Caroline Kurniawan

811 50 1
                                    

O'neil international school. Ga nyangka bisa sekolah di sini, sekolah yang menjadi dambaan setiap orang. Jujur saja seragam sekolahnya keren menurutku. Kemeja putih dengan garis kancing merah dipadukan dengan rok pendek merah bermotif kotak-kotak dan jas hitam dengan lambang sekolah di samping kiri. Aku rasa ini seragam terbaikku selama sekolah. Tapi sepertinya aku harus les bahasa Inggris dulu untuk sekolah disini. Aku baru aja masuk SMA. Tadinya aku bersekolah di sekolah swasta di kawasan Bandung. Sekolah nasional jadi tidak terlalu memakai bahasa Inggris.

***


Caroline Kurniawan. Aku melihat namaku ada di daftar nama kelas X-A. ( kelas X disekolahku belum ada penjurusan ). Aku merasa canggung ketika harus berhadapan dengan murid-murid lama yang SMP nya lulusan sekolah ini juga. Mereka memandangku seperti apa lo anak baru berani liat liat dengan raut wajah seseram singa yang akan segera menerkam mangsanya. Apalagi yang cewe-cewenya.

Dengan perasaan pengen kabur aku memberanikan diri untuk masuk dan mencari tempat duduk sejauh-jauhnya dari mereka.

"Eh inget ga sih waktu kita kelas IX dulu kita kan sering main di taman waktu jam istirahat hahaha"

"Iya terus kita sering kompakan bolos kelas terus ke kantin waktu pelajaran bahasa Indonesia. Hahahahaha"

"Ih dulu kita kompak banget ya jadi kangen deh sama masa-masa smp kita dulu disini"

"Gaakan ada yang bisa misahin kita ya gak temen-temen"

Mereka sengaja mengatakannya dengan suara yang agak dikencang-kencangkan dan melirik ke arahku sesekali supaya berharap aku mendengarnya. Mereka seperti ingin memamerkan pertemanan mereka yang sudah lama terjalin sejak masih SMP. Memamerkan seolah mereka senior di sekolah ini. Dan secara tidak langsung memberitahuku kalau aku tidak bisa bergabung dengan mereka.

Tak lama kemudian wali kelasku masuk namanya pak Tarno, dia memberi tahu cara belajar di sekolah ini, cara menggunakan loker, dan lain lain. Tiga jam pertama dihabiskan dengan perkenalan dan pemberian instruksi. Aku juga mulai berkenalan dengan sesama anak baru kami membahas asal sekolah, rumah, dan lain sebagainya.

Penampilanku tidak begitu menarik perhatian. Seperti kebanyakan murid aku hanya ke sekolah dengan membawa tas ranselku dan rambut dikuncir ekor kuda dengan pony samping yang pendek. Sehingga anak-anak populer disini sepertinya enggan berteman denganku. Tidak apa-apa toh aku masih bisa berteman dengan yang lain.

***

Istirahat sudah tiba aku pergi ke kantin dengan teman-teman baruku. Tapi aku memutuskan untuk pergi ke toilet terlebih dahulu, biasa panggilan alam.

Tak sengaja aku tabrakan dengan seseorang yang sedang berlari ketakutan dari arah berlawanan.

"Eh sorry ya sorry" katanya.
"Iya gapapa kok" aku membalasnya dengan senyuman. Dia ngeliatin aku terus sambil senyum kecil. Karena ngerasa gaenak diliatin begitu aku pun mencari alasan untuk pergi.

"Aku mau beli makanan dulu ya takut kehabisan" kataku.
"Oke"

Aku segera berlari ke toilet di ujung kantin. Setelah menyelesaikan panggilan alam aku kembali ke meja kantin sambil membawa semangkuk bakso.

"Sorry ya agak lama" kataku sambil tersenyum.
"Iya gapapa udah buruan habisin makananya entar keburu bel" kata temanku
"Sip sip santai aja."

***

Jam jam berikutnya dihabiskan dengan bercerita tentang sekolah ini. Ternyata sekolah ini sudah berdiri lama. Katanya sudah ada sejak tahun 1980. Waktu itu yang sekolah disini kebanyakan anak-anak pindahan dari luar negeri karena di sekolah lain tidak menggunakan bahasa inggris untuk bicara, sedangkan mereka belum lancar berbahasa Indonesia.

Di belakang sekolah ini terdapat satu bangunan yang dulu sempat dijadikan sebagai tempat eskul. Tapi sekarang sudah dinonaktifkan karena waktu itu pernah kejadian ada pembunuhan seorang murid perempuan berkebangsaan Belanda yang sedang membereskan barangnya setelah eskul. Kebetulan dia sedang sendirian. Tiba-tiba saja ada orang yang menyeretnya ke satu ruangan yaitu ruangan tempat eskul teater. Disana dia diperkosa dan dibunuh saat itu juga.

Keesokan harinya saat hendak eskul murid-murid yang eskul teater dikagetgan dengan mayat seorang perempuan yang pakaiannya berantakan seperti asal pakai dengan luka tusukan diperutnya. Dia disembunyikan di bawah tumpukan kostum yang biasa digunakan untuk pentas. Darah dimana-mana. Mereka pun melaporkan hal tersebut kepada kepala sekolah. Mendengar hal mengerkan itu kepala sekolah segera menelpon polisi dan ambulans untuk mengatasi masalah itu.

Agar tidak menimbulkan kecemasan terhadap para murid maka sekolah diliburkan. Dan murid-murid yang sempat melihat jasad perempuan itu diberikan terapi karena shock berat.
Kasus itu pun akhirnya ditutup tapi pelakunya tidak pernah ditemukan, lalu sekolah kembali diaktifkan tapi ruangan teater tidak pernah dibuka lagi sampai hari ini, meski begitu ruangan lainnya masih tetap dipakai untuk kegiatan eskul.

Satu bulan, dua bulan , tiga bulan tidak terjadi apa-apa semuanya berjalan normal seperti sekolah pada umumnya. Tapi dibulan keempat kembali terjadi pembunuhan tapi kali ini yang menjadi korbannya adalah guru eskul musik. Lagi-lagi pemerkosaan dan tusukan di perut. Ini terjadi di ruang musik yang keberadaannya tepat di samping ruang teater. Hal ini tentu membuat semua penghuni sekolah jadi semakin takut. Sejak saat itu sering terlihat penampakan dua orang perempuan sedang berjalan di koridor, ada suara permainan piano di ruang musik padahal ruangan itu sudah dikunci dan tidak ada yang pernah masuk kesana, ada suara orang membacakan dialog drama di ruang teater. mereka diduga hantu guru musik dan perempuan Belanda itu.

Karena kejadian itu banyak murid yang pindah karena takut bertemu atau berurusan dengan hantu-hantu itu. Semakin lama sekolah semakin sepi, hampir tutup. Dan sekolah sempat tidak aktif selama setahun. Lalu nama sekolah diganti menjadi O'neil international school. Lalu satu persatu murid mulai mendaftarkan diri di sekolah ini. Semakin banyak sampai jumlahnya melebihi jumlah murid sebelumnya. Guru-guru dipanggil kembali untuk bekerja termasuk pak Tarno ini. Semua kegiatan belajar mengajar berjalan mulus sampai sekarang tapi gedung di belakang sekolah itu menjadi terbengkalai dan masih menjadi misteri siapa sebenarnya pembunuh kejam itu.

Mendengar cerita ini aku jadi merinding sendiri tapi rasa penasaran muncul di benakku untuk tahu siapa orang kejam itu.

Akhirnya waktunya pulang sekolah, aku kembali ke rumah dengan rasa penasaran yang besar, setelab mandi dan makan aku masuk ke kamar dan tertidur.





yeeey part 5 udah selesai nih udah ada dimasukin unsur seremnya sedikit semoga bikin kalian penasaran ya gimana cerita selanjutnya keep reading





Our School MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang