Aku terbangun dan melihat ruangan yang asing bagiku. Ruangan yang baunya begitu menyiksa hidungku, ruangan yang di dominasi dengan warna putih. Apa ini yang dinamakan surga? Tapi ya Tuhan, baunya jauh dari yang aku bayangkan tentang surga. Aku melirik kearah seorang wanita yang duduk di kursi tunggu sambil memainkan ponselnya. "Aku dimana?" Tanyaku dengan suara lirih.
Yang kulihat, wanita itu memutar bola matanya sebelum manjawabku. "Kau tidak perlu mendramatisir seperti itu." Ucapnya lalu meniup permen karetnya hingga menggelembung dan pecah. "Kau di klinik sekolah. Tadi Jack tidak sengaja melempar bola basket dan mengenai mu. Dan kau pingsan. Uh kau tadi terlihat lemah sekali." Lanjutnya lalu tertawa mengejek ku.
Aku membulatkan mataku kearahnya lalu ia berhenti menertawai ku. Mencoba mengingat apa yang terjadi, jantungku berdetak cepat. Aku ingat apa yang baru saja menimpa ku. Siapa yang baru saja melempar kutukannya padaku, pada hidupku.
Aku ingat matanya yang seperti menerawang bagaimana hidupku nantinya. Aku ingat apa yang ia ucapkan ''Hati-hati atau akan tersakiti''. Aku masih susah mengartikan apa maksudnya. Aku harus berhati-hati dari apa? Apa yang akan menyakiti ku nantinya? Apa maksudnya dengan semua ini?
"Hey, kau lupa ingatan ya?" Rachel melambaikan tangannya tepat di depan wajahku. Sontak aku langsung meliriknya. Gadis satu ini cukup menyebalkan kurasa. Dia terlalu blak-blakan jika bicara pada orang lain.
"Aku baik saja." Jawabku sewot. Dia hanya mengangguk lalu kembali menatap layar ponselnya.
Merasa tidak enak padanya, akupun meminta maaf dan ia hanya tersenyum membalas senyumanku."Rachel, boleh ku bertanya?" Aku merebut perhatian Rachel dari ponselnya. Ia hanya mendongak kearah ku tanpa membuka suara. "Kau pernah berbicara dengan Harry?" Lanjutku.
Ia diam seakan berfikir atau mungkin mengingat kapan ia bicara dengan Harry. "Oh pernah. Tapi aku lupa kapan tepatnya. Yang kuingat, itu sudah lama sekali dan itu menjadi percakapan yang pertama dan terakhir kami." Jelasnya lalu mengalihkan perhatiannya ke ponsel lagi.
"Boleh kutau isi pembicaraan kalian?" Tanyaku lagi masih penasaran.
Rachel kembali terdiam seakan ia benar-benar mencoba mengingat apa yang mereka bicarakan. "Oh aku ingat." Ucapnya tiba-tiba membuatku sedikit terkejut. "Tidak banyak yang kami ucapkan." Lanjutnya. Kini Rachel malah tersenyum lebar padaku.
"Boleh ku tau apa yang kalian bicarakan?" Tanyaku semakin penasaran.
"Tahun pertama di sekolah, hampir semua orang tau bagaimana anehnya dia. Awalnya aku merasa penasaran dengannya, jadi aku mendekatinya. Kata pertama yang keluar dari mulut ku hanya 'hai'." Ia menghentikan ceritanya untuk membuang permen karet dari mulutnya. "Lalu yang ku ingat ia hanya menyuruhku menjauh tapi yang terjadi malah teman-temanku menjauhiku. Mereka pikir aku telah di kutuk oleh Harry." Jelasnya lagi.
Aku hanya mengangguk setelah mendengar penjelasannya. Kurasa itu bukan kutukan. Harry hanya ingin Rachel menjauh darinya, karena mungkin ia tak menyukai Rachel.
"Kau sudah baikan? Bisa kita pergi? Aku tidak begitu suka bau ruangan seperti ini." Tanya Rachel. Pun aku segera turun dari tempat tidur---yang juga berbau obat dan sangat aneh---dan Rachel membantu ku.
Aku dan Rachel keluar dari ruangan, menatap koridor yang sangat sepi. Kurasa para siswa sedang mengikuti pelajaran. Dan jika Rachel ketahuan membolos kelas, namanya akan masuk kedalam buku jurnal kedisiplinan kepala sekolah kami. Walaupun alasannya karena aku.
Pun kami berdua memutuskan untuk ke halaman belakang sekolah. Sebenarnya aku belum pernah kesana. Tapi Rachel berhasil meyakinkan ku bahwa disana tempat yang aman untuk membolos.
"Kita diam disini saja. Aku jamin aman." Ucapnya. Pun ia mengajakku duduk di antara batu dan rerumputan. Aku memilih duduk di rumput kering disebelah Rachel yang sudah terlentang di sampingku. "Kau tau, aku sebenarnya tidak percaya Harry sejahat itu." Ucapnya lagi.
Aku menatapnya penuh tanya. Jelas-jelas Harry mengutukku tadi, dan dia mengatakan Harry tidak jahat?
"Kenapa menatapku seperti itu?" Tanyanya. Rachel merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebatang rokok. Ia meletakkan ujungnya di bibir tebalnya. "Kau punya korek?" Tanyanya lagi padaku. Aku hanya menggeleng. Kembali menatap langit yang cerah.
Taman belakang disini tidak terlalu buruk. Ada banyak pohon besar dan juga rumput hijau. Aku mengedarkan pandangan, mencoba menghitung berapa pohon yang tumbuh disini. Tiba-tiba mataku terpusat pada seseorang yang sedang duduk di bawah pohon tak jauh dariku. Aku menyipitkan kedua mataku mencoba fokus pada wajahnya.
"Rachel, bukankah itu Harry?" Tanyaku seraya menggoyangkan tubuh Rachel ketika aku menyadari bahwa seseorang itu adalah Harry.
Dengan sigap Rachel segera duduk dan menatap kearah Harry dengan menyipitkan matanya seakan mencoba fokus. Dia segera berdiri beberapa detik setelah melihat Harry. Ia menyimpan lagi rokok yang baru ia keluarkan lalu dengan sigap menarik ku untuk ikut berdiri, setelah itu ia mengajakku bersembunyi dibalik pohon tak jauh dari tempat Harry.
"Lihatlah dia, begitu aneh kan. Dia hanya aneh, bukan jahat." Bisik Rachel. Aku mendengarnya tapi mataku tak sedetik pun mengalihkan pandangan ku dari Harry. Aku ingin tau sedang apa ia disana. Bibirnya bergerak seperti sedang berbicara pada seseorang, tapi sungguh tidak ada siapapun disini kecuali kami bertiga.
Aku ingin tau apa yang ia lakukan disana, kenapa ia berbicara sendiri. Begitu serius dan penasaran dengan apa yang ia lakukan, aku menjadi begitu terkejut ketika dengan tiba-tiba Harry menoleh kearah ku dan Rachel. Aku hanya mematung seakan Harry menodongkan pistol dan membuatku tak bisa bergerak.
"Kara, ayo pergi." Kurasakan Rachel menarik tanganku, mengajak ku untuk pergi dari sini. Aku masih tertegun menatap Harry yang juga menatapku. "Kara!" Sekali lagi Rachel memanggil ku dengan menarik tanganku semakin kuat hingga membuat kaki ku mau mengikutinya.
Rachel masih menarik tanganku ketika kami berjalan menyusuri koridor yang sepi. Entah kemana lagi kini ia akan membawa ku. "Kau mau kembali ke ruang kesehatan?" Tanyanya dengan wajah begitu serius. Aku hanya menggeleng dan dia mengangguk. "Ruang musik? Gymnasium? Gudang?" Tanyanya sekali lagi.
Aku yang bingung untuk menjawab apa hanya bungkam. Dan dengan wajah yang masih serius ia mengangguk seakan setuju. Lalu berkata "Ya gudang. Aku juga berfikir begitu." Dan tanpa disengaja aku membuat mimik wajah ku seakan berkata 'what? Seriously?'
Tanpa banyak bicara kami berdua menuju gudang dengan berlari kecil supaya tidak ketahuan. Sesampainya di gudang, Rachel menghidupkan lampu gudang dan memilih duduk di kursi yang sedikit rusak. Bahkan dengan beraninya ia memainkan kursi yang menurutku sudah tidak layak itu dengan menggoyangkan ke kanan dan kiri secara bergantian. Tentu saja hal itu menimbulkan bunyi dencitan yang mengganggu pendengaran.
"Kau lihat dia tadi? Itu yang membuatku penasaran dengannya. Bahkan sampai sekarang aku masih ingin berteman dengannya, mengupas tuntas kehidupannya yang aneh itu." Jelas Rachel dengan wajah dan nada bicara yang menampakkan kekagumannya.
"Aku penasaran dengan siapa dia berbicara." Balasku. Aku menarik kursi yang lumayan terlihat layak untuk di duduki. "Apa dia sedikit gila atau yang lainnya?" Tanyaku penasaran.
Rachel hanya mengangkat kedua bahunya tanda ia tak tahu. Ia berjalan mendekati sebuah meja kayu dan merogoh lacinya yang terbuka. "Tak masalah jika aku merokok?" Tanyanya sambil menunjukkan korek yang ia temukan di dalam laci. Aku hanya menjawab dengan anggukan.
Ya Tuhan aku sungguh penasaran dengan Harry. Bahkan walau aku tau semua orang di sekolah ini menjauhi Harry dan akan menjauhi siapapun yang mencoba mendekatinya, tapi aku ingin sekali berteman dengannya. Aku ingin tau semua hal tentangnya. Pasti ada sesuatu yang menarik dalam dirinya, dalam hidupnya. Aku tau itu.
"Rachel, aku ingin berteman dengannya. Aku ingin berteman dengan Harry."
_______
xx key

YOU ARE READING
CURSE
Fanfic"Hey kau murid baru ya?" Harry mendekati seorang wanita yang sedang duduk di bangku penonton di area lapangan bola basket. "Ya, Kara Reither." Wanita itu tersenyum pada Harry. Ia berfikir bahwa pria yang kini duduk disampingnya ini akan menjadi tem...