari sekian kalimat yang sudah ku rencanakan?" desahnya penuh sesal.

__

Yoku POV

Ya Tuhan... 

apa yang sudah ku lakukan pada Adit? ini sangat memalukan. apalagi aku seorang perempuan, bagaimana bisa aku seberani tadi? ck,

"Yoku, Hello?!"

"O-oh?" 

aku mengerjap ketika sebuah tangan bergerak-gerak di depan wajahku.

"Apa yang kalian lakukan tadi? Apa dia menyakitimu? kau terus melamun setelah bertemu dengannya."

"Kash, aku... aku tadi menciumnya."

"HAh?! disini?" KAshiya menunjuk bibirnya.

"Bukan, hanya di pipi. tapi, aku melakukannya spontan. aku juga tidak tahu bisa berani untuk menciumnya. Kash... " keluhku pada Kashiya. 

"Tunggu! kenapa jadi down begitu. katanya mau naklukin dia?"

aku diam beberapa saat menyimak jawabannya. apa itu artinya, dia mendukungku?

"Kash..kau ada di pihakku? kau tidak berpikir aku jahat kan?"

"Sejujurnya, bukannya aku ada dipihakmu. hanya saja, aku berpikir kalau dia mempunyai kekasih kenapa disaat ia akan diodohkan bukannya memperkenalkan kekasihnya atau melamar kekasihnya, tetapi malah senang sekali membuat masalah denganmu. itu malah lebih panjang urusannya kan?" katany santai. 

Benar juga apa yang dikatakan Kashiya. jangan-jangan ia hanya berbohong, supaya aku menyerah dan menghentikan perjodohan ini. atau, dia memang belum siap menikahi kekasihnya jika memang ia memiliki kekasih?

"Mending cari tahu dulu, keseharian dia bagaimana. kau satu kampus dengannya kan?"

"Tapi, aku belum pernah melihatnya."

"Mulai sekarang kau harus mulai memperhatikannya. dan masalah ciuman itu, jangan sampai membuatmu menjadi gugup di depannya. itu akan melemahkanmu dan jalan untuk menaklukannya menjadi sangat sulit."

"Hm."

"Hei, jadi kau sungguh ingin menikah dengannya?" Kashiya menatapku tak percaya.

"Kita tidak pernah tahu kan siapa jodoh kita? ya, bisa jadi Adit jodohku, walaupun awal ceritanya tidak mengenakan seperti saat ini."

terdengar seperti sebuah harapan? memang. aku hanya manusia yang menginginkan pernikahan yang abadi, meski aku belum mencintainya aku berharap cintaku dan cintanya akan bersemi suatu hari nanti. 

"Kita bicara pahitnya. kalau kalian sudah menikah, dan  mengalami suatu kesulitan, apa kau masih memperjuangkannya?"

"Tentu, meski aku hanya berjuang sendirian."

__

hohoho... 

menurut kalian bagaimana part ini? 

ditunggu vomennya yaaaa ^^ see youuuu...

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang