8. H-103. (3)

128 18 6
                                    

Clara membuka matanya perlahan. Yang terlihat adalah warna putih. Semuanya putih.

"Dia sudah sadar!!"

Dua orang mendekat ke arahnya, mendekati dan memeganginya. Dua orang itu adalah Jane dan Gregory. Mereka menatapnya dengan cemas. "Kau baik-baik saja?!" Jane bertanya dengan panik.

"Syukurlah kau sudah sadar.." sementara Gregory lebih tenang.

Clara menatap keduanya bergantian. Ia tersenyum tipis, hanya untuk menenangkan kedua rekannya. Energinya belum benar-benar terisi--setidaknya, tersenyum tidak memakan energi sebanyak berteriak.

Gregory dan Jane membantunya duduk--atas izin dokter. Luka di perutnya cukup dalam, namun tidak membahayakan nyawanya. Clara sungguh lega. Rupanya Tuhan masih memberikannya kesempatan hidup.

Ngomong-ngomong..

"Bagaimana dengan Anneliese?" Tanya Clara.

Jane dan Gregory melempar pandangan. Saling melempar perintah untuk menjelaskan. Keduanya nampak enggan dan bingung bagaimana akan melakukannya.

Clara mengerutkan dahinya. Menuntut penjelasan.

"Um, nyawanya tidak terselamatkan.." Pada akhirnya, Jane lah yang berbicara. Jujur saja, ia agak tidak tega mengatakan ini. Jane bahkan sempat menelan ludah sebelum mengatakannya.

Hati Clara melengos. Seketika pandangannya terarah ke bawah, dan ia hanya bisa mengangguk pelan sambil bergumam, "oh, begitu."

Reaksi Clara membuat Jane dan Gregory tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Beruntung, seorang perawat masuk dan membawakan makan malam untuknya.

------------

"Sial. Sialan. Sial. Sial."

Timothy terus menerus merutuk dalam sel isolasinya yang gelap dan dingin. Berulang lagi menhujamkan tinju dan kepalanya ke dinding sebagai pelampiasan. Ia tidak marah--lebih tepatnya, menyesal. Menyesal mengapa ia melakukan semua itu.

Ia kira ia sudah berubah--ia bukan Timothy Broodster yang dulu lagi. Yang berdarah dingin dan tak berekspresi. Yang penuh dendam dan amarah.

Namun, rupanya kemarahan masih menang atas tubuhnya. Atas aksinya. Atas otaknya.

Timothy tidak tahu bagaimana cara mencegahnya--tidak mudah menghentikan kebiasaan beberapa tahun terakhir ini. Meskipun seseorang telah membantumu berubah menjadi lebih terbuka, lebih ekspresif.. Tetap saja, kau adalah kau.

Timothy mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Ia tidak bisa bertahan di sel ini terus menerus. Tanpa kabar bagaimana Clara, bagaimana Anneliese, apa yang terjadi pada dirinya.

Ia butuh jawaban itu sekarang.

Sekarang.

'TOK TOK TOK!'

Tepat waktu, ketukan pada pintu besi terdengar. Timothy berjalan mendekat, ia melihat seseorang bertudung menghampirinya. Menatapnya melalui sela-sela jeruji besi. "Bung, kau dalam masalah besar."

Jacob. Kita tidak lerlu heran.

Timothy menghela nafas. "Aku tahu."

"Bagaimana dengan rencana kita?"

Satu lagi beban pikiran Timothy.

Until The Day Comes.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang