One

73 7 0
                                    

    Pagi yang cerah, kanza berjalan dikoridor sekolah dan menaiki anak tangga menuju kelasnya dilantai atas.

Saat Kanza tiba didalam kelas dia melihat sahabatnya yang bernama lucy terlihat sedih dan terlihat seakan sedang memikirkan sesuatu.

"Selamat pagi lucy ku,ko ga senyum sih." kanza duduk disamping lucy yang memang mereka duduk sebangku.
Lucy hanya menoleh dan tersenyum kecil kepada kanza sekilas lalu kembali memandang kearah depan.

"Cy kamu kenapa? Ada masalah? Cerita sama aku ?." tanya kanza mencoba merayu lucy agar cerita kepadanya, karena tidak biasanya kanza melihat lucy melamun dan sedih seperti itu. Lucy itu anak yang ceria.

"Ga ada apa-apa ko, aku cuma lagi mikirin bunda." ucap lucy dengan pandangan terus melihat kedepan.

"Kenapa sama bunda? Hm." kanza mengelus pundak lucy lembut. "Cerita sama aku."

"Bunda za."lucy menggantungkan ucapannya.

"Ia kenapa sama bunda." tanya kanza sambil menatap lucy lembut.

"Bunda. . ." mata lucy mulai memerah.

Lama Lucy tidak menjawab pertanyaan kanza sampai akhirnya lucy pun meneruskan perkataan yang belum selesai tadi. Tapi kali ini lucy menjawab dengan air mata yang menetes dipipi mulusnya itu.

"Bunda dibawa kerumah sakit za, penyakit bunda kambuh. Hiks hiks" tangis lucy pecah karena sudah tidak dapat dibendung lagi dan lucy langsung memeluk tubuh kanza yang berada disampingnya.

Kanza hanya bisa diam sejenak membiarkan sahabatnya ini menumpahkan rasa sedihnya dipelukannya.

"Sabar sayang sabar, bunda ga bakal kenapa-kenapa ko." kanza mengelus punggung lucy yang berada dalam pelukannya. "Berdoa buat bunda, semoga gak kenapa-kenapa. Jangan nangis lagi." kanza mengusap air mata lucy yang sudah tidak berada dalam pelukannya lagi.

Lucy mengangguk dan tersenyum.

"Gitu dong, cantik kan kalo senyum." goda kanza dengan menaik turunkan sebelah alisnya. Yang di goda cuma mesem-mesem.

"Ih kanza genit," lucy mencubit pipi kanza. Kanza hanya meringis dan mengelus-elus pipinya. Dan mereka berdua tertawa bersama.

"Selamat pagi anak-anak," guru mata pelajaran fisika yaitu pak barjo yang punya pala tanpa rambut karena semua rambutnya pindah keatas bibir nya tepat dibawah hidung, hebatkan, pak barjo memasuki kelas, dan semua pun sibuk ke tempat duduk masing-masing.

"Sekarang buka halaman 26 dan kerjakan soal-soalnya" perintah pak barjo.

Hhuuuuuuu.... Semua pun bersorak tak senang. Pak barjo hanya tersenyum iblis, seperti senyum setan dari neraka yang paling bawah (hihi lebay) dan terlihat kumisnya yang bergerak gerak.

Ih baru masuk udah di suruh ngerjain soal

Bete bete, dasar botak kumis tebel

Pak Barjo keluar aja sana, gue bakal bahagia

Gerutu beberapa murid yang terdengar seperti berbisik.

Kanza hanya geleng-geleng kepala mendengar teman-teman nya sebal.

Jam pelajaran pun berlangsung selama 2 jam dan bel istirahat pun berbunyi.

"Za ke kantin yuk." lucy menarik tangan kanza.

"Ia bentar ini dikit lagi . . . nah selesai, ayoo pergi." setelah kanza selesai menyelesaikan soal-soal kanza dan lucy pergi kekantin.

Saat dikantin mereka mengobrol ngobrol ringan.

"Oh ia za gimana keadaan papah kamu, soalnya sekarang aku jarang main kerumah kamu lagi." sambil mengaduk aduk minuman yang dipegangnya.

"Papah baik-baik aja, cuma aku suka liat dia kecapean." kanza menatap kearah minumannya.

"Hmm semoga sehat selalu ya."

"Amin, oh ia nanti pulang sekolah kamu langsung ke rumah sakit kan."

Lucy mengangguk.

"Mau aku anter? Nanti aku minta supir buat nganter kita." tawar kanza.

Lucy menggeleng. "Gak usah aku bisa sendiri ko."

"Hmm yakin." tatap kanza kepada lucy. Dan lucy hanya mengangguk.

"Yaudah tapi kamu hati-hati yah. Dan inget ga boleh nangis, harus strong. " ucap kanza.
Lucy mengangguk dan tersenyum begitupun kanza tersenyum manis.

Bel masuk berbunyi . ..

Bersambung . . .

KanzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang