CURSE. 03

1.6K 150 31
                                    

"Selamat datang, bagaimana sekolahmu?" Aku mencium pipi nenek sebelum menjawab pertanyaannya. Aku hanya tersenyum memperlihatkan bahwa hari ini aku baik-baik saja dan ia mengangguk sebelum balas tersenyum padaku. "Dimana ibu? Kenapa Zee yang berdiri di bagian kasir?" Tanyaku sebelum nenek pergi menyiapkan beberapa pesanan membantu Ig. "Ig dan Jazmin lupa membeli beberapa bahan jadi ibu mu harus pergi belanja sekarang. Uhm kau mau membantu kami atau pergi ke toko buku?" Tanya nenek. Aku terdiam sejenak. Melihat dibalik pintu dapur, kedai ibu lumayan ramai hari ini dan sepertinya Taylor harus bekerja sendiri mengantar beberapa pesanan pelanggan. Ya karena aku bukan termasuk gadis yang kurang ajar dan sangat tau diri, aku memutuskan membantu mereka sebelum pergi ke toko buku.

Aku membantu Taylor mengantar beberapa pesanan. Sebenarnya ini tugas Zee, Taylor dan juga Emma. Hanya saja tadi kutanya Tay dimana Emma, ia hanya menjawab "Mungkin telat. Dia kan harus kuliah". Sebenarnya aku tidak biasa menjadi pramusaji. Jika aku sedang berkunjung kesini, biasanya aku berada di bagian dapur bersama nenekku. Aku lebih suka membuat pesanan dan menghias beberapa kue atau camilan yang dipesan pelanggan.

"Kris sudah pulang. Kau bisa beristirahat sekarang." Bisik Zee setelah aku selesai mengantar sebuah kopi dan teh untuk sepasang kekasih yang berkunjung ke kedai ibu. "Tak apa. Lagipula Emma juga belum datang. Aku masih bisa membantu kalian." Balasku seraya tersenyum. "Oh tidak Kara, Emma sudah ada dibelakang sedang ganti baju." Ucapnya lalu pergi mengantar pesanan. Pun aku segera masuk ke dalam dapur setelah mencium pipi ibu yang sudah berdiri berhadapan dengan mesin kasir.

"Mau ku bantu?" Tanyaku pada nenek. Ia hanya menggeleng tanpa memalingkan wajahnya pada beberapa muffin yang sedang ia buat. "Apa ada yang bisa kubantu?" Tanyaku sekali lagi dan ia tetap membalas dengan gelengen kepala. Aku tetap berdiri di sampingnya sambil melihat Ig yang sedang sibuk menyiapkan beberapa minuman, melihat Jazmin yang sedang membuat kentang goreng dan pancake dan semacamnya, melihat Jemma--sejujurnya dia adalah adik Jazmin, tapi wajah mereka berbeda karena mereka saudara tiri--yang sedang sibuk memotong sayur dan buah untuk salad. "Nenek aku bosan." Ucapku manja. Entah kenapa aku berani menunjukan sikap manjaku yang membuat nenek ku refleks menoleh kearahku. Ia mengelus pipiku ketika aku meletakkan kepalaku di pundaknya.

"Pergilah keluar, Kara. Aku tau kau butuh keluar, sayang." Ucap nenek lembut. Aku mendengus kecil karena kecewa tidak bisa membantu nenek. Pun aku keluar lewat pintu belakang. "Baby bear, minta izin pada ibumu. Aku tak ingin melihat ia khawatir." Ucap nenek sebelum aku berhasil keluar. Aku menyengir karena lupa meminta ijin pada ibu. Pun aku kembali hendak menemui ibu.

"Aku akan pergi keluar. Kembali secepat mungkin setelah aku menemukan buku Peter Pan edisi Pertama yang masih di segel, bu." Ucapku sambil tertawa. Ibu hanya memukul bokongku pelan yang kubalas dengan cengiran manjaku. Aku memilih keluar dari pintu depan. Aku berdiri mematung mengamati seorang pria duduk sambil menatap langit. Kurasa aku tak asing dengan wajahnya tapi aku lupa pernah bertemu dengannya dimana. Selang beberapa detik, pria itu berubah menatapku begitu dalam dan tiba-tiba hujan deras turun. Aku bergidik ngeri karena itu sangat tiba-tiba bahkan tak ada tanda-tanda akan turunnya hujan. Pun aku memutuskan untuk kembali masuk dan memilih duduk di tempat yang masih kosong sambil mengamati hujan lewat jendela. Aneh, sejak tadi udara begitu hangat dan tak ada tanda-tanda akan turunnya hujan selebat ini. Atau mungkin.. Ah tapi tidak mungkin manusia biasa seperti pria tadi bisa menurunkan hujan. Atau mungkin dia penyihir? Atau pawang hujan? Eh tapi kelihatannya dia seumuran denganku. Aku yang penasaran dengan pria tadi mencoba melihatnya dari tempatku dan betapa kagetnya aku melihat bangkunya kosong hanya meninggalkan gelas kosong dimeja yang belum dibereskan oleh Fred.

Aku memutuskan membaca beberapa buku yang sengaja kubawa kemanapun aku pergi. "Hey, ada kiriman waffle dan juga milkshake coklat dari Kris untukmu. Nikmatilah." Emma kini berdiri di sebelahku seraya meletakkan sepiring waffle dan segelas milkshake coklat favoritku. Pun aku tersenyum pada ibu karena ia menyadari aku masih disini terjebak hujan lebat yang disebabkan oleh laki-laki tadi. Atau mungkin aku akan terjebak disini sampai kedai ini tutup nantinya.

CURSEWhere stories live. Discover now