Alfi membereskan barang-barang di meja kantornya. Setelah pagi yang melelahkan dia jadi terlambat untuk datang ke kantor, dimarahi atasan, bahkan hingga tidak boleh makan siang. Atasannya itu memang menyebalkan, terlalu disiplin, namun sebenarnya baik.Alfi menarik nafas perlahan. Jam dinding sudah menunjukan pukul lima, sudah waktunya untuk pulang ke rumah. Tiga anak itu pasti sudah merutuk karena lapar. Diambilnya tas selempang kecil yang hanya berisi dompet, hp, dan bedak. Pekerjaan kantornya yang belum sempat dia kerjakan ia bawa pulang.
Di lobi kantor itu matanya menangkap kerumunan orang yang sedang berbisik-bisik. Menghalangi pintu. Dengan sebal Alfi menerobos mereka, tentu tanpa lupa mengatakan permisi. Keluar dari gerombolan itu, tubuhnya yang kecil langsung bertabrakan dengan dada bidang milik seseorang. Kepalanya ia dongakkan berniat untuk meminta maaf.
Kedua pasang mata coklat itu bertemu. Siapa gerangan lelaki bermata coklat kental itu? Tatapannya bahkan langsung meleburkan bekunya salju dimusim dingin. Alfi tidak bisa bergerak, seolah seluruh tubuhnya diikat oleh tatapan mata coklat itu.
"Ini yang namanya Siti Alfirdaus Rafsanjani," kenal seorang lelaki yang merupakan atasan Alfi. "Siti, kamu dari tadi dicari Tuan Purwawisesa. Kenapa tidak cepat turun?" tegur sang atasan marah.
Lelaki yang dipanggil Tuan Purwawisesa itu tersenyum lembut ke arah sang atasan. "Tidak masalah, pekerjaannya kan belum selesai. Nah mbak Siti, ayo pulang bersama saya. Ada yang mau saya tanyakan," ajak—lebih tepatnya perintah lelaki itu.
Dengan ragu Alfi mengikuti lelaki itu. Tuan Purwawisesa? Dalam diam dia berpikir. Mengingat-ingat nama yang tidak begitu asing di telinganya. Hingga tanpa sadar dia sudah ada di depan Huracán LP610-4 yang warnanya selaras dengan kemeja putih yang digunakan lelaki yang sedang membukakan pintu mobil itu untuknya.
Alfi masuk kedalam mobil untuk dua orang yang disusul oleh sang pemilik mobil. Apa ini nyata? Dia saat ini sedang duduk di kursi penumpang lamborghini. Lamborghini woi!!
Alfi berusaha menetralkan detak jantungnya. Bukan karena lelaki di sebelahnya, tapi karena saat ini dia sedang duduk di jok mobil mahal. Selama ini paling banter juga cuma mobil inova.
Sambil tersenyum Alfi melirik ke arah kiri. Rasanya hari ini dia tidak sial-sial amat.
"Mbak Siti?" panggil lelaki bernama belakang Purwawisesa itu.
Alfi menolehkan kepalanya. "Iya, pak?" tanggapnya dengan sesopan mungkin.
Lelaki itu diam untuk beberapa saat. "Nama saya Abraham Putra Purwawisesa. Mungkin mbak tidak kenal saya, eum... saya kira mbak lebih tahu istri saya. Nura Fier Purwawisesa," jelasnya dengan kaku. Dia jarang berbicara dengan perempuan, tapi ini demi keluarganya.
Alfi menatap lelaki itu lekat-lekat. Nura Fier... Purwawisesa...
Ah! Odin, Loki, sama Ve...! Tunggu... jadi lelaki ini ayah tiga anak itu?!
KELINGKING DAN BENANG MERAH / FIN

ESTÁS LEYENDO
A Little Story About Me, You, You, and You!
Fiksi UmumKemana kita harus mencari ketika semuanya mulai kabur dan abstrak? Bagaimana kita bisa melupakan saat setiap sudut kota ini adalah kenangan? Merasa hangat karena bayangan yang semu dan dibutakan oleh kerinduan. Haruskah kita bersikukuh atau menyerah...