The End of the Beginning

17.2K 665 63
                                    

Chapter 12

Seperti biasa pagi ini pun Jaejoong menyiapkan keperluan suaminya, bahkan memasak sarapan untuk keluarga. Biasanya ia melakukan hal itu dengan senang hati dan riang gembira. Namun, pagi ini rasanya lain. Hatinya terasa sangat sedih. Besok aku tidak akan melakukan ini lagi. Berat baginya untuk meninggalkan suami yang sangat dicintainya. Akan tetapi, ia sudah memutuskan untuk pergi.

Yunho melihat perbedaan pada tingkah laku dan raut wajah istrinya. Istrinya itu terlihat sangat murung. "Ada apa denganmu, Sayang? Kau terlihat tidak bersemangat pagi ini." Ia melihat dengan sangat jelas bahwa tangan Jaejoong bergetar saat memakaikan dasi pada lehernya. "Seharusnya kau tidak menungguku tadi malam."

Hati Jaejoong semakin terasa ngilu. Ia benar-benar merasa tidak diharapkan oleh Yunho. "Maaf." Hanya itu yang sanggup ia katakan.

"Lain kali kau tidak perlu menungguku pulang." Yunho berkata dengan tegas. Ia tahu bahwa Jaejoong sangat keras kepala. Oleh karena itu, menurutnya ia harus bersikap tegas agar Jaejoong menuruti perkataannya.

Mungkin tidak akan ada lain kali. Jaejoong mengangguk.

Yunho merasa bahwa tingkah laku Jaejoong terlalu aneh pagi ini. Namun, ia membiarkannya saja. Mungkin istrinya itu sedang jenuh atau lelah.

"Sudah selesai," ujar Jaejoong lemah.

"Ayo kita sarapan!" Yunho menggenggam tangan Jaejoong dengan erat dan membimbing istrinya itu untuk pergi ke ruang makan.

Tanganmu terasa sangat hangat menggenggam tanganku. Mungkin aku tidak akan bisa merasakan lagi betapa hangatnya tanganmu. Jaejoong ingin memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Ia meremas tangan Yunho dengan kuat dan tak ingin melepaskannya.

Yunho tersenyum saat merasakan tangan Jaejoong meremas tangannya. Namun, entah mengapa ia merasa aneh. Remasan tangan Jaejoong terasa sangat posesif. Jantungnya berdebar. Ia merasakan firasat buruk. Apa yang terjadi dengan istrinya?

.

.

.

Masakan Jaejoong pagi ini terasa hambar, sesuai dengan suasana hatinya. Namun, tak ada seorang pun yang berani berkomentar. Mereka ingin menghormati dan menjaga perasaan Jaejoong. Mereka berpikir mungkin Jaejoong memang sedang lelah.

Jaejoong sama sekali tidak memakan makanannya. Dadanya terasa sesak. Ia tidak sanggup untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Jae, apakah kau merasa mual?" Ny. Jung masih berpikir bahwa Jaejoong sedang mengandung.

Jaejoong menggeleng. "Tidak, Bu. Aku hanya sedang tidak nafsu makan."

"Yun, apakah kau sudah membawa Jaejoongie ke dokter?" Ny. Jung bertanya kepada putranya.

"Belum, Bu. Jaejoongie mengatakan bahwa ia baik-baik saja, sehingga aku tidak jadi membawanya ke dokter." Yunho menjelaskan.

Ny. Jung menatap tajam ke arah putranya. Putranya ini tidak perhatian kepada istri. "Kau ini tidak peka. Walaupun istrimu mengatakan bahwa ia baik-baik saja, bukan berarti kau bisa menghiraukannya. Kadang-kadang kami para wanita berkata baik-baik saja agar suami kami tidak terlalu khawatir."

Yunho hanya bisa mengangguk saat ia sedang diceramahi oleh sang ibu. Walaupun ia adalah kepala keluarga, ia sangat patuh dan menghormati ibunya.

Junsu berusaha menahan tawanya saat menyaksikan sang ayah yang sangat ia segani diomeli oleh neneknya. Sekilas ia melirik Jaejoong. Sahabat sekaligus ibu tirinya itu masih saja termenung. Apakah Jaejoong dan ayahnya benar-benar sedang bertengkar karena Jihyun?

My Older Crush (Yunjae Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang