1. Hati Yang Sepi?

381 31 7
                                    

OUR HEARTS ARE HURTS
1. Hati Yang Sepi?
.
.
.
.
.
Check This Out
.
.

"Lo seriusan? Emang gak takut sama karma?" Seru Trita saat dirinya dan Qiya berjalan menuju kelas. Kelas Trita dan Qiya memang berbeda. Qiya berada di kelas XII IPS 3 dan Trita berada di kelas XII IPS 6

"Ngapain gue bohong? Ini udah fix, Tri. Jangan bikin gue menyesal gara-gara denger ucapan lo itu." Jawab Qiya kesal

"Ya tapi kan Qi, lo gak inget dulu lo berjuang buat kak Aji gimana? Lo udah nunggu dia bertahun-tahun tapi setelah lo dapetin dia lo lepas dia. Inget jalan yang udah lo laluin dong Qi," Trita menatap Qiya gemas

"Ya gue inget lah. Udah deh lo jangan berusaha ngubah jalan pikiran gue. Ini udah keputusan gue Trita Elleyanor!" Jawab Qiya menekankan setiap katanya. Bertepatan dengan itu Qiya dan Trita sudah sampai di pintu kelas Qiya. Qiya langsung masuk kelas dan tidak mendengarkan ucapan Trita

"Qiya, gue belum beres ngomong hei!" Ucap Trita berteriak sambil memandang Qiya kesal

"Sstt berisik lo masih pagi udah teriak-teriak!" Protes Adit salah satu teman Qiya dikelasnya. Trita langsung berjalan menuju kelasnya tanpa mempedulikan ucapan Adit

"Qi, lo udah ngerjain PR dari pak Osmon?" Tanya Adit masam

"Udah, lo mau nyontek?" Qiya tersenyum jahil, Adit menganggukan kepalanya semangat

"Boleh?" tanya Adit memastikan

"GAK!" Qiya sedikit membentak lalu tertawa terbahak-bahak

"Yah Qi, satu soal aja.. Please yaa, Qiya cantik deh." Rayu Adit sambil memasang muka memelasnya

"Sekali engga tetep engga Adit!" Qiya hendak meninggalkan Adit tapi Adit mencegahnya

"Qiya mah jahat ih, tega ya aku dimarahin pak Osmon?"

"Hiih sejak kapan lo berubah panggilan jadi 'aku' gak cocok sama muka Dit, gak cocok. Udah ah mumpung masih pagi nih lo kerjain PR lo sana ntar keburu bel lagi," Qiya menepuk pundak Adit dan menuju ke pintu kelasnya lalu bersandar sambil menatap kosong ke arah lapangan

Kata-kata yang Trita ucapkan membuat Qiya galau. Benar. Bagaimana jika nanti karma menghampirinya? Bagaimana jika nanti Qiya harus menunggu untuk kesekian kalinya? Apa Qiya akan sanggup? Aji dulu memang sempat menyia-nyiakan Qiya, tapi itu dulu. Aji pernah berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama kepada Qiya dan Aji membuktikannya. Ia selalu ada disaat Qiya membutuhkannya, selalu mengerti Qiya dan selalu membantu jika Qiya sedang dalam masa-masa sulit. Tapi kini keadaan berbalik. Qiya yang menyia-nyiakan Aji.

"Qiyaaa!" Teriak seseorang saat Qiya sedang asik dengan pikirannya

"Eh, ada apa Nis?" Tanya Qiya saat berbalik menghadap pada temannya

"Lo kenapa?" tanya Anisa, salah satu teman curhat Qiya dikelas

"Gak, gue gak apa-apa kok, ada apa?" Qiya mengulang pertanyaannya

"Oh engga ada apa-apa kok, tadi gue liat lo ngelamun gue kira ada apa-apa," Ujar Anisa

"Gak ada apa-apa, Nis."

"Syukur deh. Eh gimana hubungan lo sama kak Aji? betah amat nih ye lama-lama, Haha.. langgeng terus ah Qi," Ucap Anisa sambil tertawa kecil, Qiya hanya tersenyum. Tersenyum miris lebih tepatnya

"Lo sendiri gak bosen sendiri?" Qiya meledek

"Bosen sih pasti ada Qi, tapi gue akan jalanin ini semua dengan senyuman. Karena gue yakin, dibalik semua ini ada hikmahnya." Anisa tersenyum menatap Qiya, ada keraguan dihatinya, tak biasanya Qiya melamun lama seperti tadi

OUR HEARTS ARE HURTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang