"Mari pak," ajak Alfi yang sudah membuka pintu rumahnya. Setelah 30 menit perjalanan yang melelahkan, merekapun sampai ke rumah Alfi.Lelaki yang mengaku bernama Abraham itu ternyata adalah ayah dari tiga anak yang numpang hidup di rumahnya. Yang Abraham tahu, Nura menitipkan tiga anaknya di rumah Alfi, namun Alfi menyangkalnya. Dia bahkan tidak mengenal siapa itu Nura.
"Ve laperr!" rajuk Ve yang langsung berlari memeluk Alfi.
Abraham yang melihat tingkah laku anaknya tersenyum lembut. Dia ingat dulu Ve juga sangat manja pada mamahnya. Begitu sang mamah pulang Ve akan langsung berlari ke arahnya, diikuti Loki yang berselang beberapa detik. Tapi bedanya sekarang Loki tidak memeluk Alfi seperti memeluk mamahnya. Dia hanya berjalan mendekat beriringan dengan Odin.
Langkah kedua anak lelakinya itu berhenti ketika melihat sang ayah yang berdiri di sebelah Alfi. Rasanya kaki mereka menjadi beku.
"Apa tante kenal ayah?" bisik Loki pada Odin. Sang anak pertama menggeleng ragu.
"Sepertinya kalian baik-baik saja," komentar sang ayah dengan senyum lembutnya.
"Ayah mau apa?" tanya Odin ragu. Dia tidak begitu sering berbicara dengan ayahnya. Mamah lah yang menjadi perantara ayah dan anak-anak itu. Tidak termasuk Ve sih.
Ve melepaskan pelukannya. Dia baru menyadari keberadaan sang ayah dan langsung memeluknya. "Mamah udah pulang kan? Makannya ayah mau jemput Ve dan kakak kan?"
Sang ayah tersenyum kecut. Dia berjongkok dan memeluk Ve dengan erat. Dia rindu anak-anaknya. Ia juga rindu istri yang selalu tersenyum ke arahnya.
"Mana mungkin mamah mau pulang setelah diusir seperti itu?" sindir Loki yang langsung membalikkan tubuhnya, menjauh dari tempat itu menuju kamarnya.
Sejujurnya Loki dan Odin juga ingin pulang ke rumah. Ingin makan makanan sang mamah dan merasakan hangatnya keluarga. Namun perasaan berat apa yang selalu menghentikan niat mereka itu? Seolah mereka sudah tidak mungkin untuk kembali pulang. Semua alasan mulai hilang perlahan-lahan. Lenyap terkubur oleh emosi.
Abraham masih tak berkutik. Anak keduanya itu benar. Mungkin istrinya... dan juga anak-anaknya tidak akan kembali. Mungkin ini salahnya. Kenapa waktu itu dia tidak membiarkan pujaan hatinya bercerita?
Seandainya waktu bisa kembali...
Seandainya dia tidak termakan emosi...
Mungkinkah semuanya tetap sama?BENANG YANG PUTUS / FIN

ESTÁS LEYENDO
A Little Story About Me, You, You, and You!
General FictionKemana kita harus mencari ketika semuanya mulai kabur dan abstrak? Bagaimana kita bisa melupakan saat setiap sudut kota ini adalah kenangan? Merasa hangat karena bayangan yang semu dan dibutakan oleh kerinduan. Haruskah kita bersikukuh atau menyerah...