"Gio ... tolongin gue. Sekarang ini lo cowok gue, kan?" Diana pasrah, tersenyum linu. Dia memejamkan matanya rapat saat kepalanya diinjak. Setelah ini, kalau dia sampai benar-benar dinodai. Dia akan mengakhiri hidupnya sendiri. "Gio ..."
"Hm."
Semua orang menoleh. Menatap cowok jangkung yang menghela napas berat kemudian menendang kaki Soni yang menginjak kepala Diana. Cowok itu menunduk, menatap Diana yang terisak-isak menatapnya tidak percaya.
"Sampe kapan lo mau sujud kayak gitu? Berdiri!" Gio memberi perintah mutlak.
Soni menatap wajah Gio tidak percaya. Tentu dia tidak akan melupakan wajah seorang cowok yang dulu pernah mempermalukannya. Melihat Gio, dia jadi teringat pada musuh bebuyutannya tersebut. Gio sedikit membungkuk, menarik lengan Diana yang masih tidak juga bergerak supaya berdiri.
Dia menyembunyikan Diana di balik punggungnya.
Bibirnya mengukir sunggingan setan.
"Sori, nih cewek emang enak buat dikerjain. Tapi orang yang boleh nindas, nginjek, hina, sama ngancurin hidup cewek ini cuma Satu orang. Gue." Gio menggerakkan lehernya ke kanan-kiri, melemaskan sendi lehernya yang kaku. Dia kembali menyeringai gila. "Jadi, kalian semua mati aja, ya?"
***
"Setelah itu?" Nabila bahkan tidak sadar dia menggigiti sendoknya. Terpukau karena cerita Diana. Dia sudah menduga sejak awal Diki bukan cowok baik. Karismanya terlalu sempurna, saking sempurnanya terlihat sekali kalau hanya dibuat-buat di depan Diana. Tapi memang dasar Diana saja yang polos, selalu saja beranggapan kalau semua orang baik.
"Gio bener-bener jago berantem. Gak butuh Lima menit, Soni, Diki, ma Tiga orang lagi pingsan. Setelah itu~"
Diana terdiam. Nabila semakin penasaran.
"Setelah itu?"
"Setelah itu~" Diana malu sendiri. Masa hal ini juga harus diceritakan pada Nabila, sih?
"Gue takut Gio." Kemarin Diana menangis histeris. Sehabis Gio menghajar Soni dan teman-temannya, dia sesenggukkan dalam dekapan hangat Gio. Cowok itu hanya diam dan balas memeluknya, mengelus kepala belakang Diana berusaha menenangkannya.
"Makanya, gue bilang juga jangan main ikut cowok sembarangan. Lo gak denger, sih." Gio mengingatkan. Diana langsung menganggukkannya.
"Kalo lo gak dateng, gue lebih pilih bunuh diri."
Gio tersenyum hangat, dia mempererat pelukannya dan berkata, "Gue ... bakalan selalu ngelindungin lo."
Diana terpukau. Dia mendongak menatap Gio terharu.
"Karena lo ... hewan peliharaan gue."
"Anjir banget si Gio. Emang brengsek. Dia nolong lo gara-gara ngerasa lo cuma boleh dihina sama disiksa ma dia doang. Lo marah dong, Di! Tampar dia, pukul dia. Sampe kapan lo mau dia mainin?" Nabila menggebu-gebu. Padahal dia sudah positif thingking berpikir mungkin saja Gio memang tidak seburuk penampilannya. Eh, ternyata cowok itu punya niat tersendiri.
"Ya, mau gimana lagi? Gue emang peliharaan dia ampe lulus nanti, sih." Diana cemberut. Walau begitu, dia masih suka malu-malu kalau ingat kemarin dipeluk Gio. Dada Gio lebih lapang dan lebar dibanding Giraka. Porsi tubuhnya juga lebih tinggi dan tegap, sih. Membuat Diana bisa bersembunyi dibaliknya tanpa diketahui orang-orang yang berjalan di belakangnya. "Gue masih gak nyerah kok."
"Hah?"
"Gue gak nyerah. Gue pasti bisa dapetin cowok yang lebih baik dari Gio, dan bisa bikin gue move on dari Giraka."
KAMU SEDANG MEMBACA
My PET Girlfriend! (Tamat)
Teen FictionS1 = My Pet Girlfriend S2 = Candy SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN Ganteng, jenius, berandalan, guru pun dilawan. Gio Reiner jadi murid pindahan paling badass di sekolahnya. Gio tidak sungkan memukul siapa pun yang berani men...