Sepertinya aku tertidur lama sekali. Aku bangun dan merasakan tubuhku sudah segar kembali. Seseorang mengintip dari balik pintu. Ketika ia melihatku sudah terbangun ia masuk dan menyapaku
"Selamat Malam Miss Amore, apakah anda membutuhkan sesuatu?" tanya seorang lelaki paruh baya. Sepertinya dia adalah Lue. Rambutnya sudah penuh dengan uban, kakinya sedikit pincang karena aku melihat caranya berjalan sedikit diseret. Wajahnya memancarkan keletihan.
Aku tak tega melihatnya "Apakah kakek adalah Lue?" tanyaku sopan.
"Benar, apakah Miss Amore lapar? Aku akan mengambilkan makanan untuk anda." katanya dengan logat yang sangat formal.
"Tidak apa-apa aku sudah baikkan, aku bisa mengambilnya sendiri dan jangan panggil aku Miss Amore cukup panggil Ame saja." kataku ramah. Dia hanya membalas dengan tersenyum.
"Kakek Lue bisakah kau mengantarku berkeliling, aku bosan berada di kamar." kataku meminta tolong.
"Silahkan Miss, sebelumnya kau harus berganti pakaian terlebih dahulu. Pakaiannya sudah diletakkan di kamar mandi." katanya menjelaskan.
Aku berjalan ke arah kamar mandi dan menemukan baju yang digantungkan di gantungan kamar mandi. Baju itu sangat indah berwarna merah gelap seperti warna darah yang pekat. Baju ini seperti gaun mewah dengan bawahannya selutut, atasannya dihias oleh tali spageti yang sedikit rumit tapi indah, bagian dadanya terbuka sedikit dan ditepiannya menempel hiasan bunga kecil-kecil.
Gaun ini sangat membentuk lekuk tubuh dan benar-benar ketat membuatku canggung memakainya. Untung saja ada selendang yang menutupi bagian atasanku. Aku bingung keluar dari kamar saja harus memakai pakaian seperti ini. Aku menggelung rambutku dan menyisakan sedikit rambut yang menjuntai di depan telingaku. Aku keluar kamar mandi sambil menarik-narik gaunku supaya melebihi lutut karena aku kurang nyaman dengan baju yang terbuka seperti ini. Kakek Lue hanya tersenyum melihat ketidak-nyamananku.
"Kau akan terbiasa memakai baju itu Miss." katanya tersenyum ramah.
Aku hanya meringis dan mengikutinya keluar kamar. Di luar kamar ternyata terdapat lorong-lorong yang sangat memusingkan. Jika tidak ada Kakek Lue, aku bisa tersesat di rumah ini. Lagi pula rumah macam apa yang memiliki labirin seperti ini. Sangat cocok dijadikan sebagai tempat petak umpet.
Dinding-dindingnya berwarna merah tua hampir sama dengan warna gaunku. Karpet merah dihamparkan disepanjang jalanan lorong. Ada beberapa guci dan lemari keramik yang mengisi setiap lorong. Sebenarnya lorong ini akan terlihat kosong dan hampa jika tidak ada hiasan seperti guci dan lemari. Guci-guci maupun lemari ini berwarna hitam mengkilap dengan motif-motif seperti naga api yang mengelilingi lekukan guci. Benar-benar selera yang gothic.
Mataku sakit melihat ke sekeliling rumah ini yang serba merah. Seperti rumah vampire saja! Apa mata mereka tidak sakit? Benar-benar rumah yang tidak sehat. Kakek Lue membawaku melewati lorong-lorong ini dengan berbelok beberapa kali. Aku tidak akan bisa pergi ke kamar Jake sendirian. Aku pasti akan tersesat di rumah ini. Tapi aku mengagumi arsitektur rumah ini.
Setiap lorong mempunyai patung yang berbeda-beda. Seperti melambangkan dewa-dewa pada setiap lika-liku lorong. Pada beberapa lorong aku mengenali nama-nama patung dewa yang sedang bertengger disetiap pojokan. Seperti Dewa Eblis yaitu setan dalam versi Persia yang berarti keputusasaan, Dewi Hecate-Ratu sihir, dan Dewi Lilith yaitu iblis yang kuketahui sebagai istri pertama adam sebelum hawa tapi aku tak tahu mengenai kebenaran dari cerita tersebut.
Selain itu ada lukisan-lukisan yang mengerikan di gantung sepanjang lorong. Banyak yang melukiskan adegan-adegan persembahan dengan mengorbankan manusia untuk para dewa-dewi. Yang paling menarik perhatianku adalah lukisan yang menggambarkan kejadian seorang wanita diikat oleh semacam tali yang bercahaya. Wanita itu di angkat dalam posisi terbalik dan ada seorang pria di bawahnya dengan mulut menganga seperti hendak menelannya bulat-bulat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Prince
RomanceDia adalah mimpi burukku. Hidupku takkan pernah sama lagi semenjak ia hadir dalam kehidupanku. Aku ingin lari menjauh darinya tapi entah mengapa takdir selalu mempertemukan kami. Apakah benar takdir? Atau memang kami yang selalu mencari satu sama la...