Matchmaking

3.5K 309 8
                                    

Chapter 4

Jaejoong merasa bosan. Seharian ia hanya berbaring di tempat tidur. Tidak banyak yang bisa ia lakukan ketika kakinya mengalami cedera. Ia bahkan tidak bisa pergi ke kamar mandi sendirian.

"Apakah kakimu sudah terasa lebih baik?" Junsu berkunjung ke rumah Jaejoong sepulang kuliah. Kuliah semakin terasa menyiksa tanpa kehadiran Jaejoong. Biasanya ia akan memfotokopi catatan Jaejoong dan meminta Jaejoong mengajarinya. Sekarang ia harus mencatat sendiri. Ia bahkan tidak mengerti apa yang ia catat.

Jaejoong menggeleng. "Kakiku terasa semakin sakit jika aku hanya berdiam diri."

"Mau bagaimana lagi? Kau tidak mungkin pergi ke kampus dalam keadaan seperti ini." Junsu hanya bisa menghela nafas.

"Aku bisa menggunakan kruk ke kampus," balas Jaejoong. Ia sangat keras kepala. "Akan tetapi, ayah dan ibu tidak mengizinkanku pergi."

Junsu berkacak pinggang. "Kau harus menurut kepada orang tuamu. Mereka sangat memedulikan keadaanmu. Bagaimana jika kau terjatuh di kampus? Masih banyak lagi hal buruk yang bisa saja menimpamu."

"Aku merasa bosan," keluh Jaejoong. Kuliah di kampus bisa membuatnya lupa akan Yunho untuk sejenak. Pada saat-saat seperti ini ia sangat memerlukan pelarian. Jika ia terus berdiam diri di rumah, ia akan terus memikirkan Yunho dan rasa sakit hatinya.

"Untuk itulah aku datang kemari." Junsu mencoba menghibur Jaejoong. "Aku akan menemanimu agar kau tidak merasa bosan."

"Jun-chan, maafkan aku!" Jaejoong merasa bahwa ia banyak bersalah kepada Junsu. Selain karena ia sudah merepotkan Junsu, ia juga merasa bersalah karena telah mencintai ayah Junsu dan menyembunyikan hal tersebut dari sahabatnya itu.

"Untuk apa?" Junsu mengerutkan keningnya.

"Untuk segalanya." Jaejoong tidak bisa berterus terang kepada Junsu.

"Kita adalah sahabat. Tidak ada yang perlu dimaafkan." Junsu tersenyum. Ia memang menyesalkan sikap Jaejoong yang merahasiakan hal sepenting itu darinya, tetapi ia memahami alasan Jaejoong menyembunyikan hal itu darinya.

Jaejoong merasa sedikit terhibur oleh kehadiran Junsu. Setidaknya pikirannya tidak terpaku kepada Yunho. Ia memang masih belum bisa menghilangkan rasa sakit di hatinya. Ia pun belum bisa tersenyum dengan tulus.

Junsu berusaha menghibur Jaejoong. Ia menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi di kampus. Ia bisa melihat Jaejoong tersenyum, tetapi ia tahu bahwa Jaejoong tidak benar-benar tersenyum. Sahabatnya itu sangat memaksakan senyumannya. Melihat Jaejoong seperti itu membuat hatinya ikut sedih.

.

.

.

"Bagaimana keadaan Jaejoong?" Yunho merasa penasaran dengan keadaan Jaejoong.

"Bengkak di pergelangan kakinya parah sekali." Sejak pulang dari planetarium Junsu merasa malas berbicara dengan ayahnya. Ayah dan kekasihnya itu telah membuat sahabatnya bersedih dan menangis.

"Kau terlihat lesu sekali, ada apa?" Yunho menunjukkan perhatiannya kepada sang putri.

"Tentu saja aku lesu dan tidak bersemangat. Tidak ada Jaejoong yang menemaniku di kampus. Sahabatku itu terbaring tanpa daya di rumahnya." Junsu menggerutu.

"Masih ada teman-temanmu yang lain, bukan?" balas Yunho.

Junsu menatap ayahnya yang tidak memahami rasa kesal di hatinya. "Mereka berbeda dengan Jaejoong. Ia adalah sahabatku sejak SMA."

My Older Crush (Yunjae Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang