Aku berdiri di tengah hutan belantara. Pohon-pohon ek menjulang tinggi. Dedaunannya menutupi cahaya matahari masuk membuat keadaan sekitar terasa teduh. Burung-burung berkicau membentuk nada yang harmoni. Tanah yang kupijak saat ini terasa lembab disebabkan oleh tetesan embun yang menetes dari daun-daun. Beberapa semak-semak bergemerisik terkena hembusan angin. Aku menghirup udara segar dan menghembuskannya. Terakhir kali yang kuingat aku berada di pinggir sungai bersama Porshe.
Terdengar suara gemerisik daun yang telah gugur di tanah menandakan ada seseorang yang sedang berjalan ke arah sini. Aku langsung siaga dan mencari tempat perlindungan takut kalau-kalau seseorang dari Black Kingdom mengincarku. Aku bersembunyi di belakang pohon ek yang batangnya lumayan tebal sehingga dapat menutupi keberadaanku. Aku mengintip dari balik pohon ek mencari sosok yang hendak menghampiriku tadi tapi aku mendapati keadaan kosong. Tidak ada siapa-siapa. Aku mundur beberapa langkah untuk memperjelas pandanganku mengamati sekeliling dihadapanku sampai punggungku menubruk seseorang. Aku nyaris terjungkal karena terkejut kalau bukan karena tangannya menahan pinggangku agar tidak terjatuh. Dan aku melihatnya. Jake!
Aku panik dan langsung mendorong dadanya menjauh. Jake mundur beberapa langkah dan menatapku dengan pandangan terluka.
"Mau apa kau menemuiku? Kau mau menyeretku dan menyerahkanku kepada ayahmu sehingga ia bisa memakanku?" tuduhku kepadanya. Tanganku meremas batang pohon ek dibelakangku untuk menyembunyikan tanganku yang gemetaran. Aku melihat rahangnya mengeras mendengar tuduhanku kepadanya.
"Aku minta maaf kalau kau merasa seperti itu. Tapi aku takkan melakukannya." katanya tanpa ekspresi.
"Oh yeah? Bagaimana aku bisa mempercayaimu sedangkan aku telah melihat buktinya berkata lain dengan mata kepalaku sendiri." kataku membentaknya.
Aku tidak boleh terlihat lemah dihadapan Jake karena ia bisa memanfaatkan kelemahanku. Ia melangkah mendekatiku memegang pergelangan tanganku menariknya dan mengangkatnya sehingga menjadi penghalang antar dada kami. Matanya menatap tajam ke arahku. Aku membalas tatapannya dengan melototinya tidak mau terlihat ketakutan padahal kakiku sudah gemetaran sejak tadi.
"Jika aku ingin membunuhmu, aku akan melakukannya saat ini juga atau lima menit yang lalu atau saat kau tertidur di kamarku. Tapi aku tidak melakukannya bukan?" katanya dengan menggertakkan gigi. Aku sempat merona ketika teringat bahwa aku pernah tertidur di dalam pelukannya saat di kamar Jake.
"Mungkin saja kau punya alasan untuk menundanya." kataku tak mau mengalah.
"Memang." katanya tidak mengacuhkan tuduhanku.
"Saat ini kau sedang berada dimana? Aku akan menyusulmu." lanjutnya. "Apa maksudmu? Jelas-jelas aku tepat dihadapanmu." kataku bingung dengan ucapannya.
"Tidak, aku sedang berada di dalam pikiranmu." katanya tersenyum misterius.
"Maksudmu aku sedang bermimpi? Kau berada di dalam mimpiku?" tanyaku tak percaya.
"Bisa dikatakan seperti itu." katanya sambil menggaruk dagunya yang tidak gatal. Kalau begitu aku harus bangun dari tidurku agar aku bisa menghindari Jake. Aku tak tahan berada di dekat Jake. Hatiku terasa perih jika teringat ia telah mengkhianatiku. Aku memukul kepalaku dengan tangan dan menggunakan kata-kata 'Bangun' berulang kali agar aku bisa keluar dari mimpi yang aneh ini. Jake menyadari usahaku agar keluat dari mimpi ini. Ia menarik tanganku agar aku berhenti memukul kepalaku.
"Apa yang kau lakukan? Aku belum selesai bicara denganmu." tanyanya panik karena lama kelamaan sentuhan Jake tidak terasa di kulitku dan bayangannya pun memudar. Aku terbangun terkejut mendapati diriku berbaring di atas pasir yang cukup lembab. Aku menyipitkan mataku karena silau terkena teriknya matahari pagi. Mataku mencari-cari Porshe. Ternyata ia sedang duduk di dekat bebatuan di pinggir sungai. Aku segera menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Prince
RomanceDia adalah mimpi burukku. Hidupku takkan pernah sama lagi semenjak ia hadir dalam kehidupanku. Aku ingin lari menjauh darinya tapi entah mengapa takdir selalu mempertemukan kami. Apakah benar takdir? Atau memang kami yang selalu mencari satu sama la...