1. H-130.

234 19 0
                                        

Sore, H-130.

Clara menarik nafasnya. Iris cokelatnya terarah kepada sebuah bangunan yang menjulang tinggi dengan tembok berwarna hitam kelam. Beberapa ekor burung bertengger di atapnya, membuat suara-suara agak berisik, namun tetap tidak menambah kesan hidup di bangunan tersebut. Sunyi, seolah semuanya mati.

Kakinya melangkah masuk ke dalam sebuah lapangan besar yang dilandasi pasir. Tidak ada apa-apa disana, kecuali beberapa orang pria berwajah seram dengan pakaian hitam. Mereka berdiri di tepi, memperhatikan Clara yang berjalan masuk. Tidak seorang pun menghampirinya, karena mereka segan.

...kecuali seorang pria berusia nyaris setengah abad, dengan kepala botak dan berkacamata. Tidak seperti yang lainnya, pakaiannya sedikit formal--kemeja berlengan pendek berwarna putih dengan garis-garis tipis membentuk kotak-kotak sedang. Clara tahu, bahwa pria ini adalah atasan para berwajah seram ini.

Senyum ramahnya membuat Clara sadar, bahwa tempat ini mungkin--mungkin-- tidak sesuram yang ia pikirkan.

"Nona Anderson! Kami telah menunggu kedatangan anda. Terima kasih sudah hendak membantu disini." Tangannya terulur, dan ia menjabat Clara dengan hangat. Sungguh aneh mengingat tempat ia bekerja kini adalah sarang kriminal.

Clara membalas senyuman hangat sang pria. "Terima kasih atas sambutan Anda, tuan...?"

"Anthony! Panggil saja begitu. Saya adalah kepala pengurus penjara ini."

Ah, benar dugaan Clara.

Oh, ya. Tempat Clara berpijak saat ini adalah sebuah penjara untuk para kriminal kelas berat, yang di kemudian hari akan di eksekusi. Menurut undangan yang ia terima, Clara diminta untuk memantau dan mensupport kondisi psikologis para kriminal pra-eksekusi.

Tugas yang agak mengerikan, ya. Dari 3 kata 'kriminal kelas berat' saja kita sudah bisa membayangkan apa saja yang mereka lakukan. Pemerkosaan, pembunuhan, penganiyayan.. Memikirkannya saja membuat Clara merinding.

"Anda tidak perlu khawatir, nona Anderson. Kami, bahkan saya, secara personal, akanembuat anda merasa aman dan nyaman," ucap sang pria, seolah berhasil membaca ketakutan Clara.

Clara mengangguk. Saat ini, ketakutannya telah digantikan oleh kelegaan.

Anthony memimpin jalan masuk ke dalam penjara. Setelah melewati lapangan besar, mereka memasuki ruang depan. Dimana keluarga penghuni dapat mereservasi kunjungan. Kemudian, mereka melewati tempat kunjungan--untuk orang yang sudah mereservasi, tentu saja.

Beberapa ruangan mereka lalui, dan Anthony tak pegal-pegal menjelaskan kepada Clara ruangan apa saja yang mereka lewati. Hingga tak lama kemudian, pintu-pintu kayu tak terlihat lagi. Dinding hanya berhiaskan cat berwarna putih polos yang kelihan sangat lama, tanpa lukisan atau ornamen penyejuk pandangan.

Koridor itu berujung di sebuah pintu besi, agak besar, namun hanya bisa dilalui satu orang. Anthony menoleh ke Clara, kali ini, ekspresinya serius. "Sekarang, kita akan memasuki bagian I penjara, nona."

-------------

Sejauh dari yang Clara amati, penjara yang berada di sebuah pulau terpencil ini sengaja mengelompokan para penghuni menurut kejahatan yang mereka perkuat. Kelas I, sepertinya merupakan rumah bagi kriminal kelas ringan--jika dibandingkan bagian-bagian lainnya.

Hampir semua penghuni bagian ini adalah laki-laki. Beberapa menjulurkan tangannya keluar, hendak menggapai Clara, namun tiba-tiba tangan mereka ditendang oleh seorang penjaga, yang entah sejak kapan, sudah berada di belakangnya.

Clara melirik sang penjaga lewat sudut matanya. Rupanya ada dua orang pria bertubuh tegap besar di belakangnya, hendak mengamankan kunjungannya hari ini.

Until The Day Comes.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang