Rumah Alice sangat sepi. Ayahnya sedang ke luar kota, Ibunya sedang bekerja, jadi tinggal Alice sendiri sore ini. Tapi, karena ada George dan Phil, Alice tidak kesepian untuk hari ini. Dan jadilah, rumah Alice sangat ramai dengan keberadaan kedua temannya.
George dan Phil hampir menghabiskan banyak camilan yang ada di meja ruang tamu rumah Alice. Kacang, permen, keripik, semuanya hampir tinggal remah-remah. Alice hanya memandang mereka berdua, dan sesekali tertawa ketika Phil mengomel karena kacangnya diambil George. Tak lupa juga, Jane yang selalu duduk manis di samping Alice.
“Alice, kita bosan. Bagaimana kalau kita bermain?” ajak George sambil mengunyah keripik dari toples kaca di meja.
“Main apa?” tanya Phil antusias, dengan permen karet di mulutnya.
“Bagaimana kalau ular tangga?” usul Alice, dan mendapat anggukan setuju dari George dan Phil.
Alice segera ke kamarnya yang tak jauh dari ruang tamu, Jane pun ikut dibawa. Alice mencari permainan ular tangga yang terakhir ia ingat, ia taruh di dalam lemari yang penuh dengan tumpukan permainan. Sementara di ruang tamu, George dan Phil membicarakan sesuatu.
“George, kamu tidak merasa aneh saat dekat dengan Alice atau bonekanya?” Tanya Phil pelan, bahkan sempat tidak terdengar.
George kemudian berpikir sebentar. “Sebenarnya aku juga risih saat Alice mendekatkan telinganya ke mulut Jane. Sepertinya ada sesuatu dengan boneka itu,” kata George tak kalah pelan.
Sementara itu, tepatnya di kamar Alice, gadis manis itu masih saja mencari ular tangganya. Dan Jane duduk tenang di tepi ranjang. Tapi tiba-tiba, Alice bergumam, “Tidak, Jane, George tidak mungkin punya pikiran seperti itu.” Setelah itu, suasana di kamar kembali hening.
“Jane! Kamu jangan berkata aneh lagi! George dan Phil, tidak mungkin membicarakanmu di belakangku!”
Mendadak Alice malah marah-marah pada boneka kayunya yang diam di ranjang. Dan kemarahan Alice membuat dua orang di ruang tamu tersentak kaget.
“Alice, ada apa?” tanya George dari ruang tamu.
“Tidak, George, Jane hanya berkata aneh,” jawab Alice agak keras.
“Dengar, kan? Jane seperti makhluk hidup bagi Alice,” kata Phil menatap mata George dengan penuh keyakinan.
George bingung, Alice sedang bicara pada boneka kayu itu, tapi nyatanya itu hanya benda mati. Dia tidak mungkin punya nyawa. Kecuali … ada jiwa yang masuk ke dalamnya.
“Ibu pulang,” seru Ibu Alice yang masuk ke ruang tamu.
“Hai, Ibu,” seru Alice dari dalam kamar. Ular tangganya belum juga ditemukan.
“Hai, Tante,” sapa George dan Phil, ramah. Ibu pun membalasnya dengan senyuman. Ibu Alice duduk di sofa ruang tamu.
George dan Phil segera berpindah duduk di karpet. “Kenapa di bawah?” tanya Ibu heran.
“Tidak sopan, Tante," jawab Phil dengan lembut.
Terjadi keheningan di ruang tamu. Di sana tidak ada seorang pun yang berani mengawali percakapan. Merasa suasana perlu dicairkan, Phil pun akhirnya angkat bicara mengenai boneka kepunyaan Alice.
“Tante, tahu tidak tentang boneka Alice?”
“Iya, kenapa memang?” ucap Ibu Alice.
“Tante merasa aneh tidak dengan keberadaan boneka itu?” Kali ini George ikut nimbrung.
Ibu Alice mengangguk ragu. Seketika ekspresi wajahnya berubah, ada ketakutan, juga kegelisahan di dalam sorot mata Ibu Alice.
“Tante selalu mendengar Alice bergumam sendiri di kamar saat tengah malam. Tante pikir, dia mengigau. Tapi setelah tante lihat ke kamarnya, dia bicara pada boneka kayu itu. Alice tidak sedang tidur.” Tangan Ibu Alice tiba-tiba gemetaran.
“Tante tahu asal boneka itu?” tanya Phil penasaran.
“Tante tidak tahu persis darimana boneka itu. Tapi kata Alice, boneka itu dia dapatkan saat sedang karya wisata waktu SMA dulu,” jelas Ibu Alice. George dan Phil saling pandang, kemudian mengangguk mengerti.
“Jane! Kamu jangan berbicara aneh! Kamu harus tahu, George dan Phil itu sangat baik padaku! Jangan kamu berprasangka aneh tentang mereka!” Tiba-tiba Alice berteriak histeris di dalam kamarnya.
George, Phil, dan ibu Alice pun berlarian ketika Alice berteriak seperti itu di dalam kamarnya. Sampai di dalam kamar, mereka melihat Alice menangis, dan menodongkan sebuah pisau ke arah Jane yang berada di tepi ranjang.
“Jangan kamu katakan itu lagi padaku!” teriak Alice, pisau itu masih tetap diarahkan ke boneka kayu yang hanya diam di tepi ranjang.
“Alice, tenanglah.” Ibu Alice mendekati anaknya dan segera memeluk tubuh Alice.
George mengambil pisau di tangan Alice dengan sangat hati-hati, sementara Phil memerhatikan boneka kayu yang sedang duduk di tepi ranjang itu lekat-lekat. Phil merasa aneh dengan mata Jane. Ada air di pelupuk mata Jane. Itu seperti ... air mata. Phil segera menarik tangan George untuk segera melihat apa yang ia temukan. Mereka memerhatikan boneka tersebut dengan saksama. Mendadak, bola mata itu bergerak cepat. Dan berhasil membuat George dan Phil kaget hingga terhuyung ke belakang.
Alice melepaskan pelukan Ibunya lalu mengambil Jane dengan cepat. Wajahnya berubah menjadi pucat. Sementara matanya masih mengeluarkan bulir-bulir air. Alice kemudian memeluk erat boneka kayu yang aneh itu.
“Maaf, Jane, aku tidak bermaksud membuatmu takut.” Alice bergumam lagi. Ibu Alice, George, dan Phil saling menatap aneh.
Perlahan, wajah Alice kembali normal, tidak pucat seperti tadi. Dia terlihat tenang saat memeluk Jane. Aneh.
×××
![](https://img.wattpad.com/cover/29724860-288-k30411.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Dua Dunia
Horor[COMPLETED] Tentang Alice dan boneka kayu yang ia dapatkan saat karyawisata jaman SMA dulu. Kejadian aneh selalu terjadi pada Alice, ketika Ia bersama dengan Jane, boneka kayunya. #64 in Horror (18/8/16)