"Ana! Bangun, ini sudah jam 6. Sebentar kamu upacara! Kamu harus sarapan!!" Teriak nyokap gue di telinga gue.
"Iyaa bu." Gue berjalan dengan muka bantal yang dihiasi air liur yang membeku di sekitar mulut dan menuju Toilet.Seusai gue pakaian, gue langsung ke meja makan dan mendapati sebuah roti yang dalem nya ada telur dadar.
Gue menghayati setiap gigitan roti dan gue sampai lupa waktu, kalo gue udah benar benar terlambat.
*
"Pancasila!" Teriak kepala sekolah gue saat upacara.
"Pancasila" Siswa mengikuti perkataan kepala sekolah gue.Uhh, gue kenapa? Serasa pengen muntah deh* Gumam gue dalam hati saat upacara. Gue mesti tahan, pasti bisa*
"Ketuhanan yang maha esa"
"Ketuhanan yang maha esa"Perut gue terasa sakit, tangan gue mulai dingin. Apa apaan ini? Perasaan tadi udah makan roti.
Tanpa sadar kaki gue berjalan ke barisan paling belakang dan berjongkok. Semua orang merhatiin gue, disaat itulah gue merasa bagaikan selena gomez. "Ehh lo kenapa?" Tanya salah satu temen gue.
Menggelengkan kepala* Gue menggelengkan kepala gue karena udah enggak sanggup ngomong.Sekarang semua temen temen gue nyuruh gue masuk ke kelas 97 yang kebetulan itu kelas ifah* Dorongan mereka sangat kuat jadi terpaksa gue masuk ke kelas 97 buat istirahat. Dan tadaaa, didalem ada wali kelas gue yang juga psikopat gilaa. Wajahnya sangat menakutkan ketika gue masuk berkalan ke kelas 97 tanpa penghuni itu.
*
"Masing masing ketua kelas, membubarkan barisannya"
Karena gue takut kepergok ifah kalo gue gak enak badan jadi gue langusng berdiri dari tempat duduk gue dan menuju pintu.
Disaat mau keluar, gue melihat dilaa dan lina, sahabat gue waktu kelas 8. "Eh kamu kenapa ana?"
"Mm, enggak gak apa apa"
Mereka berdua menggandeng gue keluar dari kelas."Ana? Ayo cepat naik kekelas, pakai alat pernafasan mu" Kata fhey sambil menggandeng ku, dila dan lina melepas gandengan nya karena sudah ngeliat gue di gandeng sama temen sebangku gue.
Disaat berusaha keluar dari kelas, gue ngeliat ifah.
"Eh lo gak papa?"
Menggelengkan kepala* Gue cuma menggelengkan kepala dan merasa takut karena gue bakal di ceramahin sama ifah.Gue merabah tas gue, gue mencari alat bantu pernafasan gue yang dulu dikasih sama dokter.
Terasa lega, Karena asma ku kambuh gue mengompa alat tersebut dan memasukkan alat pernafasan nya ke mulut gue.
Entah kenapa setiap angin yang masuk ke mulut gue membuat gue berfikir, "Mungkin gak lama lagi gue mati." Dan perlahan air mata gue terjatuh membasahi pipi gue.
Tak lama kemudian bangku gue dipenuhi dengan orang orang, melihat aksi pemompaan pernafasan gue. Gue merasa bagai Selena gomez Yang diliatin nyanyi.
"Sebaiknya lo pulang deh." Sahut Widya. "Eh iya, kalo gue jadi lo gue bakal pulang" Kata Emha. Air mata gue terus mengalir dan gak bisa gue bendung, Hikmah mengusap air mata gue dan berkata "Keep strong Ana!"
Pemompaan itu masih berlanjut hampir lima menit. Dan gue mutusin buat berhenti, nafas gue udah mulai stabil.
Banyak orang prihatin sama gue. Gue heran bahkan gue sendiri gak prihatin sama sekali, hal ini sudah sering terjadi, Dan ini bukan yang pertama kalinya.
Tanpa sadar biasa gue berandai andai, jika gue mati yang nangis siapa aja? Bentuk kuburan gue gimana? Gue dikubur dimana?Pfft menyedihkan.
TO BE CONTINUED*
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Apa Di Balik Awan?
HumorTidak semua yang terlihat bahagia, benar benar bahagia.