#0 Sekilas Perkenalan yang Sederhana

49 3 0
                                    


Semenjak dua minggu lalu... kebiasaanku berubah. Setiap pagi sebelum pergi berkerja aku akan pergi ke pasar tradisional untuk membeli bahan makanan untuk diriku dan tiga anak kecil yang tiba-tiba muncul di depan rumahku dua minggu lalu. Mereka mengaku kalau aku adalah tante mereka.

Aku, Siti Alfirdaus Rafsanjani–biasa dipanggil Alfi, memang adalah anak ketiga. Aku memiliki dua kakak, yang pertama memang sudah menikah dan memiliki anak sedangkan yang kedua masih ingin sendiri. Aku sendiri diumurku yang sudah menginjak pertengahan kepala dua ini masih ingin memperkaya diri sebelum menikah. Walau berarti aku memang sudah pantas dipanggil tante, tapi aku yakin aku hanya memiliki satu keponakan hingga saat ini... dan dia masih berusia 4 tahun! 4 tahun!

"Eh, Dek Siti... tumben saya lihat kamu di sini," sebuah suara menyapaku, membawaku kembali ke dunia nyata. Seorang wanita berumur sekitar tiga puluh tahun akhir tersenyum kearahku. Wajahnya sangat cantik dan ramah, tubuhnya memang lebih pendek dariku, tapi itu tidak mengurangi kesan anggun dan seksinya, walau tubuhnya dibalut oleh kain yang menutupi seluruh auratnya dengan sempurna. Wanita itu tinggal di depan rumahku persis, namanya Winda Dermayuda–istri dari Reza Dermayuda.

"Wah, belanjaanmu banyak juga," komentarnya melihat keresek hitam yang memang lumayan banyak di tangan kiriku.

"Jeng Winda enggak tau? Dek Siti punya tiga anak di rumahnya," jawab suara lain yang mengintrupsiku. Aku kenal betul suara itu. Suara dari Dhiya Damian Walmond, wanita yang menikah dengan bule Jerman yang tinggal di sebelah kiri rumahku. Wajahnya cantik, tubuhnya sangat proporsional, rambutnya hitam panjang menjuntai bak iklan sampo, bajunya terlihat begitu mahal di antara orang-orang yang ada di pasar tadisional ini, tapi itulah dia, dan akan selalu seperti itu.

Bu Winda sepertinya cukup kaget mendengarnya. Dia pasti berfikir tiga anak itu adalah anakku. "Ya, mereka keponakanku... dan mereka adalah anak kecil maka dari itu aku harus memenuhi gizi mereka bukan?" selaku sebelum wanita baik hati itu mulai berprasangka buruk.

Ya tiga anak itu semuanya masih SD, mereka masih membutuhkan makanan sehat untuk tumbuh. Anak pertama bernama Odin Purwawisesa, dia adalah anak kelas 6 SD. Cita-citanya cukup menggetarkan hati... dia ingin jadi ilmuwan yang bisa membuat sesuatu yang akan memudahkan hidup manusia, walau idenya kadang-kadang kelewat batas kewarasan.

Anak kedua bernama Loki Purwawisesa, anak kelas 5 SD–beda setahun dengan Odin. Kalau anak yang satu ini ingin sekali menjadi pesulap, dia ingin bisa membuat semua orang yang melihatnya terpukau–walau yang biasa dia lakukan adalah membuat orang lain kesal dan memarahinya karena keusilannya.

Anak terakhir adalah gadis kecil–satu-satunya anak perempuan dari tiga bersaudara. Ve Purwawisesa namanya, kelas 1 SD. Suaranya sangat bagus dan dia adalah anak yang sangat lugu dan lucu. Pemikirannya sangat polos, pertanyaan yang keluar dari mulutnya pun murni dari rasa ingin tahunya, tapi yang membuatnya tak kalah menyebalkan dari kedua kakaknya adalah ketika dia bernyanyi sambil berteriak–dia tidak akan mendengarkan walau sudah diberi tahu untuk mengecilkan suaranya, dasar anak kecil!

"Oh, keponakan toh. Ternyata Dek Siti tante yang baik ya," puji Bu Winda yang menyadarkan lamunanku, aku hanya terkekeh malu.

"Memangnya ibunya kemana? Kok kamu yang ngurus?" tanya Bu Dhiya tanpa berfikir dulu.

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Melihat jam tanganku, waktu sudah menunjukan jam 6 lewat 10 menit. "Ah, saya harus pergi. Keponakan saya bisa telat atau mereka tidak akan sarapan kalau saya tidak pulang sekarang. Saya permisi dulu," pamitku yang sebenarnya lari dari pertanyaan itu.

Ini lebih baik, aku bahkan tidak tahu siapa ibu mereka, tapi aku akan menemukan jawabannya. Aku, Siti Alfirdaus Rafsanjani, pasti akan menemukan orang tua mereka dan mengembalikan anak-anak itu pada orang tua mereka. Pasti.

.    

Hope you like it, gaiz~ lav yaaa!!



A Little Story About Me, You, You, and You!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora