Sepuluh

3.1K 163 4
                                    

Haruskah ku berhenti melawan hati mengejar mimpi
- - -

Rio menatap lirih mata indah yang tertutup itu , rasa bersalah kembali menghinggapi hati nya kini. Tangannya terulur mengusap pipi pucat Ify hatinya kembali merasakan nyeri ketika melihat gadis yang perlahan menempati posisi tertinggi di harus seperti ini. Andai dulu ia tidak jatuh cinta pada Adel , andai ia bisa melupakan kenangan masa lalu nya pasti tidak akan seperti ini. Rio menghembuskan napasnya dan mengalihkan pandangan.
"Rio." Merasa nama nya di panggil , Rio hanya menolehkan kepalanya dan mendapati Via memasuki ruang UKS ini.

"Apa yang terjadi sebenernya? Kenapa Ify bisa kayak gini." Tanya Via tak mengerti , Rio menghela napas kemudian menggeleng lemah.

"Lo tahu kan kalau jantung Ify itu berbeda dengan kita. Please jangan bikin Ify mikir terlalu keras dan gue minta tolong sama lo jangan buat Ify merasa tertekan lagi." Ucap Via sedih.

"Hidup nya udah penuh dengan tangisan dan kesendirian dan gue harap dengan datang nya lo di hidup Ify semua tangisannya berubah jadi senyuman dan kesendiriannya menjadi kebahagiaan untuk dia." Lanjut Via menceritakan semua tentang riwayat hidup sahabatnya ini , sedangkan Rio hanya diam mendengarkan cerita Via tentang gadis mungil ini.

"Gue janji! Gue akan buat lo merasa nyaman dengan dunia lo. Gue janji." Tekad Rio mantap.
- - -

Ify mengerjapkan mata nya dan matanya terfokus pada pemuda yang duduk manis di samping ranjang ini dengan tangan yang menggenggam jemari nya , Ify menghela napas seraya menghapus setitik air mata yang jatuh. Kembali teringat ketika Rio memeluk gadis itu dan melihat bahwa Rio menangis. Ada apakah sebenarnya? Namun yang pasti hatinya merasa perih yang amat terdalam.
"Fy lo udah sadar?." Tanya Rio ketika sadar bahwa Ify sudah membuka matanya. Tak ada jawaban dari gadis ini.

"Lo marah sama gue?." Dengan hati-hati Rio menanyakan hal itu , Ify menoleh sejenak.

"Enggak." Jawab Ify singkat.

"Gue minta maaf kalau------."

"Gak perlu minta maaf. Bukan salah lo tapi semua nya salah gue. Gue yang jahat udah misahin lo sama dia dan gue yang salah disini bukan lo dan bukan dia." Jelas Ify lirih dengan cepat Ify menghapus air mata yang jatuh. Rio menggeleng kemudian menatap dalam mata hazel milik Ify.

"Jangan salahin diri lo sendiri. Gue sama dia udah gak ada hubungan apa-apa jauh sebelum lo ada di hidup gue dan sebelum lo ada di hati gue Fy. Please jangan salahin diri lo sendiri." Balas Rio dan itu semakin membuat hatinya perih , Entah kenapa semua menjadi rumit seperti ini.

"Lo boleh pergi." Ucap Ify akhirnya dan mengalihkan pandangannya tak sanggup melihat wajah Rio sekarang.

"Fy please jangan kayak gini. Gue mau disini mau temenin lo." Keukeh Rio.

"Sakit yah ketika merasa kecewa tapi gak kekecewaan itu gak bisa ungkapin secara dia bukan siapa-siapa gue."

"Sakit yah ketika ngerasain sakit hati tapi sakit hati itu gak bisa di reda." Ify memejamkan matanya sakit hatinya kembali merambati hati nya kini , ia melirik Rio dari sudut mata nya yang memandang dirinya dengan lirih.

"Gue gak perlu teman. Sekarang lo boleh keluar!." Tegas Ify , namun Rio tetap pada pendiriannya bahwa dia akan menemani Ify disini.

"Fy....jangan kayak gini."

Aku yang slalu mencintaimu
Aku yang slalu mengharapkanmu.

- - -

Kembali merasakan kesepian dan kesunyian itu membuat siapapun yang merasakannya perih. Seperti Ify yang selalu saja merasakan kesendirian dan tak akan pernah berperi. Ify menatap bintang yang bertaburan dilangit , ingin sekali ia bertemu dengan sang mamah dan merasakan belaian hangat dari tangan lembut mamah nya.
"Non.." lamunannya buyar ketika bi Minah memanggil nama nya.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang