Bagian 5

2K 149 4
                                    

Aku yang telah berlaku bodoh.

Seharusnya aku tidak meninggalkanmu waktu itu.

Seharusnya aku mengidahkan permohonanmu.

Seharusnya—ah, kau tidak tahu, berapa kali aku bermain dengan kata seharusnya di tiap menit yang berlalu.

Sungguh. Kata penyesalan tidak akan mampu menggambarkan seisi hatiku atas ketidakmampuanku untuk mengubah situasi dan keadaan.

Lihat sekarang. Caramu menatapku.

Apa yang terjadi dengan hatimu, Sayang? Kenapa tidak lagi kutemukan kelembutan pada netramu?

Kenapa kau memilih bungkam dan justru mengambil langkah ini untuk menghukumku? Apa yang terjadi dengan logikamu tentang cinta?

Harus kusebut apa keadaan kita saat ini?

Sadarkah kau, bukan cuman aku, bukan hanya kau, yang tersakiti?

Caramu juga menyakiti orang lain yang kau ajak singgah, kemudian kau tendang jauh-jauh dari hidupmu.

Kau mencari sesuatu yang dapat menggambarkan diriku dalam diri mereka. Namun, kau lupa... aku adalah satu; dalam ingatan, pikiran, jiwa, dan hatimu.

Jangan pernah mencari penggantiku, Sayang. Kau hanya akan kembali berkawan kesia-siaan.

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang