Biar Bagaimanapun Semua Ini Benar-benar Salah

51 1 6
                                    

Untuk menjalani masa-masa SMA dengan wajar sangatlah susah bagiku. Kau tahu? Setiap orang menginginkan masa SMAnya terkenang baik. Tapi tidak semua orang dapat mewujudkannya. Salah satunya adalah diriku. Aku hanyalah seorang penyendiri busuk yang bahkan wali kelasku sendiri tidak dapat mengingat namaku dengan baik. Walau aku benci mengakuia, aku benar-benar kesal dengan apa yang wali kelasku perbuat padaku ini. Ya setidaknya aku tidak perlu repot-repot memberikan contekan kepada teman, maksudku sampah yang tidak mau belajar. Mungkin hanya beberapa hal yang dapat ku banggakan, salah satunya aku benar-benar tampan. Adikku sendiri yang bilang jika aku terlihat tampan saat aku sedang tidur. Aku sendiri bingung itu sebuah pujian atau hinaan. Tapi aku tidak ambil pusing dan menganggap itu sebuah pujian. Dan juga karna aku tidak ingin terjebak dalam hubungan siscon, walau sebenarnya adikku sendiri sedikit imut. Tunggu, imut? Mungkin lebih tepatnya menyebalkan. Sifatnya yang terkadang membuatku jengkel adalah kelebihannya.

"Heeee... jadi aku memanggilmu kesini hanya untuk mendengarkan cerita konyol itu?".

"Maaf, itu semua salah ibu karna menanyakan hal yang tidak-tidak".

"Oh ya?"

Bu Tika melihatku dengan mata menggoda. Dia tahu bahwa akulah orang yang cocok untuk dia permainkan. Mungkin jika diibaratkan dengan hewan, bu Tika adalah elang dan aku kupu-kupu. Elang tidak akan memakan kupu-kupu, namun dapat mengintimidasinya. Situsi seperti ini benar-benar menyebalkan. Aku sudah seperti katak dalam tempurung saja. Hanya bisa memandang jauh ke luar jendela sambil berdiri di depan bu Tika.

"Pokoknya, aku mau kau menceritakan masa SMAmu, ini sebagai hukuman karna kau terlambat".

"Ku pikir ibu sudah mendengar semua yang barusan ku ceritakan".

"Kau bodoh ya? Yang seperti itu namanya hanya cerita konyol yang tidak masuk akal". Lagi-lagi bu Tika meledekku dan memandangku dengan penuh nafsu.

"Maaf, tapi bisakah ibu berhenti memandangiku dengan tatapan seperti itu? Aku tau ibu lajang tapi..".

"Gueh...".

Sebuah pukulan telak mengenai perutku. Mungkin bagian ulu hatiku terkena sehingga aku merintih kesakitan.

"Yaampun, kau ini benar-benar anak kurang ajar ya".

"Aku tidak mau tahu, pokoknya besok kau jangan terlambat lagi, satu lagi, kerjakan tugas ini bersama temanmu".

Teman? Seharusnya beliau mengetahui anak busuk sepertiku tidak memiliki satu teman pun. Dan sekarang dia malah menyuruhkuh melakukan hal aneh bersama temanku.

"Anu, ku pikir ibu tahu bahwa aku adalah tipikal orang yang lebih suka bekerja sendiri, jadi..".

"Bukannya aku tadi sudah bilang kalau aku tidak mau tahu? Pokoknya kerjakan dan sekarang kau boleh meninggalkan ruangan ini".

Apaboleh buat, aku meninggalkan ruangan itu dengan menyisakan luka yang mendalam. Bukan karna pukulan keras tadi, tapi hinaan untuk orang sepertiku yang harus mengerjakan apa yang dia suruh dengan seseorang yang ku panggil teman.

Sampai Kapan pun Kesalahpahaman Ini Benar-benar Tak BerujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang