Chapter 2

361 30 9
                                    

Ternyata lariku cukup cepat daripada yang aku duga. Tapi yang tidak aku duga adalah, jarak yang aku tempuh dari klub ke rumahku dengan hanya berlari. Tidak seperti aku yang mengendarai mobil. Oh, aku memang bodoh.

Dengan gemetar aku memasuki rumahku dengan sisa-sisa tenagaku yang masih ada. Aku langsung menutup pintu rumahku dan menguncinya. Lalu aku melanjutkan lariku ke kamar dan segera mengunci pintunya. Saat pintu sudah terkunci, aku langsung roboh ke lantai, merosot begitu saja di balik pintu ini. Dan suara nafasku yang terengah-engah mengisi indra pendengaranku sendiri.

Tadi benar-benar gila. Bagaimana bisa ada vampir di dunia ini? Mungkin jika aku tinggal di dunia fantasi seperti dikebanyakan novel, itu masuk akal. Tapi ini dunia nyata. Dunia yang fana. Dan, mana mungkin ada vampir?!

Hm, tidak tidak. Lalu tadi itu siapa? Dua laki-laki yang baru saja membeli gigi taring palsu untuk menipu seluruh orang di kota ini? Yang benar saja. Dan bagaimana tentang wanita tadi, yang di gigit oleh si vampir hingga pingsan? Darahnya asli. Aku bisa memastikan itu, entah bagaimana.Tapi sekali lagi, mana mungkin vampir itu nyata?

Aku menunduk di sela-sela lututku. Mengacak-acak rambutku frustasi. Oh ya ampun! Sekarang aku yang gila. Sepertinya aku butuh istirahat. Tapi sebelum itu, aku harus membersihkan yang satu ini, lukaku yang mengering.

Aku bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi yang berada di kamarku. Aku mencari obat di kotak P3K dan setelah mendapatkannya, aku membawanya ke tempat tidurku. Aku bingung harus bagaimana. Kakiku masih bergetar karena kelelahan. Tadinya aku ingin mencuci luka ini dulu. Tapi kakiku sudah tidak kuat. Ya Tuhan, kenapa aku bisa berada di seperti ini?

Aku merebahkan badanku ke kasur dengan kaki yang masih menggantung. Aku memandangi langit-langit kamarku dengan pandangan yang kosong. Aku haus. Aku lapar. Aku harap keluargaku ada di sini dan akan membangunkanku besok pagi. Semoga saja.

Lalu terdengarlah suara perutku yang kelaparan. Ya ampun, benar juga, aku memang belum makan malam. Ini benar-benar terlambat. Aku naik ke kasur dan melongok ke arah jendela. Tidak ada siapa-siapa. Aku menutup rapat-rapat jendelaku. Aku pikir vampir tadi mengejarku sampai ke sini. Tapi kurasa itu tidak mungkin. Lagi pula, apa yang ia inginkan dariku? Darahku? Tidak. Masih banyak darah menyegarkan di luar sana. Dia tidak mungkin ke sini. Tidak mungkin.

Perlahan aku menuruni kasur lalu berjalan menuju pintu dan membuka kuncinya. Aku menuruni tangga dan pergi ke arah dapur. Dapurku tidak terlalu besar. Hanya peralatan masak sederhana yang dibeli ibuku untuk keperluannya. Juga ada kulkas, oven, dan sebuah nakas berukuran sedang. Aku berjalan menuju kulkas dan mengambil botol minumku, lalu meneguknya sebagian. Aku masih mencari sesuatu di dalam sana untuk kujadikan cemilan. Apa pun itu. Karena semenjak keluargaku pergi liburan dua hari yang lalu, aku belum sempat pergi belanja bersama Bella dan yang aku makan hanya makanan cepat saji. Dan kau tahu, lama-kelamaan rasanya menjadi tidak enak. Sepertinya besok aku harus mengajak Bella ke rumahku untuk menginap di sini dan menemaniku ke super market. Dia bilang, dia juga ingin pergi ke sana.

Ya, aku dapat! Dari semua macam makanan yang ada di kulkas ini, yang menurutku paling cocok untuk kumakan malam ini adalah sereal coklat milik adikku. Ini adalah salah satu makan favoritku sewaktu kecil. Dan aku masih menyukainya sampai sekarang. Bahkan, seakan mengerti, ibuku sering membuatkanku sereal ini setiap pagi sebelum bekerja bersamaan dengan adikku. Oh ya ampun, ternyata aku masih kekanak-kanakan.

Aku mengambil kardus sereal itu dan mengambil susu putih. Aku menuangkannya ke mangkuk dan mulai memakannya di meja makan. Dan demi apa pun, sereal ini benar-benar enak. Rasanya tidak pernah berubah sejak dulu. Di lidahku tidak pernah terdeteksi adanya kebosanan akan memakan sereal ini. Ini lezat sekali.

Setelah aku selesai memakannya, aku menaruh mangkuknya di cucian piring dan kembali duduk di tempat tadi. Aku kembali meminum botol minumku hingga habis tak tersisa. Dan sekarang rasa kantuk menyergapku. Aku menguap sambil meregangkan otot-ototku. Kubiarkan kepala dan tanganku bersandar di meja makan sambil menunggu mataku tertutup dengan sendirinya.

Kill MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang