• 39 : Same Mistake

1.8K 209 92
                                    

"Kau jadi ikut ke kafe kan?"tanya Calum pada Barbara yang berjalan di sampingnya. Gadis itu mengangguk. "Tentu saja. Aku ingin lihat apa saja pekerjaanmu di sana."

Calum terkekeh. Memang Calum bekerja paruh waktu di kafe yang terletak tak jauh dari kampusnya. Alasan mengapa ia bekerja adalah ia ingin mandiri. Ia ingin memiliki uang hasil jerih payahnya sendiri. Ia ingin mengetahui bagaimana rasanya mencari uang untuk kehidupannya sehari-hari. Itulah yang membuat Barbara terkesan padanya.

Setelah lima belas menit berlalu, mereka sampai di depan kafe tempat Calum bekerja. Mereka pun mulai memasuki kafe yang sudah ramai pengunjungnya. Calum menyuruh Barbara untuk duduk terlebih dahulu, sedangkan lelaki itu pergi ke dapur untuk bersiap-siap.

Mata gadis itu menelusuri tiap sudut ruangan di kafe ini. Barbara suka nuansa minimalis yang disediakan oleh kafe ini. Ia merasa nyaman dan betah berada di sini. Pelayannya pun terlihat ramah dan baik hati.

Setelah menunggu beberapa saat, Calum menghampirinya dengan secangkir susu coklat panas di tangannya. "Ini untukmu. Aku tahu kau suka susu cokat. Jadi aku membuatnya dengan spesial." Barbara tertawa kecil lalu menerima susu tersebut.

"Terimakasih, Cal."

"Sama-sama. Terimakasih juga mau menemaniku."

Barbara tersenyum kecil. "Lagipula aku senang, aku kan selama ini penasaran dengan kafe tempatmu bekerja. Ternyata tempatnya nyaman sekali."ujar Barbara sambil menepuk-nepuk kursi tempat ia duduk.

"Hahaha.. Hm, ngomong-ngomong kau mau pesan apa?"tanya Calum sambil memberikan menu kafe tersebut pada Barbara. Gadis itu menerimanya, matanya menelusuri tiap menu makanan yang tertulis di sana.

"Sepertinya aku hanya ingin dessert yang ada di etalase itu."gumam Barbara.

"Semua enak. Aku jamin seratus persen."

"Well, aku ingin Tiramisu crème brule."

Senyum terulas di bibir Calum. Ia pun segera berdiri dari tempatnya. "Sebentar ya aku akan membawakannya untukmu. Sekalian dengan pelanggan yang lain." Barbara mengangguk, Lelaki itu pun segera melenggang pergi untuk melanjutkan pekerjaan.

Barbara menatap lukisan yang terpajang tak jauh dari tempatnya. Lukisan itu abstrak, tapi perpaduan warnanya membuat lukisan itu terlihat begitu hidup. Harus Barbara akui kalau ia sangat ingin melukis sejak dulu, namun ketidakpercayaan dirinya membuat ia harus mengurungkan niatnya.

Ia takut kalau gambarnya itu jelek dan tak ada seorangpun yang akan menyukainya. Jadi ia urungkan untuk tidak melukis.

Ketidakhadiran Calum membuatnya kesepian. Yang ia lakukan hanya memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang, mendengar percakapan orang lain tanpa sengaja, atau bahkan memperhatikan para pelayan di sini, termasuk Calum yang tengah melayani pelanggan.

Akhirnya gadis itu memutuskan mengeluarkan ponselnya yang berada di dalam tasnya. Tak ada pesan atau telfon dari siapapun. Jadi ia memutuskan untuk menaruh ponselnya di atas meja.

Tiba-tiba terdengar suatu barang yang terjatuh di dekatnya. Benar saja, sebuah kunci mobil terjatuh di samping mejanya. Pun Barbara segera mengambil kunci mobil tersebut.

"Ini barang milik-" Barbara tergelak setelah melihat orang tersebut. Begitupun dengan orang tersebut yang sama terkejutnya dengan Barbara.

Rasa rindunya naik ke permukaan bersama rasa sedih serta bersalah pada orang tersebut. Maniknya kembali bertemu dengan manik biru yang selama ini ia rindukan. Tatapan itu sarat akan kekecewaan, kesedihan dan bahkan amarah.

Entah sudah berapa lama mereka habiskan untuk saling memandangi satu sama lain, hingga akhirnya Barbara berdiri. "N-niall?"lirih Barbara.

Niall-lelaki itu masih diam di tempat dengan tatapan yang tak lepas dari Barbara. Ia tak bisa menggambarkan perasaannya saat ini, tapi yang pasti ia marah pada gadis di hadapannya saat ini.

Crazy Girl ➳ n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang