Sudah satu tahun aku menetap di Negeri Kangguru ini. Satu tahun itu juga aku berusaha mengasingkan diriku, melupakan masalaluku, melupakan nama lelaki yang sudah terpahat sempurna di dalam hatiku. Namun semua gagal, aku tak pernah berhasil melupakannya. Hampir tiap malam aku memikirkannya. Ia selamat dari komanya, ia sudah kembali menjalankan rutinitasnya setelah sembuh dari penyakitnya. Bukan aku yang mengetahuinya langsung, tapi aku tahu semua itu dari Samantha.
Itu sudah lama, sekarang aku sudah jarang menghubunginya karena kesibukan kami masing-masing. Ditambah saat ini aku sudah berada di semester akhir masa kuliahku. Terkadang saat tugasku menumpuk, aku menangis karena biasanya selalu ada Niall yang berada di sampingku, menemaniku dan membantuku hingga tugasku selesai.
Lupakan lelaki itu untuk saat ini. Aku menemukan teman-teman baru di sini. Mereka baik padaku dan sejauh ini aku tak mendapat masalah apapun. Aku bersyukur karena ada Calum, ia temanku dari Australia. Ia yang selama ini menemaniku.
Aku bertemu dengannya di kampus, pertemuanku dengannya bisa di bilang tak sengaja karena ia yang tak sengaja menumpahkan minuman ke bajuku. Aku ingat waktu itu, ia memohon maaf padaku berkali-kali akibat perbuatannya. Sejak saat itu kami berteman.
Ia sering mengajakku mengelilingi Australia, dan tak jarang aku menceritakan sesuatu padanya. Termasuk tentang lelaki yang tak pernah bisa kulupakan, siapa lagi kalau bukan Niall.
Dan beberapa minggu yang lalu, hal yang tak kuduga terjadi. Ia menyukaiku dalam arti lebih. Ia mengutarakan seluruh perasaan padaku, menceritakan bagaimana ia bisa jatuh cinta padaku. Alasannya adalah karena aku adalah gadis yang unik.
Lalu ia menanyakan apakah aku memiliki perasaan yang sama, tapi aku menjawab tidak karena memang begitu kenyataannya. Di dalam hatiku masih terpahat sempurna nama Niall, mungkin takkan ada seorangpun yang mampu menggantikan nama tersebut.
Ia bilang padaku jika ia akan membantuku untuk mencintainya, ia akan menunggunya. Namun aku tetap menolak, karena ketika aku menerimanya aku akan merasakan rasa bersalah yang entah mengapa akan menghantuiku. Beruntung Calum mengerti diriku, ia tak memaksaku sama sekali. Dan ia memohon padaku untuk tidak menjauhinya.
Aku tak mungkin membohongi perasaanku sendiri, jika aku menerima tawaran sama saja aku mau membohonginya juga. Betapa jahatnya aku menjalani sebuah hubungan ketika perasaanku pada masih berada orang yang entah berada di mana sekarang.
Aku tak menyangka satu tahun di sini sudah banyak hal yang terjadi padaku. Mungkin juga sesuatu sudah terjadi pada hidup Niall. Aku benar-benar merindukkan lelaki itu.
"Hey, cutie pie! Kenapa kau melamun?" Tiba-tiba Calum sudah berada di depanku dengan dua minuman di tangannya.
"E-eh tidak kok."sanggahku cepat.
"Dasar pembohong."ejekknya. Aku mencibir lalu mengambil minuman dengan asal dari tangannya. "Whoa easy, bagaimana kalau tumpah?!"
"Mana aku peduli?" Aku menjulurkan lidah ke arahnya, sedangkan ia hanya memutar matanya kesal.
"Kenapa kau menyebalkan sekali sih?"gerutunya. "Kalau kau tak suka tak usah berteman denganku, Cal."
"Aku sebenarnya tidak suka, tapi aku kasihan nanti kau sendirian."jelas Calum membuatku kesal.
"Damn it!"
"Aku bercanda. Mana mungkin sih aku sejahat itu?"tanya Calum sembari mencubit hidungku.
"Ouch! Jangan cubit. You're so naughty!"
Aku menggaruk hidungku yang terasa gatal akibat cubitan Calum. Lelaki itu hanya tertawa merasa berhasil karena telah membuat hidungku merah seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl ➳ n.h
FanfictionAwalnya Barbara sangat membenci lelaki pirang yang dikenalnya karena Samantha. Ia tidak pernah bisa berhenti mencurigai lelaki ini. Ia selalu menuduh lelaki itu, walaupun sebenarnya Niall memiliki niat baik padanya. Di mata Barbara, Niall tak jauh d...