Chapter 17 : Kelam

71 5 0
                                    

Hello... gimana kabar punya ? Sory ya baru update. Lanjut terus ya bacanya, jangan bosen dulu nih konflik udah mulai muncul lho !! Jangan cuman jadi silent reader guys, ditunggu vote and comentnya selalu. Happy Reading..

**

Author Pov

Semenjak kejadian waktu itu, kejadian di mana Tio ayah Melia marah besar kepada dirinya karena kecerobohannya. Melia cinta sama Kiky tapi Melia juga tidak mungkin melawan dan menentang laki-laki yang telah membesarkan dan merawatnya selama ini dengan penuh kasih sayang. Melia begitu rapuh, ia tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan. Apa mungkin dia harus mengatakan semuanya kepada kekasihnya ? Atau dia harus meninggalkan Kiky secara sepihak tanpa sepatah kata pun. Entahlah.. dia belum bisa memikirkan semuanya sejauh itu. sekarang, yang ada di fikirannya hanyalah bagaimana dia bisa tahu alasan ayahnya tidak menyukai Kiky. Melia ragu apa mungkin hanya karena perbedaan keyakinan ?

Bukankah semua bisa disatukan dengan cinta sebagai pondasinya !

Ya Tuhan, kenapa cinta harus sesulit ini ?

**

Melia Pov

Sudah berapa kali ayah bilang ? Tinggalkan Kiky dia tidak seiman dengan kamu.

Apa mungkin sekarang kamu lebih memilih Kiky dari pada ayahmu ini, Mel ?

Sehari..

Dua hari..

Tiga hari..

Kenapa kata-kata ayah begitu terngiang dan selalu memenuhi pikiran gue ?

Gue begitu sayang sama ayah, tapi gue juga tidak bisa meninggalkan Kak Kiky. Kak Kiky telah ngajarin gue banyak hal, mulai dari cara bersabar, ikhlas, bertanggung jawab, dan masih banyak lagi. Sekarang sudah 3 tahun usia hubungan gue dengan Kak Kiky. Bagaimana mungkin gue bisa ninggalin dia gitu aja ? Itu nggak mungkin !

Andai aja gue bisa membaca pikiran orang, pasti gue udah tau alasan kenapa ayah begitu ngelarang gue buat berhubungan sama Kak Kiky. Hanya saja faktor utama yang gue tahu saat ini adalah perbedaan keyakinan antara gue dengan Kak Kiky.

" Kenapa agama harus menjadi dinding penghalang di hubungan kita, kak ? " batin Melia dalam hati.

Bukannya gue menyalahkan takdir atas semua yang terjadi sekarang, bukan juga gue menyesali dan menyalahkan keyakinan kita. Tapi kenapa coba kita harus menganut agama yang beda.

Terus sekarang apa yang bisa gue lakuin lagi ? Gak mungkin juga gue nangis-nangis dan ngeronta-ngeronta di depan ayah gue agar ngizinin gue tetep berhubungan sama Kak Kiky. Yang gue bisa Cuma nangis, nangis, dan nangis. Bahkan gue juga ga bagi cerita ke sahabat kembar gue, apa lagi ke Kak Kiky.

Huffttttt.... Hidup gue sesusah ini kah ?

Setelah gue hitung-hitung udah seminggu ayah gak pernah nyapa gue, bahkan untuk ngelihat ke arah gue pun enggak. Emang sebesar itukah kesalahan gue sampai ayah marah banget kayak gitu ? Kan gue udah minta maaf.

Minggu depan gue ada jadwal buat daftar kuliah di Universitas Negeri pilihan gue yang kebetulan 1 Universitas sama Kak Kiky, hanya fakultas yang membedakan. Kak Kiky udah masuk fakultas hukum sejak 1 tahun yang lalu. Dan gue mau masuk fakultas kedokteran sesuai dengan yang orangtua gue harapkan. Itupun masih rencana, kan belum tentu juga gue keterima di sana.

Padahal gue pengen banget waktu daftar entar dianter sama ayah gue. Tapi... sampai sekarang ayah masih marah sama gue. Huhhuhuhuuu... nangis lagi kan !

Setetes PerbedaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang