Chapter 16 -CFPOV-

5.8K 87 4
                                    

Aku berjalan menyusuri jalan menuju ruangan untuk bertemu salah satu partner perusahaanku ini,mulai sebulan yang lalu aku sudah memutuskan untuk menetap di Dubai negara dengan gedung tertingginya itu.

"Peter apa semuanya sudah kamu persiapkan dengan baik?," tanyaku pada sekretaris baruku dengan menggunakan bahasa inggris tentunya

"Ya semuanya sudah siap dan saya pastikan tak ada yang tertinggal,partner anda sudah menunggu di ruangan itu." Jawab Peter segan

Aku memperbaiki kancing jasku yang sempat terlepas,jujur aku lebih suka karyawan(ti) ku di sini di banding yang di Indonesia atau bahkan London.Mereka lebih profesional dan tentu hasil kerja mereka bisa di bilang seperti yang ku harapkan.

Peter membuka pintu ruangan meeting,sedetik kemudian aku membeku tak percaya melihat siapa yang ada di hadapanku kini.

Itu dia.

Dapat kulihat dari ekspresi wajahnya kalau dia juga sama denganku,terkejut dengan semuanya.Aku bahkan tak tahu bahwa sekarang ia bekerja di salah satu perusahaan temanku yang bergerak di bidang properti.

Peter melangkahkan kakinya keluar meninggalkan ku bersama gadis yang sama dengan perasaan yang sama,ini yang paling tak ku suka dari diriku terlalu kuat dalam daya ingat dan beginilah akhirnya susah melupakan seseorang

"Calzoum Febri Pratama,senang bisa bekerja sama dengan anda." Kataku formal sambil mengulurkan tangan

Ia tersenyum lalu menjabat tanganku,"Clarisa Farzadiqah nice to meet you to Pak Febri."

Ini awkward.

Aku langsung melepaskan jabatan tangan kami kemudian mempersilahkannya untuk duduk,ia semakin cantik dan semakin terlihat bahagia.

Sungguh aku merasa menjadi lelaki paling bodoh sekarang.Bagaimana bisa aku menjadi penghalang kebahagiaannya?

Aku mencoba bersikap profesional begitupun dengan Clarisa,kami membahas tentang kerjasama perusahaanku dan tempatnya bekerja.Semuanya berjalan lancar tanpa ada halangan.

Aku berdehem,"Sa boleh bicara sebentar?."

Clarisa hanya menatapku tak terbaca sedetik kemudian ia mengangguk,aku hanya ingin menuntaskan semuanya tak lebih.

"First,gue minta maaf banget karena udah overprotectif sama loe waktu ehm kita deket gue juga mau bilang makasih udah pernah jadi bagian di hidup gue.It's the time when i feel a best feeling that i've ever feel," kataku

"Awalnya gue bahkan gak terima kalo kita harus pisah,dan akhirnya gue sadar cinta gak bisa di paksain persis sama apa yang di bilang istri Derien lepaskan apa yang harus di lepaskan maafin gue yah Sa,"
"Gue gak tau harus mulai dari mana kita terlalu berlarut-larut dalam masalah gajelas ini dan semua salahnya ada pada gue." Aku merasakan mataku mulai berair,aku tak boleh menangis di depannya aku seperti wanita saja menangis.

"Gapapa Feb bukan loe kok yang salah gue yang salah mestinya gue gak kasih loe harapan,mestinya gue gak deket-deket sama loe kalo ujungnya gini dan inget loe tetep punya tempat khusus di hati gue."

"Boleh gue peluk lo?," kata Clarisa pelan

Aku membawa gadis itu ke dalam pelukanku,setetes airmata turun namun dengan cepat aku menghapusnya.Lelaki tak boleh menangis.

Sudah berapa lama kami tak seperti ini?3 tahun lebih?lama juga.

Aku tahu Clarisa sudah menangis di bahu ku,karena aku merasakan jas ku sudah mulai basah dengan airmatanya.Menangis sepuasmu Sa karena pundak ini hanya mau aku pinjamkan untukmu.

"Gue tau loe gak bakalan pernah suka sama gue tapi loe mesti inget satu hal Sa,gue bakalan terus cinta sama loe." Kataku tepat pada telinga gadis itu

C  L  A  R  I  S  ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang