Empat bulan duapuluh dua hari. Tepat di mana aku tak lagi pernah menyinggung apa pun tentangmu.
Aku membiarkan segalanya menghilang. Bersama desau angin yang berembus, menembus luka lama yang membusuk.
Bagaimana kabar hatimu yang dulu?
Rasanya baru kemarin, saat kau tersenyum padaku dan mengatakan kau tidak akan pernah pergi.
Rasanya baru kemarin, ketika kau memelukku dan berkata kau takut jika aku meninggalkanmu.
Aku ingin tertawa mengingat itu semua.
Well, aku sudah tertawa saat ini.
Suara sumbang yang kau dengar saat ini adalah tawaku yang berupa nyanyian kematian.
Menyedihkan.
Lihat?
Pada akhirnya kaulah yang memilih pergi, Sayang.
Aku bahkan tak bisa berpura-pura memasang wajah bahagiaku ketika kau menyerahkan sebentuk kertas yang tertuliskan namamu dan perempuan lain di atasnya.
Aku tidak akan menjadi munafik.
Ketika kau berpikir, saat aku menerima uluran kertas itu darimu berarti aku sudah mengikhlaskan tentang kita, kau harus mengiris nadiku dengan sebilah pisau. Untuk tahu jika aku lebih memilih menanggung kesakitan dari irisan itu.
Tidak dengan mendengar ocehanmu yang seperti penentu ajal untukku. Untuk hatiku.
Kau berkata, perempuan itu memiliki lesung pipit yang sama denganku. Sehingga senyumnya akan menimbulkan ketenangan untuk hatimu.
Kau berkata, rambutnya tergerai indah sampai punggung dengan warna hitam legam—yang seingatku, sama persis dengan milikku. Membuatmu tak pernah bosan menjatuhkan jarimu di atasnya.
Kau berkata, tinggi tubuhnya hanya sebatas dadamu yang bidang, sehingga kau selalu merasa nyaman saat sedang memeluknya. Aku yang menatap kehangatan dadamu tepat di depan mataku, menjadi bertanya-tanya, apa kau pernah merasa senyaman itu dulu saat aku membenamkan wajahku dalam dekapanmu?
Kau berkata, matanya adalah bagian favoritmu. Di mana kau bisa melihat bulan sedang tersenyum ke arahmu. Kau lupa? Itu adalah kalimat yang sering kau sandingkan denganku dulu, ketika aku menatapmu.
Lalu... aku ingin tahu; siapa yang sedang kau bodohi di sini?
Aku
atau
dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang
ChickLitAku tahu gigihnya kau melenyapkanku dari sisimu, Mungkin kau lupa, aku tidak akan beranjak sebelum namaku hilang dari hatimu.