The Scenario

3.7K 280 16
                                    

Chapter 5

"Aku sudah meminta izin kepada koordinator laboratorium agar kau bisa melakukan praktikum susulan di rumah." Changmin membawa peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk praktikum ke rumah Jaejoong.

"Kau tidak perlu repot-repot, Min. Besok mungkin aku sudah bisa kembali ke kampus." Jaejoong menunjukkan kakinya yang sudah tidak terlalu bengkak kepada Changmin.

"Kau sudah terlalu banyak tertinggal. Masih ada beberapa praktikum yang harus kau kejar." Changmin mulai mengeluarkan alat-alat praktikum yang dibawanya.

"Changmin sampai harus memohon-mohon kepada koordinator laboratorium agar kau diizinkan praktikum di rumah." Junsu memberi tahu Jaejoong. "Ia juga harus menulis surat jaminan untuk membawa alat-alat praktikum ke luar."

"Benarkah?" Jaejoong menatap Changmin dengan haru. "Min, terima kasih banyak! Aku sudah begitu merepotkanmu." Ia tidak menyangka bahwa Changmin akan melakukan hal itu untuknya karena selama ini hubungan pertemanan mereka tidak terlalu dekat.

"Tidak apa-apa." Senyuman Changmin mengandung makna tersembunyi. "Kau dan Junsu adalah temanku. Aku tidak akan sungkan-sungkan untuk membantu kalian."

"Terima kasih banyak, Min!" Sekali lagi Jaejoong berterima kasih kepada Changmin. Ia memeluk Changmin. Ia tidak mengira bahwa Changmin sebaik ini.

"Ayo, kita mulai menyiapkan peralatannya!" Junsu terlihat sangat antusias.

"Selama kau melaksanakan praktikum, aku harus merekamnya sebagai bukti bahwa kau benar-benar melaksanakan praktikum tersebut." Changmin mengeluarkan handicam dari dalam tasnya.

"Praktikum apa yang harus kulakukan sekarang?" tanya Jaejoong. Sudah banyak praktikum yang ia lewatkan.

"Pembedahan hewan," jawab Junsu.

"Hewan apa?" tanya Jaejoong lagi.

Junsu mengeluarkan sebuah toples kaca dari dalam tas yang berisi peralatan praktikum. "Cacing."

Jaejoong membelalakkan matanya. Ia memandangi hewan yang menggeliat-geliat di dalam toples kaca. Itu adalah cacing paling besar yang pernah ia lihat. "Be... besar sekali."

Junsu tersenyum kepada Jaejoong. "Kau akan lebih mudah untuk membedahnya jika cacingnya berukuran besar."

"Ta... tapi aku sangat takut kepada cacing. Bentuknya yang panjang dan menggeliat-geliat membuatku jijik." Jaejoong mulai merasa mual. Keringat dingin mulai bercucuran di dahinya.

"Tenang saja, aku akan menemanimu di sini," ujar Junsu.

Wajah Jaejoong memucat. Ia tidak ingin menyentuh cacing itu.

"Apakah kau sudah siap?" Changmin sudah siap dengan kameranya.

Junsu sudah selesai mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk membedah cacing. Ia pun membuka toples kaca berisi cacing.

"Tidak! Aku tidak ingin melakukannya!" Jaejoong mulai menangis. "Aku tidak mau." Ia menangis tersedu-sedu.

Changmin hanya bisa menggeleng-geleng kepala melihat kelakuan Jaejoong. Ia tidak menyangka bahwa Jaejoong sangat takut kepada cacing.

"Jaejoongie, tenangkan dirimu! Kau harus bisa melakukannya." Junsu memberikan pisau bedah kepada Jaejoong.

Tangan Jaejoong bergetar saat memegang pisau bedah yang diberikan oleh Junsu. Ia menatap cacing yang sudah berada di depan matanya. Cacing tersebut menggeliat-geliatkan tubuhnya. "Aku tidak bisa. Aku takut." Ia masih tersedu-sedu.

"Berhentilah menangis! Kau harus segera melakukannya karena laporannya harus dikumpulkan hari ini juga," ujar Junsu.

"Jun-chan, aku takut!" rengek Jaejoong. "Mengapa dari sekian banyak hewan di muka bumi ini, aku harus membedah cacing?"

My Older Crush (Yunjae Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang