Jane

9K 384 10
                                    

"Hai, Jane, selamat pagi," sapa Alice saat terbangun dari tidurnya di pagi hari, pada boneka kayu yang menggantung di gantungan bajunya. Sementara yang disapa tidak menyahut, Jane hanya diam saja. Seperti layaknya boneka kebanyakan.

Alice tersenyum lalu berkata, "Bagaimana tidurmu? Nyenyak?" Dan boneka kayu tersebut tetap diam.

Alice mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke kampus. Sekarang, Alice sedang duduk di ambang pintu, menghalangi orang lain untuk melewati pintu tersebut. "Ibu, aku berangkat!" kata Alice agak keras, agar Ibunya yang di dapur bisa mendengar suara Alice.

"Hati-hati, Alice," balas Ibunya.

Alice berangkat ke kampus dengan berjalan kaki. Kampus Alice tak terlalu jauh dari rumahnya, keluar dari kompleks perumahannya, dia sudah menemukan sebuah gedung besar nan luas. Di depan gedung tersebut, terdapat papan besar bertuliskan Universitas Gordon. seperti namanya, kampus tersebut berada di Jalan Gordon. Sedangkan rumah Alice berada di Perumahan Gordon.

Ketika berada di dalam kampus, Alice menyusuri koridor dengan Jane di pelukannya. Tatapan aneh mulai menyelimuti Alice dan Jane. Bagaimana tidak? Alice selalu membawa Jane saat berada di kampus. Banyak cibiran ditujukan kepada Alice. Anggapan aneh, gila, sinting, sudah biasa diterima oleh Alice. Namun, tampaknya Alice tidak ambil pusing terhadap hal itu. Yang terpenting baginya adalah Jane selalu bersama Alice, tak peduli apapun yang akan terjadi.

"Hai, Alice," sapa seorang pemuda tampan berambut gelap, berkulit terang, bernama George. Dia termasuk salah satu teman Alice yang sangat baik padanya.

"Hai, George." Alice menyapa balik George sembari melemparkan senyum pada George. "Jane, ini ada George." Alice membisikkan kata-kata ke telinga Jane.

Itu membuat George menjadi risih melihat tingkah Alice. Ingin rasanya George membuang boneka itu, tapi Alice pernah berkata bahwa Jane adalah benda paling berharga yang pernah Alice miliki sepanjang hidupnya.

Wajah George kemudian berubah menjadi asam, tak enak untuk dipandang. Alice mendekatkan telinganya ke mulut Jane, lalu ia mengangguk.

"George, Jane tidak suka melihat wajahmu seperti itu." Kata-kata Alice membuat George tersentak.

"Ada apa? Kenapa dengan wajahku? ada yang aneh?" George gelagapan menanggapi ucapan Alice.

Alice tersenyum geli. "Tidak, wajahmu asam, kata Jane." Lalu gadis itu tertawa.

Sedangkan laki-laki di hadapan Alice mengerucutkan bibirnya. "Aku dikritik boneka," gumam George pelan, sementara Alice masih saja tertawa.

×××

Teman Dua DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang