Prologue

31K 1.1K 44
                                    

Perempuan itu membuka kedua matanya, melihat ke sekitarnya berharap ia menemukan seseorang yang ia kenal. Hanya ada empat dinding putih menjulang yang membatasi penglihatannya. Tiba-tiba ia melihat sesosok laki-laki berperawakan tinggi memunggunginya .

"Dimana saya?" ucap perempuan itu parau . Lelaki itu membalikan badanya seraya melihat ke arah perempuan itu, kemudian laki-laki itu tersenyum.

"Dokter.." teriak laki-laki itu. Dokter yang sedang berjaga segera lari dan masuk ke kamar perempuan itu.

"Syukurlah pasien sudah sadar," ujar dokter itu saat melihat perempuan itu telah sadarkan diri.

"Anda siapa? Kalian siapa ?" ucap perempuan itu dengan ekspresi kebingungan. Dokter segera memeriksa denyut jantung perempuan itu untuk memeriksa keadaanya.

"Akhirnya kamu sudah sadar Tania," lelaki itu berjalan ke samping perempuan itu

"Tania ?siapa itu Tania? Lalu anda siapa?" tanya Tania sambil mengerjapkan kedua matanya.

"Gue Gentar, kakak lo," ucap laki-laki itu sambil mengelus lembut kepala Tania. Perempuan yang ternyata bernama Tania itu terlihat bingung.

"Keadaan pasien sudah membaik, namun sayangnya ia kehilangan ingatan dikarenakan benturan keras di kepalanya," jelas dokter tersebut kepada laki-laki itu yang ternyata adalah Gentar kakak dari Tania.

"Apa ada kemungkinan bisa sembuh dok?" tanya Gentar khawatir

"Sulit untuk bisa sembuh kembali ke keadaan normal karena benturannya sangatlah keras, sehingga merusak sebagian memorinya. Kita bisa membantunya mengingat kembali dengan apa yang dia alami. Tapi membutuhkan waktu yang sangat panjang," jelas dokter tersebut. Sementara Gentar memperhatikan perkataan dokter dengan sangat serius.

"Jadi, kemungkinan besar ingatan adik saya kembali sangat sedikit dok?"

"Ya, mungkin jika kembali pulih pun tidak semua ingatan akan berhasil ia ingat. hanya keajaiban yang bisa merubahnya. Jika semua sudah selesai, saya permisi dulu," ucap dokter berpamitan

"Terimakasih dok," Gentar melihat iba kearah Tania.

"Kakak?" Tania tersenyum. Gentar mendekat ke sebelah Tania.

"Apa yang dokter bilang kak?" tanya Tania penasaran.

"kamu hilang ingatan Tan," ujar Gentar sedih.

"Jadi, aku gak bakalan bisa ingat semua kenangan masa lalu aku kak ?" tanya Tania sendu. Gentar hanya bisa mengangguk dengan ekspresi prihatin.

"Tenang Tania, gue bakal bantu elo. untuk mengingat semua masa lalu elo," Gentar memberikan senyuman terhangatnya pada adiknya ini. Tania tersenyum dan memeluk kakak tercintanya ini.

"Ibu sama ayah mana ?" tanya Tania yang sudah mulai mengenali dirinya.

"Sebentar gue telepon Ibu sama Ayah dulu," Gentar melepaskan pelukan adik tercintanya ini dan menelepon kedua orang tuanya. Tania tersenyum melihat kakanya yang tampan. Tania tidak menyangka tenyata ia mempunyai kakak yang sangat tampan.

'Haduh ganteng juga kakak gue' batin Tania sambil tersenyum. Tania tidak dapat mendengar betul apa yang sedang di bicarakan oleh kakaknya. yang jelas ia melihat kakanya sangat gembira sekali.

Gentar mematikan teleponya dan berjalan ke arah Tania.

"Kak, aku mau tanya, sudah berapa hari aku koma?" Gentar sedikit berpikir mengingat sudah berapa lama adik satu-satunya ini koma.

"Kira-kira sekitar seminggu Tan" jelas Gentar sambil tersenyum.

kruuuk..kruuuk..

Perut Tania tiba-tiba berbunyi. Bagaimana tidak, hampir seminggu Tania tidak benar -benar makan. Gentar yang mendengar suara perut Tania tertawa.

Sixth Sense (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang