2. Meet Up

231 22 5
                                    

OUR HEARTS ARE HURTS
2. Meet Up
.
.
.
.
.
Check This Out
.
.

Qiya menatap langit malam kosong. Beberapa hari semenjak ketidakpastian statusnya dengan Aji ia lebih sering melamun. Memikirkan 'apa keputusan nya sebenarnya untuk hubungan mereka?' Qiya kelabakan sendiri. Orang-orang terdekatnya belum mengetahui perihal hubungan Qiya dan Aji kecuali, Trita. Saat sedang melamun ponsel nya berdering tanda ada panggilan masuk. Ia segera mengangkatnya tanpa melihat siapa orang yang menelepon

"Hallo?" Ujar Qiya mendekatkan ponsel ke telinga kirinya

"Qiya.." Jawab seseorang di seberang sana suaranya pelan, Tapi Qiya hafal suara ini. Ia langsung melihat layar ponselnya dan dugaannya benar. Yang meneleponnya adalah Aji

"Eh kak, ada apa?" Qiya berusaha untuk tidak canggung walau keadaan sebenarnya suhu tubuhnya menjadi sedikit dingin dan tangan nya gemetar

"Makasih." Jawab Aji singkat

"Makasih untuk apa kak?" Tanya Qiya bingung

"Untuk semua kenangan yang udah kita lalui bersama," Jawab Aji. Qiya membeku ditempatnya dan ponselnya terjatuh.

***

Sinar matahari pagi menyapa Qiya lewat celah jendela kamarnya. Qiya mengerjapkan matanya beberapa kali lalu bangun dan meminum air bening yang selalu ia siapkan agar saat terbangun di malam hari ia tidak perlu jauh-jauh ke dapur yang berada di lantai 1. Lalu, bergegas ke kamar mandi yang ada di kamarnya.

35 menit ia membersihkan dirinya dan berpakaian serta membereskan tempat tidurnya. Memoles wajahnya dengan krim bayi dan bedak bayi. Kulit Qiya sensitif oleh karena itu Mama Qiya tak mengizinkan Qiya untuk berlebihan dalam bermake up. Setelah selesai ia mengambil tas dan ponselnya lalu bergegas sarapan.

"Selamat pagi, Qiya." sapa Rafa tersenyum manis. Qiya mengernyitkan dahinya bingung. "Tuh anak kesambet apaan?" pikirnya. Qiya tak memperdulikan kakaknya dan duduk di kursi makan.

"Pagi ma, pagi pa." Sapa Qiya manis. Walaupun orang tuanya sibuk bekerja tapi mereka selalu menyempatkan untuk sarapan bersama

"Pagi sayang," jawab kedua orang tua nya kompak dan tersenyum pada Qiya

"Tadi gue nyapa lo kok gak dijawab?" Tanya Rafa duduk berhadapan dengan Qiya

"Lo kok tumben nyapa gue?" Qiya bertanya balik

"Emang gak boleh seorang kakak nyapa adiknya?"

"Bukan gitu kak. Ya gak kaya biasanya lo nyapa gue," Ujar Qiya merasa bersalah lalu menunduk. Rafa menghampiri adik yang paling ia jaga itu dan duduk disampingnya

"Gue tau apa yang terjadi sama lo dan Aji." bisik Rafa tepat di telinga Qiya. Qiya tersentak lalu memandang Rafa

"Ma-Maksud lo?" Tanya Qiya gelagapan

"Udah cepet abisin sarapan lo, kita berangkat. Gue gamau gue telat ngampus nih," Ucap Rafa lalu menghampiri kedua orang tuanya dan pamitan untuk mengantar kedua adiknya dan ia sendiri berangkat ke kampus

#Perjalanan

"Lo tau darimana kak?" Tanya Qiya sambil memandang kakaknya yang sedang fokus menyetir. Qiya duduk disamping kakaknya

"Tau apaan?" Desta yang duduk di kursi belakang pun memajukan kepalanya untuk mendengar lebih jelas pembicaraan kedua kakaknya

"Lo bocah gak usah dengerin!" Titah Rafa memundurkan kepala Desta dengan tangan kirinya

OUR HEARTS ARE HURTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang