Apa Yang Chika Lakukan Benar-benar Salah

28 0 0
                                    

Tidak ada lagi yang harus ku lakukan di ruangan itu. Aku benar-benar terlepas dari omelannya. Untuk sementara waktu aku dapat menarik nafas panjang dan menikmati langkahku menuju kelas sebelum tugas sialan ini dikumpulkan. Sekolahku SMA Shinta berada di dataran tinggi. Bisa dibilang sekolahku ini berada di pegunungan. Udaranya yang sejuk dan kicauan burung adalah favoritku. Daripada menghabiskan jam istirahat di kelas hanya untuk mengobrol dengan orang yang kau anggap teman. Aku lebih memilih menghabiskan jam istirahatku duduk di teras gudang yang menghadap ke hamparan pepohonan di tempat yang lebih rendah dari sekolahku. Bisa dibilang seleraku yang terbaik di sekolah ini. Karna tidak ada orang selain aku yang menghabiskan jam istirahat di sini sambil menikmati pemandangan yang indah ini. Ya seumpama ada orang lewat di depanku dan kebetulan dia melihat ke arah yang sama denganku, mungkin orang itu akan iri dan akan berusaha merebut tempatku ini pada jam istirahat besok.

Jam istirahat pun berakhir. Aku segera kembali menuju kelasku

*tap tap tap*

"Hmm?".

*tap tap tap*

"T-tungu"

*bruk*

Seseorang menabrakku. Dan kami berdua terjatuh seketika

"Aduuuh...".

"Kau tidak apa-apa?".

"Lain kali jangan menghalangi jalanku dong, aku harus segera ke perpustakaan untuk mengembalikan buku sebelum kembali ke kelas".

"Hei hei, seharusnya yang protes itu aku, karna kau menabrakku begitu saja"

"O-okey ini salahku. T-tunggu, apa-apaan dengan ekspresimu itu?".

"Seharusnya kau tampak kesal karna telah ku tabrak, bukannya memasang tampang datar seperti itu".

"Heee... disaat seperti ini kau malah mengkritim ekspresiku"

"Ah pokoknya aku harus segera kembali ke kelas sebelum bu Tika menegurku kembali"

"O-okey, bye"

Aku pergi meninggalkannya sendiri

"Yaampun, apa-apaan gadis aneh itu", gumamku sambil berjalan.

Aku berjalan perlahan menuju kelas. Sudah hampir sampai aku ke kelas, namun tiba-tiba seseorang menghadangku.

"Ampun deh anak ini selalu terlambat"

"Maafkan aku" hanya itu yang dapat kuucapkan, dan juga kuucapkan sesederhana mungkin.

"Kali ini Chika juga ikut-ikutan dirimu, apa kau bersama Chika?".

"Untuk meluruskan kesalahpahaman ini aku harus mengatakan sesuatu. Satu, aku tidak punya teman. Dua, siapa Chika itu? Tiga, kenapa ibu mengira aku bersama Chika?"

"Hooo.. sekarang kau berani mengajukan pertanyaan bodoh kepadaku"

"Ya hanya ingin menggaris bawahi saja"

*tap tap tap*

Terdengar suara sepatu beradu dengan lantai dari kejauhan. Dari suaranya bisa kutebak ini adalah suara sepatu dengan bagian heel sedikit lebih tinggi.

"Ma-maaf... bu Tika, saya minta maaf".

"Hmmph?".

Terdengar suara cewek berteriak dari kejauhan. Seketika aku melihat ke arahnya dan menyadari sesuatu. Suara itu berasal dari seseorang yang menabrakku tadi.

"Oh Chika rupanya, jadi benar kau terlambat karna kau berduaan dengan hendar?".

"Eh, jadi dia yang bernama Chika?".

"Hahaha, walau baru satu minggu pembentukan kelas kau harus menghafal nama temanmu".

"Anu, maaf bu Tika saya terlambat"

"Tadi saya harus mengembalikan buku ke perpustakaan. Namun seseorang menabrakku".

"Hei, bukannya kau yang menabrakku?".

"Eh, k-kau orang yang tadi?"

"Oh jadi kalian melakukan adegan ini dan itu di waktu istirahat?"

Lagi-lagi bu Tika meledek. Tidak tanggung-tanggung dia mengira kami melakukan hal yang tidak-tidak. Benar-benar situasi yang tidak menguntungkan bagiku. Harus berdiri di depan guru lajang ini dengan gadis yang tak ku kenal. Benar-benar kejam sekali. Ku harap dewa keberuntungan sedikit berpihak kepada ku.

"Ok, karna kalian tidak saling kenal, jadi cepat berkenalan di depanku"

"Benar-benar merepotkan ibu ini".

"Oh jadi kau ingin merasakan tinjuku lagi?". Bu Tika meremas tangannya bersiap untuk memukulku.

"Tidak tidak, aku benar-benar tidak menginginkannya".

"Kalau begitu kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?"

"Iya baiklah. Anu, namaku Hendar, Hendar Suhendar. Salam kenal".

"E-e, namaku Chikaria Chika. Salam kenal".

Apa-apaan dengan perubaham ekspresi itu dalam selejap. Dari malu menjadi sok imut? Benar-benar aneh menurutku. Sepertinya dewa keberuntungan benar-benar jauh dari diriku. Aku sudah tidak tahan lagi. Ku harap situasi seperti ini cepat selesai dan aku bisa duduk di bangkuku sambil mendengarkan guruku. Maksudku sekedar mendengarkan, karna aku ini anak yang pintar.

Sampai Kapan pun Kesalahpahaman Ini Benar-benar Tak BerujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang