[10] Bali

136 9 0
                                    

Hai, kembali lagi dengan BAYANGAN :D Happy reading guys! Jangan lupa vomentnya :)))



"Aku minta kematian Clara, Kak Angga dan Kak Azura diselidiki." Clara berkata kaku.

"Kenapa? Apa... kematian mereka...?"

Clara mengangguk, mengiyakan. "Dan satu lagi, Kak." Katanya dengan raut wajah memohon. "Tolong bantu selamatkan Presdir Filbert. Tolong..."

"Tapi, kenapa?" tanyanya bingung. "Apa ada seseorang yang akan membahayakan kondisi Oom?" tanyanya lagi tanpa bisa menyembunyikan rasa penasarannya. "Tolong jelaskan supaya saya mengerti."

Clara menggeleng pelan. "Aku nggak bisa jelasin, Kak." Katanya dengan nada perih. "Kakak akan tau semuanya kalau melakukan apa yang aku katakan. Aku mohon, Kak."

Ingatan itu kembali membayangi Bagas. Menghantui setiap tidurnya dan membuatnya kembali penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Clarissa.

Bagas memandang sebuah foto yang ia dapatkan dari detektif kepercayaannya, Sandra. Ia mengatakan bahwa orang yang berada di dalam foto itu berkeliaran di sekitar Rumah Sakit Wiraga seminggu yang lalu.

Keningnya berkerut. Berusaha memahami situasi yang sedang terjadi. Bagaimana orang yang ada di dalam foto itu masih hidup sementara berita yang ia dapatkan orang itu ikut terbakar pada saat kebakaran Rumah Sakit Rehabilitasi Wiraga Group?

Apa pula maksud Clarissa menyuruhnya untuk menyelidiki kematian kekasihnya? Adik dan kakak kekasihnya? Juga memintanya untuk menjaga ayah Azura yang ternyata kini berada di Rumah Sakit Wiraga?

"Wiraga..." gumamnya menyadari sesuatu. "Semuanya terjadi di sekitar properti milik Wiraga Group. Itu berarti ada hubungannya dengan keluarga Tranggana. Tapi apa maksudnya..."

***

Denpasar, Bali.

Sejak sampai di pulau penuh keindahan itu, baik Radit maupun Clara sama-sama tidak beranjak dari resort yang disewa oleh Presdir Tranggana.

Resort yang letaknya di pinggir pantai itu tidak hanya memberikan alunan indah dari ombak laut, tetapi juga semilir angin nan sejuk. Pemandangannya juga tak kalah eksotis dari tempat-tempat di luar negeri. Dengan birunya lautan dan birunya langit yang hampir menyatu.

Menyebalkannya, Clara harus menabahkan diri karena harus kembali berada di kamar yang sama dengan Radit. Seperti saat mereka tinggal di rumah keluarga Tranggana untuk menghindari curiga. Kali ini, resort yang disewa oleh Presdir Tranggana hanya satu kamar dengan kasur berukuran king dengan pemandangan yang langsung menghadap laut.

Jika Clara menyewa kamar lain, maka Presdir Tranggana akan segera mengetahuinya. Dan itu akan membuat kecurigaan lain di keluarga Tranggana bahwa ia bukan Clarissa.

Radit tidak banyak bicara bahkan saat mereka duduk berdampingan di dalam pesawat. Laki-laki itu hanya membaca buku bisnis yang diberikan oleh Gio agar saat kepulangannya nanti, Radit sedikit mengerti tentang perusahaan.

Clara tidak tahu apa-apa, tapi menurutnya, raut wajah Radit begitu suram. Seakan ada beban berat yang tengah dipikulnya. Tapi Clara juga enggan bertanya, ia tidak boleh kehilangan fokus pada balas dendamnya untuk keluarga Tranggana. Terutama Farid Tranggana.

"Saya mau keluar. Kalau Pak Radit mau keluar, jangan lupa bawa guide. Saya nggak bisa berbuat apa-apa kalau sampai Pak Radit tersesat dan Presdir Tranggana mengetahuinya." Katanya dengan nada dingin sambil membawa clutch bag berwarna shocking pink.

BayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang