"Lo udah denger soal murid baru bermasalah itu?"
Diana mengerling. Dia meluruskan pandangan menatap sahabatnya penuh tanya. Nabila menghela napas kemudian memasang wajah yang lebih serius, berharap sahabatnya akan lebih tertarik dengan gossip yang kali ini dia info.
"Di sekolah kita emang banyak murid bermasalah. Terus, hubungannya apa?"
"Tapi dia mirip banget Giraka."
Diana termenung.
"Dia mirip Almarhum cowok lo yang meninggal beberapa bulan lalu, Di."
"Ini mulai gak lucu."
"Lo kira gue bakalan main-main sama info yang bisa nyakitin hati sahabat gue sendiri?!" Nabila setengah membentak. Diana meletakkan pulpen yang sedang dia genggam di meja. Menghela napas, dia berdiri dari duduknya –hendak memastikannya sendiri.
Dia seperti sudah lupa caranya tersenyum.
Kematian Giraka, menjadi luka yang tidak terobati untuknya. Sebelumnya, Diana bahkan sampai pernah bolos Satu bulan sekolah. Tidak mau keluar rumah atau bertemu siapa pun. Hanya mengurung diri di kamarnya, bahkan makanan pun susah untuk masuk menembus kerongkongannya.
"Di mana?"
Brak!
Semua murid yang ada di kelas 3 Ipa A tersentak, menoleh ke arah pintu tempat terdengarnya bunyi tendangan keras ke pintu kelas. Mata mereka terpana. Iris kelabu menyapu pandang ke sekelilingnya, cowok itu mengunyah permen karet kemudian memberikan atensi lebih pada Satu-satunya cewek yang menatap tidak percaya ke arahnya.
"Lo Diana Kiezi, kan?" baritone menyapa menggeram. Semua orang mulai merasakan terror yang mencekam. Yang disapa kembali memasang wajah datar. Diam saja, saat cowok itu menghampirinya kemudian menampar wajahnya keras.
Orang-orang terjebak hening. Bahkan, Nabila tidak berkutik saat netra abu itu memancarkan aura permusuhan yang menguar pekat.
"Jangan ngeliatin gue pake pandangan kurang ajar macem itu. Cewek sampah."
Plak!
Di luar dugaan, tamparan itu berbalas. Diana mengangkat kepalanya angkuh, menatap cowok di depannya beringas.
"Lo pikir, lo lagi nyari masalah sama siapa? Cowok gak punya otak?"
Gio menyeringai lebar. Baru kali ini ada cewek yang berani melotot padanya bahkan balas menamparnya. Warna cokelat muda itu kian memerah saat Gio bertolak sebelah pinggang sambil menatap Diana hina.
"Oke, kalo lo lebih punya nyali dari ini, mulai hari ini lo jadi cewek gue. Kita liat, apa yang dipunya sama cewek pendek tampang pas-pasan ini ampe bikin Giraka sok manis nitipin lo sama gue?"
"Siapa takut?!" Diana balas menantang tanpa pikir dulu. Dia tidak terima direndahkan oleh cowok yang wajahnya nyaris menjiplak almarhum cowok yang dia cinta. "Gue bikin lo nyesel karena pernah ketemu sama seorang Diana Kiezi."
Dan begitulah pertemuan mereka dimulai.
Dengan acara~
Saling tampar-menampar.
***
Kejadian itu, sudah Dua bulan berlalu. Akhirnya Diana menemukan suatu fakta yang cukup mengejutkan tetapi sudah dirinya duga. Cowok bermata jahat itu bernama Gio Reiner, adik kandung Giraka Reiner yang baru pindah dari Australia.
Gio sejak kecil memang tinggal diasingkan di Sydney bersama sang Nenek. Hal itu disebabkan karena Giraka yang memiliki kondisi fisik lemah sejak lahir terlihat selalu iri setiap kali melihat adiknya yang ceria nan juga lincah. Karena divonis mengidap suatu penyakit yang cukup parah, orangtuanya Gio ingin memberikan fokus kasih sayang mereka pada si sulung, tidak melihat bahwa putera bungsu mereka pun membutuhkan kasih sayang dari kedua orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My PET Girlfriend! (Tamat)
Roman pour AdolescentsS1 = My Pet Girlfriend S2 = Candy SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN Ganteng, jenius, berandalan, guru pun dilawan. Gio Reiner jadi murid pindahan paling badass di sekolahnya. Gio tidak sungkan memukul siapa pun yang berani men...