Besoknya di sekolah, aku mencari keberadaan Dicky. Kulihat dia sedang nongkrong di depan masjid sekolah bersama geng-nya. Aku berjalan santai menuju Dicky, tiba-tiba ada yang menarik tanganku. Aku menoleh mendapatkan Eri dengan muka bingung.
"Lha, Abang mau kemana? Kan udah bel masuk?" tanya Eri. Astagaa ... Aku lupa.
Kutepok jidatku. "Aduh, Abang lupa Ri. Makasih ya. Bye!" aku melambaikan tanganku, langsung berlari ke dalam kelas. Kali ini kau masih selamat Dik.
Selama pelajaran berlangsung, aku terus memikirkan bagaimana caranya 'berkenalan' dengan Dicky malam ini. Tak terasa, bel pulang sudah berkumandang. Dengan buru-buru aku membereskan barang-barang dan memasukkannya ke dalam tas. Tak peduli dengan guru yang masih menyuruh berdoa bersama, aku langsung berteriak, "Buk! Saya keluar duluan ya. Kan saya ganteng. Assalamu'alaikum Buk!" lalu keluar kelas. Masih berlari, aku menuju keldas Dicky. Tidak menunggu lama, Dicky keluar kelas sambil berbincang dengan teman sekelasnya.
"Eh eh," panggilku dengan menarik tas Dicky.
"Siapa?" tanyanya sinis.
"Halah, lo udah ketuaan kali ya? Pikun. Gue abangnya Yasmin," jawabku sinis.
Dicky mengangkat sebelah alisnya. "So, ada urusan apa sampe narik-narik tas gue?" ucapnya dengan nada tak suka.
"Gue ada rencananya mau ngerjain, dua adek tengik gue. Si Yasmin sama Eri. Lo ikut nggak?" alibiku.
Dia terlihat berpikir. "Oke. Kapan?" putusnya.
Yes ... finally, im already hungry. "Malam ini. Di gedung ***. Jam 10. Ok? Gue tunggu lo. Awas lo gak dateng." paksaku. Setelah mengatakan itu, aku berjalan pelan dengan hati senang menuju lobby.
***
Setelah makan malam, aku meminta izin sama ayah buat beli stok cemilan ke luar. Aku segera mengambil jaket dan 'bekalku' di kamar. Kututup pintu, dan berbalik. "Astaga!" pekikku. Yasmin dan Eri cengengesan. Bayangkan saja, mereka tepat berada di sampingku dengan melihatku lekat-lekat.
"Apaan?" tanyaku to the point. Yasmin terlihat memberi kode pada Eri. Mereka terlihat bertelepati lewat mata.
"Bang ... temenin Eri beli buah dong. Buah pepaya, buat praktek IPA besok," pinta Eri.
"Lha, kan ada noh buah pepaya di kulkas," jawabku. Eri kembali memberi kode pada Yasmin.
"Eh, Bang, temenin aku ke pasar ular yuk!" ajak Yasmin. What? Pasar ular?
"Eh, Yas. Pasar ular jauh Ngong. Di Jakut sana," balasku. Perasaanku tidak enak.
Ini kenapa dua adikku jadi sering mengajakku keluar sih? Tempat-tempat yang ingin dikunjungi mereka juga aneh-aneh. Biasanya mereka bakal anteng di rumah. Ada apa sih? "Abang gak bisa. Ada kerja kelompok. Besok aja ya?" tawarku. Acara hari ini tak boleh tertunda lagi pokoknya!
Eri menatapku lekat, sedangkan Yasmin menunduk. Tangan mereka bertaut. "Kalau gitu kita ke pasar malam yuk!"
Aku menatap Eri aneh. Hei! Kemarin malam kan kami sudah ke pasar malam, kenapa sekarang mau ke sana lagi? "Kan kemarin udah ke sana," ujarku mengingatkan. Ah, aku sudah tak punya banyak waktu lagi. Kalau kelamaan, rencanaku akan gagal total.
"Udah ya, Abang mau berangkat dulu. Kalau kalian mau pergi sama Abang, besok aja." aku segera berlalu tanpa menunggu perkataan apa-apa lagi dari Yasmin dan Eri. Mereka memanggilku, tapi tak kupedulikan.
###
Aku mengendarai motor ke gedung tempat eksekusi. Ku parkir motorku di sebuah warung pinggir jalan yang sudah tutup. Jaraknya cukup jauh dari gedung karena ku sengaja memang begitu. Biar tak menarik perhatian orang-orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Abangku Psycho
УжасыCerita ini di tulis oleh dua member Fun Write Zone. Mereka bernama Eriya dan Yasmin.