Teman Dua Dunia

The Last Letter

"Jadi, apakah paman mengetahui sesuatu tentang Jane?" tanya Phil.

Paman Josh menghela nafas pasrah. "Iya, Jane adalah putri paman. Dulu, dia termasuk anak yang cukup lincah, periang, dan selalu menurut apa kata paman. Semua berubah saat dia masuk ke universitas. Dia menjadi pemurung, dan pendiam. Jane selalu cerita, tiap hari ia selalu disingkirkan oleh teman-temannya," ucap Paman Josh.

"Disingkirkan? Maksudnya?" tanya George penasaran

"Jane disisihkan oleh teman-temannya karena tingkahnya yang selalu ramah terhadap dosen dan karyawan kampus. Jane selalu menangis saat menceritakan itu semua. Jane mengatakan dia sudah tidak kuat dengan semuanya. Dan akhirnya Jane menyiksa tubuhnya dengan boneka itu. Memukul kepalanya dengan boneka kayu itu, hingga kepalanya mengeluarkan banyak darah."

"Sebentar, bagaimana paman bisa membiarkan Jane menyiksa dirinya sendiri?" George memotong cerita Paman Josh.

"Paman saat itu sedang keluar mencari kayu untuk dibuat boneka. Saat paman pulang dan memeriksa kamar Jane, dia sudah terbaring dalam keadaan mengenaskan. Beberapa hari setelah itu, teman-teman Jane datang ke rumah, meminta maaf kepada paman. Apa gunanya? Orangnya sudah tidak ada, itu semua sia-sia!" Paman Josh tertawa hambar mengingat hari pemakaman Jane, di mana batu nisannya telah ditangisi oleh banyak orang.

Pria tua itu kemudian beranjak dari duduknya, mengambil sesuatu dari tumpukan buku di lemari. Paman Josh kembali membawa sebuah kertas kecil dan memberikannya pada George dan Phil.

"Ini surat terakhir dari Jane," kata paman Josh.

Surat itu berisi tulisan tangan Jane yang sangat kacau.

Hai, Ayah, maaf aku telah merepotkan Ayah. Aku tidak kuat dengan diriku yang selalu disingkirkan oleh teman-temanku. Aku tidak bisa tidak melibatkan orang lain dalam kesedihanku. Mereka menganggapku musuh bagi diri mereka, yang memang harus dimusnahkan.

Maaf Ayah,

Jane.