Chapter 15 : Kesunyian

106 8 2
                                    


Entah kenapa sejak kepergian Kak Kevin ke Canada, serasa ada yang hilang di hidup gue. Gue alay ?

Ngakkk..

Ini kenyataan, Kak Kevin pernah jadi yang orang yang sangat gue cintai.

Bahkan untuk saat ini masih ada setetes rasa yang tertinggal.

Entah butuh berapa lama lagi untuk membuat tetesan itu menjadi kering dan menghilang.

Kalaupun perlu aku akan membawa matahari agar sinarnya yang memancar dapat membuat kering setetes perasaanku padanya.

Bukan maksutku membencinya..

Bukan juga maksutku untuk melupakannya.

Hanya saja aku ingin menghapus perasaan itu. Aku hanya ingin perasaan ku dan Kak Kevin menjadi masa laluku yang akan selalu aku kenang.

Karena terlalu indah kalo harus dilupakan. Semua pernah kita lewati bersama. Bercanda, tertawa, menangis, bertengkar, dan masih banyak lainnya. Kak Kevin bukan hanya menjadi mantan tapi dia telah menjadi sahabat ku sejak beberapa tahun lalu. Sejak keluargaku menempati rumah baru kami yang berada tepat di sebelah rumah Kak Kevin sebelum ia beserta keluarganya pindah ke Canada.

**

Flashback

"Bee, tunggu aku ya." Ucap Kak Kevin sambil mencium keningku sebelum ia meninggalkan ku ke tengah lapangan bersama pemain basket lainnya.

Ya hari ini Kak Kevin akan mewakili SMP kami dengan tim basket andalan sekolah. Timnya bertanding dengan tim sekolah tetangga. Dan Kak Kevin kebetulan menjadi capten. Jabatan yang tidak mudah di lakukan bagi seorang Kevinio Adi Prayoga, karena dengan menjadi capten butuh tanggung jawab yang besar. Bukan hanya untuk gaya-gayaan dan dipamerkan ke orang lain.

"Semangat, Kak Kevin. Ayo terus. Yahh gitu kakk.." teriak Evita tanpa memperhatikan keadaan sekitar, bahakan dia tidak menyadari kalau ada Melia kekasih dari Kevin yang juga ada di tribun itu.

Tapi Melia hanya cuek dan tidak menanggapi Evita. Ia mencoba untuk berfikir positif karena ini di lapangan dan kalau dilapangan Kak Kevin adalah milih semua orang bukan hanya milik Melia.

Melia kembali menatap penasaran ke arah kekasihnya dan tim basket sekolahnya akankah mereka akan membawa pulang piala kejuaraan kali ini.

Dannnnnnn yeessssss.....

Timnya menang dengan selisih point yang cukup jauh dari tim sekolah tetangga.

"Ye hore, lalalala, yeyeye, horeee... eh.." teriak Melia secara spontan dengan teman-teman supporter lainnya setelah menyadari tim sekolahnya menang.

Tapi tiba-tiba tanpa Melia sadari Kevin udah ada di belakangnya sewaktu dia lagi teriak-teriak sama temen-temennya. Dan.............

Plakkk

Tangannya menyantap kepala Kevin yang membuat Kevin Meringis kesakitan.

"Aduh.." pekiknya.

"Upssss.. Kakak. Ngapain di sini ? tadi kan di tengah lapangan. Sakit ya ? Hehehe maaff ya, kakak sayang. "ucap Melia berusaha merayu agar laki-laki di depannya ini tidak marah padanya dengan kerlingan mata , yang membuat Kevin nyengir karna geli melihat kelakuan pacarnya yang aneh ini.

"Dasar bawel, untung gue sayang sama loe, bee. Kalo nggak udah gue cincang-cincang lo di sini karna udah berani mukul kepala gue. Kan rambut gue jadi rusak gini.." gerutu Kevin sambil sok-sok'an paling ganteng sambil mencoba merapikan rambutnya. Ga bisa dipungkiri, emang Kevin ganteng kok, ganteng banget malah. Udah kayak Mario Maurer versi remaja aja.

Setetes PerbedaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang