7. H-103. (2)

113 17 0
                                    

Kembali ke sepuluh hari sebelumnya,

"Boleh aku tahu, kenapa kau membunuh mereka?"

Clara memiringkan wajahnya. Sikunya tertempel di lutut, menopang wajahnya. Ia memperhatikan sang pasien yang sedang memutar-mutat pensilnya sambil bersandar. Lelaki itu menarik nafas, seolah ia akan memulai kisah yang sangat panjang.

"Dengarkan baik-baik. Aku tidak akan mengulanginya lagi."

------------

Dulu, dulu sekali. Ada seorang wanita berambut pirang dengan mata biru yang indah.

Ia menjadi primadona dimanapun.

Dan ada seorang pria kaya, yang bisa mendapatkan apapun dengan uangnya. Kekasih, sekolah, pekerjaan, kebahagiaan.. Ia bisa membeli semua itu.

Namun, tidak gadis itu.

Gadis itu tidak mau dibeli dengan apapun juga. Intan, permata, uang.. bahkan kekuasaan dan saham.

Itulah penolakan pertama yang diterima sang pria.

Amarah menguasai dirinya. Ia tidak peduli dengan apapun--ia hanya ingin membuat gadis itu menjadi miliknya. Miliknya seorang.

"Dan pria itu berhasil?" Tanya Clara.

"Oh, tentu saja. Ingat, dia bisa membeli apapun?"

Gadis itu hamil. Di luar dugaannya.

Tapi, tidak ada yang percaya padanya.

Gadis itu masih ingat saat sang pria menggoreskan wajahnya ke aspal, dengan bukti di wajahnya.

Namun, tidak ada yang percaya padanya.

Pria itu merebut segalanya dari sang gadis.

Keluarga, harta, karir, masa depan. Gadis itu tidak punya apapun tersisa untuknya.

Kecuali janin di rahimnya.

Karena itulah, sang gadis membesarkan anaknya dengan sepenuh hati. Sepenuh jiwa. Supaya ia tidak menjadi bajingan seperti sang Ayah--yang bahkan tidak pantas menyandang gelar itu.

Sang gadis, yang kini menjadi seorang wanita, hanya memiliki putranya. Putranya yang memiliki paras sang Ayah.

Nyeri menusuk dadanya setiap kali ia melihat wajah sang Ayah dalam putranya.

Mengapa ia harus semirip ini dengan Ayahnya?

Mengapa ia tidak memiliki wajahku saja?

Dan yang dimiliki sang anak, hanyalah sang ibu. Ia besar tanpa ayah. Tanpa sanak saudara. Tanpa teman.

Namun, mereka mengambilnya juga.

Mereka, keluarga Ayahnya, ingin melenyapkan segala bukti dosa pewaris mereka. Karena itulah, Ibu bermata biru itu harus lenyap dari dunia ini.

Mereka melakukannya.

Tepat di depan sang Anak.

Mereka mengambilnya. Satu-satunya yang sang Anak miliki.

Seperti yang mereka lakukan pada wanita berambut pirang itu.

Until The Day Comes.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang