Nara Prasetya Dahana.
Cowok dengan kecerdasan luar biasa dalam menghitung dan bermain logika. Wajah selalu datar juga berucap seperlunya. Jalannya tegang dengan aura kekejaman menyeruak. Dikenal semua guru, namun tidak terlalu populer dikalangan murid-murid. Hanya beberapa yang mengenalnya akibat kecerdasan yang ia punya.Nara. Ketua kelas 11-IPAU2. Membuat peraturan yang amat ketat dan tak ada satu orangpun berani melanggarnya. Hal inilah yang menyebabkan kelas IPAU2 menjadi kelas unggulan terbaik dan panutan. Bahkan U1 dikalahkannya.
Cowok itu selalu berucap seperlunya. Jika ditanya sesuatu bila jawabannya 'ya', ia hanya mengangguk. Dan bila 'tidak', cowok itu akan menggeleng tegas. Ketika alisnya bertautan, itu tandanya ia sedang berfikir keras. Dan bila memasang ekspresi datar, cowok itu sedang menganalisis sesuatu. Lalu, saat cowok itu sedikit menyunggingkan senyum, berarti cowok itu sangat puas.
Susah sekali membedakan jika cowok itu sedang marah atau tenang.
Setiap disapa, selalu membalas dengan anggukan kepala dan wajah yang cool. Itu sukses membuat orang yang menyapa malu sendiri karna sapaannya diterlantarkan.
Kini, cowok itu sedang sibuk mengerjakan tugas yang diberikan Bu Saori, yaitu mengurusi data-data murid yang seharusnya itu dikerjakan oleh sekretaris. Sayangnya, sekretaris sedang sibuk membantu wali kelasnya itu membereskan suatu dokumen di kantor guru. Jadilah ia sendiri memeriksa kelengkapan data di dalam kelas. Duduk di atas kursi guru dengan suasana kelas yang adem ayem.
Tidak lagi setelah terdapat debrakan keras dari arah pintu. Dan muncullah sosok yang kemarin membuat Nara amat jengkel.
"Mia, lo kenapa?!" pekikan terdengar dari seorang gadis yang duduk di pojok kelas. Cewek itu tidak lain adalah Tasha, teman sebangku Mia.
Nara menatap Mia yang masuk dengan langkah terengah-engah sambil sesekali mengusap sudut matanya. Ia sampai ditempat duduknya dan segera menghempaskan kasar bokong itu pada permukaan kursi. Disambut oleh kedua teman dekatnya.
Nangis lagi. Batin Nara menggerutu. Ia menghembuskan nafas kasar saat menyadari bahwa suasana kelas sedikit riuh. Semua bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Mia, Si Ratu di sekolah.
"Duduk, guys." suara Nara datar menginterupsi, berusaha selalu tenang namun tetap terlihat tegas. Namun amarahnya makin memuncak saat melihat tak ada satu orangpun yang menghiraukan tegurannya.
"Calm, guys." Nara masih mampu merendam amarahnya. Namun tak ada yang menghargai kesabaran seorang Nara. Malah semua asik mengerubungi Mia yang sedang menangis menjerit-jerit.
BRAK!
"SEMUA, KEMBALI KE TEMPAT SEMULA," debrakan meja dan teriakan berat Nara berhasil membuat semua mata anak-anak tertuju padanya. Mematung di tempat dengan muka kaku.
Nara makin geram. "SE-KA-RANG!" interupsi penuh penekanan dan begitu tegas langsung membuat semua murid bubar buru-buru mencari tempat duduknya masing-masing. Diam di tempat dengan posisi tangan dilipat di atas meja, persis anak SD sedang dimarahi guru yang ditakutinya.
Nara menghela nafas. Mengoptimalkan kemarahan yang tadi sempat memuncak. Ia menghempaskan kasar pulpen yang ia pegang tadi. Lantas berjalan dengan langkah kaku ke pojok kelas. Dimana terdapat bangku yang telah dihuni oleh Mia, Tasha, dan Alvea.
Nara menatap tajam Alvea saat kini ia telah berdiri di sebelah bangku Mia. Berdehem sebentar lalu bersuara, "balik ke bangku lo, Ve."
Tanpa babibu lagi, Alvea langsung mengangguk patuh dan permisi kepada Mia untuk kembali ke bangkunya yang terletak di depan bangku Mia. Alvea hanya memberi cengiran kikuk kepada Nara yang direspon dengan sebuah anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone New
Teen FictionDI PRIVATE Nara. Cowok dingin dan ketus yang sama sekali tidak mau ikut terjun dalam urusan percintaan. Membenci suatu hubungan dan berusaha untuk tidak peduli terlalu jauh pada lawan jenisnya, kecuali itu berhubungan pada perannya sebagai ketua kel...