(Darker) Bab 10

62 3 4
                                    

Hari ini sangat beda, biasanya dipagi ini banyak kicauan burung yang terdengar. Sekarang rasanya berada di tempat yang lain, yang lebih gelap.

Kewajiban gue yang harus kesekolah terkadang buat gue capek. sebenarnya bukan capek, Gue cuma bosan ngeliat wajah yang sama setiap harinya.

Untung gue kesekola pake hijab, kalo lingkaran aneh ini terlihat palingan sekelas kira gue alergi aneh.

Memakai baju pramuka, hijab berwarna Cream, Sepatu putih hitam, dengan tas yang berada di punggung gue.

"Ana, Kayaknya kita terlambat deh" Kata Fhey yang mulai cemas.
"Enggak, kita gak terlambat. Percaya deh sama gue" Sahut gue meyakinkan fhey. "Tapi hari ini tugas gue buat membersihkan kelas." Balas fhey.
"Lah? Kalo gitu bagusnya kita terlambat. Kalo lu terlambat kan ga perlu membersihkan kelas lagi, tinggal langsung belajar. Hahahaa" kata gue sambil tertawa.

"Eh, fhey lu udah terlambat ga mau membersihkan lagi!" Bentak ketua kelas gue yang sok cakep. Gue cuma bisa ngeliatin temen gue dibentak kayak gitu, gue gak bisa ngelawan. Karena terakhir kalinya gue ngelawan yaah masuk Ruangan BK.

"Sekarang gue harus membersihkan dimana??Kan kelas udah bersih." Tanya Fhey dengan muka yang sedikit salting, Yah maklum temen gue yang satu ini naksir sama sikejam dan galak itu.
"Lo membersihkan di Musollah." Tegas Ikhsan sebagai ketua kelas yang sok cakep. Dari kejauhan gue bisa ngeliat Fhey berjalan menghampiri gue. "Temenin gue membersihkan di musollah, pliss,plisss." Rengek fhey dengan mata besarnya. "Okeh. Tapi gue gak bantuin lo ya, gue cuma ngawasin doang." Jawab gue sambil Menghelah nafas.

"Lo sapu disana! Terus ambil pel, tapi sebelumnya dicuci dulu!!" Ejek gue sambil tertawa kecil.
"Ihh lo ikut bantuin juga!!" Teriak fhey dari dalem musollah.

*

"Ana!!, Plis maafin gue. Gue yang salah maafin gue Ana!!" Kata Ifah dengan mata yang berusaha membendung air matanya. "Ya." Jawab gue cuek sambil berjalan meninggalkan tempat itu. Gue merasa jahat dan mencoba menoleh dan yang gue lihat ifah nangis di pojokan Gue gak tega, shit.* "Hey! Gue gak marah kok. Serius" gue mengusap air matanya yang mulai berjatuhan. "Gue kekelas dulu." Kata gue setelah menenangkan ifah. Gue ngelakuin hal yang benar, gue harus bisa nerima ifah lagi seperti dulu, tapi gue masih butuh waktu*

1 minggu berlalu, sedikit demi sedikit masalah ku terselesaikan. Masalah leherku, masalah ifah. Dan kini muncul masalah baru, haruskah hidup segila ini?

Ana
Lo pergi les gak?

Icha
Enggak, gak ada motor soalnya.

Ana
Yaelah, lu kayak gak kenal gue aja. Kasih alamat rumah lu, gue jemput.

Icha
Ibu gur ngelarang gue pergi.

Ana
Bilang aja ku diantar sama gue.

Icha
Lu bawa motor?

Ana
Yap.

Icha
Emang lu tau naik motor huh?

Ana
Iyalah masa enggak.

Icha
Gue gak bisa!

Ana
Lah? Gue jemput geblek.

Icha
Gue dilarang.

Ana
Iya lu dilarang knp? Gue mau kasih tau lo tentang Inul.

Icha
Tanya gua sekarang aja.

Ana
Lo yang kesini.

Icha
Udah gak usah.

Ana
Pliss deh, lu kesini dong. Gue butuh lu sekarang.

Icha
Susah emang kalo lo egois.

Ana
Hah? Gue egois? Okay. Gue nyadar, gue jahat, egois, pft. Apalagi? Keluarin semua.

Icha
O

Apa apaan sih? Gaje banget marah tiba". Padahal gue lagi butuh icha, gue gak tau harus ngapain. Gue butuh icha, tapi ahh lupakan.

"Icha gak dateng les."
"Knp?" Tanya ifah dengan pandangan nya dihp yang mungkin sedang bermain Simi-simi.
"Gak tau ahh males gua." Bales gue sambil ngajak ifah masuk ke kelas.

Ini pertama kalinya gue dirpc dan gue ngerasa gak baik baik saja.
Jadi gue putusin buat pulang dengan muka lusuh gue ngetuk pintu hijau yang terbuat dari kayu jati.

TO BE CONTINUED

Cerita yang ini terpaksa dibuat karena dipaksa oleh salah satu tokoh yang geblek dicerita ini "ICHA"

Ada Apa Di Balik Awan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang