The Letter

28 5 0
                                    

Beberapa bulan berlalu setelah kepergian ayahandanya. Sang putri masih berkabung atas kepergiannya.

Secarik kertas Alcyone temukan dibawah bantal ayahnya untuk tidur malam itu.

""Putri putriku tersayang. Maafkan ayahandamu ini yang tak bisa melindungi kalian semua.

Ayahandamu yang hina ini hanya bisa pasrah pada takdir. Banyak yang ingin kuberitahu sebelumnya, tetapi dewa kematian menjemputku sebelum kuberitahu semua yang kutahu.

Anakku....
Orion sudah berikrar tak akan membiarkan takdirmu menghampirimu. Dan bila ia gagal, ia akan menemanimu diatas sana....
Tetapi sang dewa sudah menghilangkannya tanpa ada yang tahu kemana dia. Jadi....
Sebelum takdir itu menghampirimu, janganlah takut putriku. Ia takkan mengganggumu....

Putri putriku tersayang. Putri putriku yang cantik. Putri putri dari Carinaeku terkasih. Para bintang hatiku. Ayah mencintai kalian melebihi jiwaku sendiri.

Ayahanda para putri bintang, William Rowands"".


*******

Sakit....
Rasa sakit yang menyayat hati ini. Bahkan tak ada kata kata yang dapat mereka utarakan. Tapi....

Takdir?

Takdir apa?.... tak ada satu pun dari mereka yang tahu.

Banyak misteri dari kejadian kepergian ayahanda mereka. Merekapun memutuskan pergi bertanya kepada sang dewa agung tersebut.

Mereka pun memutuskan untuk bertanya kepada seseorang yang bersama ayahnya terakhir kali.


100 lantai porselein licin cream mereka lewati untuk mencapai kuil pemujaan dewa arif itu.

Ruangan dengan 1000 pilar keramik bak kaca menyambut mereka. Lampu gantung bernuansa kristal biru pun ikut menghiasi ruangan nan elok tersebut.

Patung raksasa Zeus.... sang dewa agung. Menjadi pusat dari keindahan ruangan itu.

"Dewaku, hambamu yang fana ini ingin bertanya padamu, dan bila engaku dewaku, bersedia menjawabnya, kami akan senang untuk mengabdi kepadamu seumur hidup kami." Mereka semua bersujud dihadapan dewa itu.

Seketika lilin diruangan itu padam dan membuat semuanya gelap, langit gemuruh dan petir menyambar patung dewa agung tersebut. Hanya obor di sisi kanan kiri sang dewa yang menjadi pencahayaan mereka

Perlahan mata patung itu mulai terbuka dan pandangannya tertuju pada ketujuh putri dihadapannya tersebut.

"Bangunlah hambaku...."
"Apa pertanyaanmu untuk dewamu ini.... Wahai Pleiades"ucap sang dewa.

"Dewaku terkasih. Ayahanda kami, Tuan Rowands menuliskan surat untuk kami. Di suratnya ia menuliskan bahwa takdir kami akan datang dan Orion akan disana untuk menghentikannya. Tetapi ia tak menyebutkan takdir apa itu. Aku berharap kau dapat memberitahuku apa takdir itu wahai dewa agungku...." utar Alcyone

Sang dewa diam sejenak dan memikirkan jawaban untuk mereka semua.

"Aku tak bisa memberitahu secara langsung tentang takdir itu, tetapi aku akan memberitahu kalian. Takdir yang ayah kalian maksud adalah takdir yang sama dengan ibunda kalian Carinae Ariande. Maaf hanya itu yang bisa kukatakan." Jawab sang dewa yang kembali menjadi patung setelah petir kedua menyambarnya meninggalkan kutujuh putri tersebut dalam kebingungan.

*******

Kepergian mereka dari kuil itu dengan membawa sebuah pertanyaan yang begitu besar menggelitik hati mereka untuk memecahkan misteri tersebut.

Pemikiran mereka yang saling bertautan membawa mereka ke seorang tetua di desanya. Mereka berharap, ia mengetahui sesuatu tentang kepergian ibundanya.

Ia adalah Dandale Van Scwitz. Seorang sejarawan dan sekaligus ayah wali bagi mereka yang mengenal Carinae melebihi Rowands sekalipun.

Ia adalah teman masa kecil Carinae yang sangat ia sayang. Persahabatan mereka bak adik kakak yang akur

The Story Of The PleiadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang