duapuluhdua

9.2K 522 36
                                    

Larissa dan Xavier langsung pergi saat itu juga ke rumah sakit tempat Altair di rawat.

Larissa berhasil mengingat dimana Altair dirawat. Xavier langsung memacu mobilnya sangat cepat. Sampai-sampai menerima banyak klaksonan dan makian di jalan raya tetapi Xavier dan Larissa tidak peduli. Yang penting mereka bisa melihat keadaan Altair.

Xavier dan Larissa sudah sampai di depan rumah sakit swasta daerah Bandung.

Larissa langsung berlari memasuki ruangan Altair di rawat. Sejalan dengan kembalinya ingatan larissa, ia pun dapat mengingat semua detil sebelum ia amnesia.

Bruak

Suara pintu terbuka terdengar dari dalam ruangan Altair di rawat. Namun Larissa hanya mendengar suara tangisan dan melihat dokter yang sedang menutupi wajah Altair dengan selimut putih.

"Tidak, Altair.." teriak larissa sambil menangis. Ibu Altair yang sedang menangis di pojok kamar terlihat sangat terkejut dengan kedatangan Larissa.

" Larissa " ibu Altair menyeka air matanya dengan terisak, dan melangkah ke arah Larissa. Tanpa di duga Xavier masuk ke ruangan tempat Altair di rawat.

"Xavier?"

"Mamah.." isak Xavier sambil berlari ke arah mamahnya.

"Xenna mah Xenna" ucap Xavier berulang ulang.

Mamah Xavier hanya menangis tanpa suara. Air matanya menetes tanpa henti. Sementara Larissa berjalan sambil tertatih ke tempat dimana Altair sedang terbaring kaku tanpa nyawa.

"Alta.." panggil Larissa dengan tatapan mata yang kosong.

"Alta bangun alta... Alta kamu gak bisa kayak gini sama aku. Ayo bangun, kamu janji sama aku kalo kamu bakalan ajak aku ke tempat favorit kamu kalo aku bisa masuk kuliah jurusan kedokteran, sekarang kamu malah ninggalin aku tanpa sempat liat usaha dan kerja keras aku buat wujutin mimpi aku. Kamu gak bisa kayak gini ke aku Alta. Aku gak akan bisa bersemangat seperti dulu lagi kalau gak ada kamu." Tangis Larissa. Sambil memeluk jenazah Altair yang sudah pucat dan dingin.

Xavier berjalan lemas ke arah tempat tidur altair.

"Xen, bangun xen" Xavier menggungcang-guncangkan tubuh altair dengan putus asa.

"Xenna bangun, kenapa elo ninggalin gue lagi. baru sebentar gue tau kalo elo adek gue, dan dengan teganya elo niggalin gue lagi? Xen..Xenna bangun" teriak Xavier sambil terisak. Mamah Xavier sudah tidak kuat lagi melihat anaknya terbujur kaku, sehingga terduduk lemas di sofa kamar Altair.

Tidak ada lagi sosok hantu jahil dan menyebalkan. tidak ada lagi sosok Altair Panji Xenata. Dia sudah pergi meninggalkan sejuta kenangan dan pelajaran terlebih untuk Larissa dan Xavier. hari yang cerah tidak dapat menghilangkan rasa duka di dalam hati Larissa dan Xavier.

Satu ruangan ini pecah dengan tangis, Ruangan bercat putih bersih ini sekali lagi di tinggalkan oleh seorang yang tengah berjuang untuk hidup di dalamnya.

======

Larissa masih terpaku di depan gundukan tanah merah dan kayu yang tertancap di atasnya bertuliskan nama Altair Panji Xennata. disampingnya Xavier yang sesekali menyeka airmatanya berusaha tegar dan kuat, melihat gundukan tanah yang mengubur saudara kandung yang sangat ia sayangi.

Tanpa terasa Air mata larissa menetes tanpa komando dari sang empunya. sangat sulit bagi larissa melupakan kesedihannya, betapa burung yang sedang berkicau seakan mengetahui kesedihanya seakan menghibur larissa yang kehilangan sosok berarti dalam hidupnya.Sebuah tangan lembut memegang bahunya.

"Ayo larissa kita pulang" ucap mamah larissa.larissa tidak bergeming masih terdiam dan terpaku pada nisan kayu yang tertancap kokoh di tanah pemakaman.

Sixth Sense (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang