[9] JAGA

49 0 0
                                    

[Pagi Hari di Rumah]
Pagi itu, saat yang tepat untuk berangkat menuntut ilmu. Udara yang sejuk memasuki lubang hati ini, semangat yang teramat sangat aku berangkat. Baru saja melangkah dengan kaki kanan dan membaca “Bismillah...” dan...
”Rama...! “ panggil Ayah.
“Tunggu...!” lanjutnya.
Setelah mendengar suara itu, akhirnya aku berbalik kebelakang kembali dan menemui Ayah.
“Ada apa Yah...? “ tanyaku.
”Nihhh... “ memberikan uang 50 ribuan.
“Apa nih Yah...? Uang tambahan ?” jawabku.
“Yeee, katanya kemaren mau ada infaq mesjid...” kata Ayah yang sambil mengaduk kopinya di dapur.
“Ohhh iya,..” sambil menepuk keningku.
“Rama lupa Yah...” lanjutku sambil mengambil uang ditangan Ayah.
“Masih muda udah pikun...” katanya dengan nada canda.
”Hehehe... yaudah, Rama berangkat ya Yah...” jawabku yang ingin mencium tangan Ayah.
”Eh tunggu... “ sambil membiarkan tanganku digenggamannya.
“Apa Yah..?” tanyaku heran.
“Nanti di sekolah jangan sampe kamu merusak lingkungan... tuh liat di tv, cuma gara-gara sampah aja, satu kampung kebanjiran... apalagi nebangin hutan...!” katanya dengan menunjuk ke rah tv dengan nada kesal.
“Iya Yah... Rama kan pecinta lingkungan...” jawabku sambil mencium tangannya.
“Yaudah, hati-hati...”
“Assalamu’alaikum...” kataku lalu meninggalkan dapur.
“Wa’alaikum salam....”
..................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
[Sekolah]
Sesampainya aku di sekolah, terlihat dari jauh aku melihat sesuatu yang sangat berantakan di koridor sekolah. Aku mendekat dan terus mendekat. Ternyata, sesuatu itu adalah sampah yang berserakan. Ya, benar sekali ! itu sampah yang berserakan. Karena teringat oleh perbincangan pagi tadi di rumah, aku pun segera bergegas membuang sampah-sampah tersebut. Belum lama aku merapihkan sampah tersebut, Imah menyapaku.
“Ciyee... rajin banget lo Ram... tumben...” katanya meledek.
“Gue cuma lewat, iseng aja ngeliat sampah berserakan gini...” jawabku.
“Ohhh gitu... Kotor banget yaah, mau gue bantuin gak ? “ tanyanya.
“Boleh...” jawabku sambil memasukan sampah ke tong.
“Padahal anak madrasah, tapi buang sampahnya se’enaknya... hadehh hadehhh...” keluhnya saat membuang sampah ke tong.
“Orang baik kan banyak Mah, tapiii... yang ngelakuin sih sedikit...” jawabku sambil mengambil sapu yang ada di dekat tong.
“Tapi kan harusnya mah mikir Ram, masa iya harus diingetin mulu... kapan mau dewasanya...! padahal aliyah, tapi pikiran masih kayak anak SD. Anak SD ajah bisa buang sampah yang bener, masa mereka kalah sama anak SD...!” katanya dengan nada kesal.
“Mah, kalo lo punya pikiran begitu, gak akan ada orang yang dewasa... yang ada, banyak yang benci sama lo. Lakuin aja apa yang lo harus lakuin. Jadilah orang baik dalam diam. Insya Allah, banyak yang ngikutin lo dan banyak juga yang sadar... “ jawabku dengan nada halus.
“Tapi kan Ram....!” jawabnya terputus.
“Ssssuuussttttttt ! udah, lakuin ajah....”
“Iya.. iyaa...” jawabnya lalu melanjutkan membuang sampah.
~End~

Kumpulan Cerpen [Rama]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang