Five [kenangan dan musibah (lagi)]

51 4 0
                                    

"Papah!!!"

Gue bangun akibat bermimpi papah. Mimpi buruk.

Kanza bangun dengan keringat mengucur dari tubuhnya. Sekarang sudah pukul 07.00 pagi, kanza tidak masuk sekolah, hatinya masih berkabung.

Gue masih belum percaya ini semua terjadi, menimpa diri gue. Gue masih mengira ini mimpi. Tapi sayang ini nyata, ini bukan mimpi. Papah emang udah pergi.

Gue turun dari tangga menuju lantai bawah.
Tubuh gue butuh energi dari kemarin gue belum memakan apapun, lemas sekali rasanya.

Gue duduk dikursi meja makan, gue menatap nasi goreng yang sudah dihidangkan buat gue.

Gue belum menyentuhnya meskipun sebenarnya gue lapar.

Gue masih melamun, memikirkan hari kemarin yang begitu cepatnya.

Kenangan2 bersama papah terulang2 dipikiran gue. Seakan film yang di putar berulang2 dimana masa2 bahagia dengan papah. Gue hanya tersenyum miris.

Air mata jatuh dari ujung mata kanza.

Memori2 ini seakan memaksa gue untuk membukanya agar gue melihat memori bersama papah.

Kejam!, tega banget dunia ini. , kenapa ini menimpa kepada gue, gue salah apa?. Batin gue.

Flashback on

Ayah kanza sedang duduk dibalkon kamarnya.

Telpon berdering . .

Kring . . kring . .

Ayah kanza mengangkat telponnya. "Hallo. "

"Pak, ada masalah darurat dengan perusahaan bapak." suara laki-laki diseberang sana.

"Ada apa?"

"Kita telah tertipu besar-besaran pak. Kerugian mencapai ratusan triliun pak."

"Hah apa!" ayah kanza langsung mengalami serangan jantung. Dia ternyata punya penyakit lemah jantung, makanya kemarin2 dia masuk rumah sakit karena itu, hanya saja ayah kanza tidak mengatakannya kepada kanza dia tidak ingin membuat putrinya itu kawatir.

Semuanya begitu cepat ayah kanza segera dilarikan kerumah sakit. Bi siti menemukan ayah kanza tergeletak dilantai, dikamarnya.

Flashback off

"Pah kanza sayang papah. Kenapa papah ninggalin kanza. Ini gak adil pah." air mata terus menetes turun ke pipi.

"Kenapa hidup gue miris banget. Tuhan gak ngasih kesempatan buat gue seneng sama orang yang gue sayang . aahhh!" teriak gue frustasi.

"Mulai dari sekarang gue mau berubah. Gue cape jadi gue yang selalu baik lah, lembut dan jadi cewe yang diem ngalah sama keadaan. Karena percuma aja gue harus kaya gitu, gak ada yang bikin hidup gue berarti. Gue benci dunia ini." sambil membanting sendok.

"Beda banget sama lucy dia enak masih punya ibu dan ayah, lah gue udah gak punya siapa2 lagi." Ucap gue didalam hati.

Yang ada dipikiran kanza saat ini adalah berubah, merubah dirinya. Dia sudah mulai lelah menghadapi hidup yang begitu tega kepadanya.

Gue meninggalkan meja makan dan pergi ke kamar mandi untuk pergi mandi.
Setelah mandi gue pergi kekamar papah. Melihat foto-foto papah bersama gue, terlihat bahagia sekali. Kanza kangen papah.

Tes . . air mata jatuh lagi. Lalu segera kuhapus air mata itu.

Tak lama dilantai bawah sana terdengar ada keributan.

"Bapak dan ibu mohon segera meninggalkan rumah ini, kepemilikan rumah ini bukan lagi milik pak ferdinan melainkan milik bos saya. " ucap seorang laki-laki ditemani 3 orang lainnya yang bertubuh kekar.

"Heh apa2an tidak bisa begitu, anda tidak bisa seenaknya mengusir kami. Ini rumah tuan saya. Saya dan anak pemilik rumah ini tidak akan angkat kaki dari rumah ini." ucap bi siti dengan amarah.

Gue pergi menghampiri bi siti dan lainnya.

"Ada apa bi?"

"Ini non orang2 yang gak punya otak ini seenaknya mau ngusir kita."

"Maaf dek rumah ini sudah menjadi milik bos saya. Sekarang kalian cepat pergi dari rumah ini atau kami seret kalian keluar."

"Tapi kenapa mendadak?, kasih kita waktu?." ucapku dengan menahan sesak didada.

"Oke kalian cepat bawa baju2 kalian dalam 10 menit."

10 menit kemudian. . .

"Ayo sekarang kalian keluaar!." laki2 ini menyeret kanza,bi siti, pak iman dan pak wawan.

"Ih lepasin, dasar gak sopan main seret orang. Lepasin gak!" gue mencoba melepaskan genggaman yang terasa kuat dilengan gue.

"Aduh sakit, lepasin! Lepasiiiinnn! Ihh." akhirnya genggaman itu terlepas dari lengan gue.

"Saya bisa keluar sendiri tanpa diseret ya pak!. Anda tidak sopan sekali kepada wanita!!." ucap gue dengan menunjukan telunjuk didepan wajah bapak2 yang menyeret gue.

"Yasudah sekarang kalian pergi!."

Gue pun keluar dan sekarang berada di depan gerbang rumah.

"Ih tega banget sih, kenapa semua kaya gini." air mata gue menetes lagi.

"Sabar yah non, non sekarang mau kemana ikut bibi aja yah."

"Gak usah bi saya ada tempat tinggal lain ko. Bibi pulang aja."

"Non yakin?" tanya bi siti.

"Iya yakin bi. Tenang aja ko. Oh iyah bi, pak wawan, pak iman maafin kanza sama papah yah kalo ada salah. Maaf, kalian jadi kesusahan kaya gini."

"Gak apa2 non, tuan udah baik banget sama kita semua, udah mau mempekerjakan kami." ucap pak wawan.

Dan semua mengangguk angguk.

"Yaudah bi, kanza pergi dulu ya bi." gue memeluk bi siti.

Bi siti membalas pelukanku."Non hati2 ya, yang sabar, kalo ada apa2 hubungi bibi aja yah non, gak boleh sedih."

Gue mengangguk "Ia bi."

Gue berjalan dan menyetop taxi.

"Kira2 kemana yah, gue mau tinggal dimana? Tuhan. . kejam sekali dunia ini, kenapa semua terasa bertubi-tubi. Papah tolongin kanza." ucap gue didalam hati.

Papah pergi, ibu pergi, sekarang gue harus kemana? Gak ada tempat tinggal, gak ada tempat berlindung. Kenapa semua terjadi menimpa gue. Sakit! Sakitt banget. Perih banget hidup gue.

Saat gue melihat dari dalam jendela mobil kearah luar, gue melihat ada plang yang bertuliskan 'rumah ini dijual hub: 08xxxxxxxxxx'

"Pak stop pak." gue langsung membayar tagihan kepada supir taxi.

Taxi telah pergi saat ini gue berada didepan rumah dengan membawa koper, didepan rumah yang terdapat plang tersebut.

"Lumayan nih, gue beli aja ini rumah. Gak begitu kecil juga. Yang penting ada tempat tinggal." gumam gue.

Gue langsung menghubungi nomor yang tertera diplang tadi. Dan membuat kesepakatan untuk membeli rumah itu.

Gue membeli rumah ini hasil tabungan gue selama ini, saat masih ada papah. Ya gue emang udah dibiasain nabung dari kecil semua itu didikan papah, karena gue cuma punya papah orang tua satu2nya yang gue punya. Sekarang papah udah pergi, papah udah bahagia di alam sana. Pah doain kanza semoga kanza kuat tanpa papah. Harus!

Bersambung . . .

Kacau banget part ini! Hueee

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KanzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang