[4] Apa itu Sahabat ???

138 3 0
                                    

“Hey, Rama... Bangun! Sudah siang...” kata Ayahku membangunkanku.
“Iya, yah...” jawabku.
Aku memang sulit untuk dibangunkan, sebab tiap malam aku masih saja memandang monitorku. Sambil memainkan jemari ini. Tapi tidak terus menatap monitor, hanya dua sampai tiga jam saja, setelah itu aku melanjutkan sholat malam. Hmmm... selamat pagi dunia. Semoga pagi ini akan selalu menjadi pagi segar dan sejuk. Selesai mandi, dilanjut dengan ibadah kepada Sang Pencipta, lalu pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu.
(Ruang tamu)
“Yah, Rama berangkat yaa...” kataku lalu mencium tangannya.
“Ya, hati-hati...”
“Assalamu’laikum...”
“Wa’alaikum salam...” jawabnya.
Beranjak dari rumah menuju ke sekolah, dengan menggunakan sepeda motorku dengan mengucapkan bismillah. Semoga ini semua akan berjalan dengan lancar. Terkadang saat dipertengahan jalan, aku sering berfikir. Entah itu muncul dari mana. Seperti halnya dengan melihat tukang sampah, aku berfikir dengan masa depanku nanti. Apakah aku akan menjadi seperti dia, atau mungkin menjadi orang kaya. Selalu saja fikiran-fikiran itu muncul, entahlah...
*********
(Sekolah)
Sesampainya aku di sekolah, aku melihat Amir yang sedang memarkirkan sepeda motornya. Aku pun menghampirinya, karena dia terlihat seperti orang bingung.
“Eh, Mir...” menepuk pundaknya.
”Lo kenapa? kayak orang bingung...” lanjutku.
“Eh, elo Ram... Enggak, gue cuma bingung aja. Masa ban motor gue bisa robek ya... Padahal pas tadi gue berangkat gak kayak gini...”
“Emangnya lo sampe disini jam berapa?” tanyaku.
“Jam lima Ram, lo tau kan kalo rumah gue jauh. Mangkanya gue dateng jam segitu, tapi pas gue sampe sini, cuma ada motor gue doang. Dan sekarang baru aja setengah enam, masa ban gue robek, bingung gue..” katanya sambil menggaruk kepalanya.
“Apa ada yang iseng ya...” lanjutnya.
“Bisa jadi sih Mir. Coba aja tanya satpam, mungkin aja dia tau...”
“Udah Ram, tapi dia gak tau apa-apa. Akh, parah banget nihh...” katanya.
“Yaudah, lo sabar aja... nanti pulang sekolah, gue bantu ke tambal ban...” jawabku.
“Yaudahlah... makasih ya Ram...”

Akhirnya kami berdua beranjak ke kelas. Dan di sana sudah ada Irham dan Lia. Mereka berdua akrab sekali. Duduk selalu berdua. Padahal Irham tau, kalau Lia adalah pacar sahabatnya sendiri. Ya, Lia adalah pacarnya Amir. Jika saja Amir tau kalau kelakuan Irham seperti itu, pasti ia akan marah sekali padanya.
(Menghampiri Irham dan Lia)
“Assalamu’alaikum...” kataku.
“Wa’alaikum salam..” jawab Lia.
“Eh, Rama... tumben lo dateng pagi...” lanjut Lia.
“Iya nih... kebetulan aja bangun pagi...”
“Lia, ayo kita lanjut lagi belajarnya...” kata Irham memutuskan pembicaraan.
“Oh iya, ayo... Ram, sorry ya gak bisa lanjut ngobrol..” kata Lia.
“Iya, gapapa...”

Akhirnya mereka berdua pindah tempat. Terlihat sekali diwajahnya Irham, bahwa ia tidak suka dengan kehadiranku. Dia lupa, bahwa Lia adalah pacar sahabatnya. Dia menganggap Lia seakan-akan Lia adalah pacarnya sendiri.
*********
(Bel Istirahat)
Seperti biasa, setiap bel istirahat Amir selalu mampir ke kelasku. Untuk melihat kekasih hatinya. Namun yang terjadi adalah Irham yang sok tidak kenal dengan Lia. Jika di depan Amir, memang selalu seperti itu sikapnya. Dan jika di belakang Amir, ia selalu akrab dengan Lia. Apakah Irham benar-benar menganggap Amir adalah sahabatnya??? apa itu yang disebut sahabat??? Entahlah.
“Assalamu’alaikum cantik...” sapa Amir ke Lia.
“Wa’alaikum salam...” jawab Lia sambil tersenyum.
“Gimana belajarnya? Susah gak??” lanjut Amir.
“Gampang kok... yaudah, aku ke kantin dulu yah...” lalu meninggalkan Amir.
“Iya...”

“Bro, gue ke kantin dulu ye...” kata Irham lalu menepuk pundaknya.
“Iya sip...”
Aku heran, mengapa mereka berdua berbarengan ke kantin. Walaupun tidak berdampingan. Apa amir tidak curiga dengan mereka berdua? Apa karena Amir terlalu mempercayai pacarnya itu? Entahlah...
“Eh, Ram...” sapa Amir dari belakang.
“Eh, elo Mir. Kenapa..?” jawabku.
“Lagi ngapain lo? sibuk amat...”
“Biasa, penulis...” jawabku.
“Gue mau nanya nih Ram, boleh gak...?” katanya mulai serius.
“Boleh-boleh... silahkan aja...”
“Hmmmm, lo tau gak sih kelakuan Lia dibelakang gue kayak gimana...? jujur yaa...?”
“Hmmmm, gimana yaa...? nanti aja deh gue kasih tau pas pulang sekolah...”
“Katanya lo mau bantu gue ke tukang tambal ban...” jawabnya.
“Iyaa, kan di tambal ban juga bisa ngobrol. Nanti aja... sabar...”
“Oke deh, gue tunggu nanti...”
*********
Bel masuk pun tiba, sebelum guru memasuki kelas. Lia dan Irham jalan menuju kelas berdampingan. Dan sesampainya di kelas, dia membicarakan sesuatu. Ya, sedikit terdengar di telingaku. Tidak, ini bukan untuk menguping. Tapi untuk menyelesaikan permasalahan.
(Bell pulang)
Segera saja aku langsung menuju parkiran. Dan sampai pada motor Amir, tak lama kemudian Amir datang.
“Ram, cepet banget lo udah kesini... yaudah ayo...” katanya.
“Oke...”
Aku akhirnya membantu ia pergi ke tambal ban. Di sana kami masih sempat untuk berbicara, dan yang memulainya adalah dia.
(Tambal Ban)
“Ram, katanya lo mau ngasih tau. Yaudah, sekarang aja...”
“Lo bener-bener mau tau?” tanyaku.
“Ya iyalah...”
“Tapi ada syaratnya Mir...”
“Yaelah pake syarat segala, apaan???...”
“Intinya, lo jangan kebawa emosi, liat aja dulu apa yang dia lakuin...” kataku sambil merangkul pundaknya.
“Apaan sih emangya? Serius banget...”
“Inget Mir, jangan emosi...”
Belum sempat Amir bertanya kembali, Abang tambal ban yang memotong pembicaraan kami.
“Cok, sudah selesai ini...” katanya dengan nada Batak.
“Oh iya Bang... jadi berapa?”
“Lima belas ribu saja Cok...” jawab Abang tambal ban.
“Nih Bang...”
“Ya, makasih...”
*********
“Ram, sekarang kita kemana?” kata Amir dengan nada kesal.
“Sabar bro... jangan kebawa emosi gitu lah...” kataku menenangkan.
“Hmmmmm, oke...”
“Kita pergi ke taman MM, dan liat apa yang terjadi. Tapi sebelum itu, lo pake helem lo. biar gak ketauan...” kataku.
“Lo juga pake Ram, jangan sampe lo yang ketauan...”
Akhirnya kami beranjak dari tambal ban tersebut menuju taman MM. Belum sempat sampai kesana, Amir berhenti dipinggir jalan.
“Weeii... kenapa berenti...?” tanyaku.
“Ram, lo serius kita kesini?” tanyanya heran.
“Lo mau liat kelakuan cewek lo pas dibelakang lo, apa engga???” tanyaku mulai kesal.
“Tappiiii...”
“Gak ada tapi-tapian Mir. Gue kasian sama lo...”
“Yaudah deh...”
Akhirnya kami melanjutkan jalan kembali dan sampailah kami di taman tersebut. Sesampainya disana, aku dan Amir melihat satu motor yang sedang parkir. Melihat ke arah taman itu dan itu adalah......
“Astagfirullah... itu kan Irham...” kata Amir kaget.
“Iya, itu Irham. Yang katanya sahabat sejati lo Mir. Dan disampingnya ada cewek lo kan? Udah liat sendiri kelakuan sahabat dan pacar lo di belakang lo???”
“Cukup tau gue sama mereka...”
“Lo gak mau kesana? Terus, lo biarin aja???”
“Anterin gue pulang Ram, gue bete...” katanya dengan nada sedih dan galau.
“Oke.. sabar bro. Mungkin dia bukan untuk lo, cewek masih banyak...” kataku sambil merangkulnya.
Aku akhirnya mengantar Amir pulang. Terlihat wajahnya yang begitu kecewa. Di kecewakan oleh sahabat dan juga kekasih hatinya. Jika aku yang ada diposisinya, pasti aku sangatlah kecewa, dan tidak bisa memaafkan keduanya.
(Esok harinya)
Seperti biasa, diparkiran sekolahan nya ada motornya Amir karena dia selalu datang pagi-pagi. Namun ada yang berbeda disana, aku melihat sosok laki-laki yang sedang membawa pisau dan menuju motor Amir. Aku mengikutinya dari belakang, dan ternyata itu adalah... Irham??? Sedang apa dia?
“Astagfirullah, Ham lo ngapain motor sahabat lo sendiri?!” kataku kesal.
“Eh... elo Ram. Ngapain lo disini? Tumben lo dateng pagi...” katanya kaget dan menjatuhkan pisaunya.
“Jadi, yang kemaren juga kelakuan lo Ham??!” kataku kesal.
“Hmmm, itu-anu-Ram bukan gue...” katanya terbata-bata.
“Iya Ram, dia yang ngerobek ban motor gue. Gue tau dari percakapannya di kantin sama Lia...” Amir yang tiba-tiba datang dari belakang.
“Lo tau dari mana Mir?”
“Lo kira gue bego? Dari awal gue udah curiga sama lo. Gue punya mata-mata, dan itu lebih setia sama gue dibanding sahabat gue sendiri...” kata Amir.
“Siapa...?!” jawab Irham kesal.
“Apa lo gak sadar? Waktu lo ngobrol serius sama Lia, disamping lo ada Deny?  Dia ngerekam semua pembicaraan lo lewat Hpnya...” kata amir sambil menunjukan Hpnya.
Cklek..!
“Sebenernya gue gak suka sama cowok lo, tadi pagi gue robek ban motornya. Biar dia gak bisa pulang sama lo. Lo juga udah gak sayang kan sama Amir? Udahlah putusin aja... mending sama gue...” suara Irham saat rekamannya diputar.
“Gue bukan orang bego, Ham. Penghianat lo! bangsat!!” kata Amir mulai emosi.
“Yasudah nak, biar bapak yang urus...” kata Pak Herman(Guru BK) yang tiba-tiba datang.
“Berapa banyak kamu bayar orang ini?” kata Pak Herman sambil menunjuk satpam sekolah.
“Enggak Pak, saya gak bayar dia...” kata Irham dengan wajah takut.
“Enggak gampang ngerobek ban motor Amir, apalagi sampe ketauan satpam...” kata Pak Herman.
Cklek!
“Untungnya si Satpam bego itu mau gue bayar. Kalo enggak, mana bisa gue ngerobek bannya si Amir. Dasar satpam tolol...!” suara rekaman Irham.
“Iya Pak, saya salah....” kata Irham menunduk.
“Irham, selamat! Kamu keluar dari sekolah ini! Besok, panggil kedua orang tua kamu!!” kata Pak Herman dengan tegas.
“Dan Pak Yanto, selamat! Saya kasih gaji anda lebih awal...” katanya sambil memberikan amplop.
“Itu pula yang menjadi gaji terakhir anda...!” lanjutnya.
*********
Ya begitulah kawan, itulah yang dinamakan SAHABAT = PENGHIANAT. Tetapi tidak semua sahabat kalian seperti itu. Masih banyak para sahabat yang setia dengan sahabatnya. Mungkin cerita ini akan menjadi lebih berarti bagi kalian para sahabat.

-The End-
Editor : Farah Riri Dwi
Pin bbm : 5CEB537A
Thanks for :
Allah SWT.
Muhammad Saw.
Orang Tua tercinta
Segenap sahabat
Kawan-kawan The Door of a Dream
Kawan-kawan Lo Liat Aja Sendiri Blog’s
S.F.H
For All...

Kumpulan Cerpen [Rama]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang