Pertemuan dengan tuan Dandale kala itu menimbulkan konflik kecil pada diri mereka.
Konflik dalam jiwa yang membungkam hati, membuat bingung, bungkan sesama lain, dan juga tidak bisa berfikir dengan jelas, seakan jiwa mereka lepas dari raganya.
Mereka bahkan tak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya. Mereka lebih seperti "mengurung" sakit mereka sendiri. Mereka tak mau berbagi dengan rakyat yang cemas terhadap keadaan mereka yang mengurung diri selama 2 bulan tersebut.
Jangankan kepada orang lain. Rumah yang biasanya riuh dengan canda, tawa, dan pertengkaran kecil antara saudari itu, kini hampa....
Sunyi senyap...
Layaknya rumah tak berpenghuni...Bisnis kerajinan kayu dan rotan yang ayahnya tinggalkan untuk mereka, kini hanya tersisa beberapa kayu dan serbuk bekas potongan rotan....
Mereka benar-benar meninggalkan semuanya.... Hingga... suatu malam....
Pintu kayu berukiran bunga-bunga mawar yang terbuat dari kayu jati tersebut pun diketuknya.
"Ya.." ucap Alcyone yang berada di dekat pintu.
"Oh Tuan Scwitz. Silahkan masuk..." sambungnya menawarkan.
Mereka pun duduk di kursi kayu hitam kokoh yang tak jauh dari pintu. Maia dan Pleione yang berada tak jauh dari mereka pun langsung mendatangi mereka.
"Tuan Scwitz.... Uummm apa ada masalah? Mengapa datang malam-malam?" Tanya Pleione.
"Tidak apa anakku. Aku kesini hanya ingin mengundang kalian semua" jawabnya ringan.
"Malam ini?" Tanya Alcyone.
"Ya! Malam ini" jawab Dandale.
"Tapi..." bingung Maia.
"Sudahlah ikut saja. Kalian tidak akan celaka... Ajak pula saudari-saudarimu yang lain" potong Dandale segera.
Maia pun mengiyakan. Ia juga berfikir sudah lama ia dan saudari-saudarinya tak keluar.
*******
Beberapa saat kemudian, mereka keluar dari rumah tersebut dan mengikuti Dandale. Mereka tak tahu kemana, tapi yang jelas jauh.
Udara dingin mulai merasuki tubuh lemah mereka. Angin malam yang terkadang berhembus menerpa wajah lemas mereka membuat mereka semakin lemas.
Tentu saja, mereka jarang keluar, jarang ke toko, jarang masak, dan tentunya jarang makan.
Melihat hal itu, Dandale merasa kasihan dan juga merasa bersalah. Kenapa tidak! Ia yang membuat mereka terus memikirkan ramalan tersebut.
"Sekarang biarkan aku menebus kesalahanku.." batinnya.
Mereka berjalan kira-kira 2,5 jam dan menempuh sekitar 5 kilometer. Kaki mereka serasa mau lepas, tetapi apa daya, mereka tetap harus kuat dan sedikit menahan kantuk yang luar biasa. Pastinya, ini sudah pukul 23.55...
Celeano yang termuda nyaris jatuh ketanah tempat ia berpijak. Ia sudah tak kuat lagi... Untunglah Sterope memegangnya.
Dandale salut terhadap mereka. Mereka lelah, lemas dan kantuk, tetapi tak satu pun dari mereka mengeluh. Mereka tetap berjalan walau lelah.
"Hhmmm mereka mirip Carinae" gumamnya.
Dandale pun melanjutkan perjalanan. Dan kali ini agak menanjak. Mereka menanjak sebuah bukit hijau yang penuh dengan bunga anyelir dan bakung. Oh sungguh harum...
"Hampir sampai...." ucap Dandale saat melewati gundukan tertinggi dari bukit itu.
Mereka memang lelah, tapi mereka tetap kuat. Dan sesampainya mereka melewati gundukan terakhir....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of The Pleiades
Short StoryRibuan bintang yang menghiasi setiap inci di angkasa luar. Membuat banyak orang bertanya-tanya.... Siapa mereka? Apa yang mereka lakukan disana? Hal itu juga yang menggelitik pemikiran ketujuh saudari. Akankah mereka mendapatkan jawaban dari semua p...