[8] Pernikahan & Kematian

154 10 0
                                    

Haaai, selamat libur pendek wkwk saya kembali lagi bawa cerita 'Bayangan'.  Yuk cus dibaca... Happy reading guys!


Di kursi rodanya, kondisi Presdir Filbert semakin memburuk. Setelah pemberitaan anak laki-lakinya terbakar di Rumah Sakit Rehabilitasi Wiraga dan meninggal dunia, keadaannya sudah parah. Kini ia harus disuguhkan oleh kenyataan pahit yang lain.

Farid, pengacara kepercayaannya, meminta maaf sebanyak-banyaknya karena telah berbohong mengenai Clara yang kuliah di luar negeri. Ia mengatakan padanya bahwa Clara mengalami kecelakaan besar dan mengalami koma. Karena tidak ingin keadaan Presdir Filbert memburuk, ia memilih bungkam dan merahasiakan semuanya.

Namun, keadaan Clara yang tak memungkinkan membuat Farid terpaksa menceritakan semuanya. Clara tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Padahal Farid mengatakan bahwa ia masih memiliki harapan untuk tetap hidup.

Kedua mata Presdir Filbert itu sendu. Air matanya sudah mengalir di pipi dari beberapa saat lalu. Saat ia menyaksikan sendiri anak tercintanya dikuburkan di liang lahat. Di tanah merah dengan berbagai bunga di atasnya.

Kemudian, Farid mendorong kursi roda Presdir Filbert dan membawanya pergi menjauh dari makam. Agar orang yang baru saja kehilangan anak tercintanya itu tak lagi terlarut dalam kesedihan.

Beberapa saat setelah Farid pergi bersama orang-orang lainnya, Angga muncul dari balik pohon. Kedua matanya sudah merah dan amarah bergejolak di hatinya.

Dengan langkah panjang, Angga berjalan mendekat ke arah makam dengan tanah basah itu. Tak jauh di belakangnya, Daniel dan Audy memerhatikan. Tidak berani mengganggu Angga yang sedang bersedih dalam kenyataan hidupnya.

"Cla," lirih Angga dengan sebuket bunga mawar putih di genggamannya. Air matanya mengalir begitu saja. Membasahi pipinya, memburamkan pandangannya, juga menyesakkan dadanya. "Maaf, Cla...," ucapnya penuh penyesalan.

"Seandainya Kakak bisa lebih cepat, kamu pasti selamat." Angga merasakan sakit kian menusuki jantungnya. Kian menghancurkan perasaannya. "Kakak salah... Kakak jahat sama kamu. Kakak ninggalin kamu sendiri. Kakak ngebiarin kamu nanggung beban berat sendiri. Kakak..."

Sesak itu memenuhi dada Angga. Membuat Angga tak sanggup lagi mengeluarkan kata-katanya. Ribuan kata yang ingin ia sampaikan pada adik tercintanya, Clara.

Kini yang tertinggal hanyalah hampa. Kosong tak tersisa. Sakit yang menguliti dan menusuk hati. Sakit yang kian lama kian membesar.

Dendam menyelimuti hatinya. Tak membiarkan sedetik pun untuk dirinya bersantai. Ia pastikan akan membalas semua kejadian ini. Kejadian yang terjadi karena satu penyebab. Keluarga Tranggana.

***

Di tempat yang sama, tubuh itu meluruh ke tanah. Air matanya berjatuhan melihat kenyataan pahit di hadapannya. Bagaimana bisa semua ini terjadi kepadanya?

Jika kali ini ia keluar dari tubuh Clarissa, maka ia takkan pernah bisa kembali ke tubuhnya. Ia akan pergi selama-lamanya. Meninggalkan dunia juga kedua orang yang disayanginya.

Radit bergerak cepat. Merengkuh perempuan itu ke dalam pelukannya saat tangisnya mulai menjadi. Tangannya menepuk-nepuk pundak perempuan itu pelan, berusaha menenangkan.

Ia tahu, ia takkan bisa membuat keadaan lebih baik. Tapi ia berusaha sebisa mungkin agar tidak membuat keadaan lebih buruk dengan membiarkan Clara sedih berlarut-larut.

Besok adalah hari pernikahannya dengan Clarissa, namun berita besar yang diterima hari ini membuat Clara benar-benar kehilangan kontrol atas dirinya. Perempuan itu sudah tidak memiliki harapan. Sudah tidak memiliki kekuatan. Dia terlalu rapuh.

BayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang