[3] Temanku Wanita Hebat

208 3 0
                                    

     Seperti biasanya, hari senin kami selalu melakukan upacara bendera. Namun kali ini tidak, melainkan hari ini kami semua berkumpul dengan wali kelas masing-masing. Satu kelas, terdiri dari satu wali kelas. Kebetulan wali kelasku sering terlambat untuk datang. Maklumi saja, dia harus mengurusi suaminya yang sedang sakit di rumah. Tetapi masih ada yang lebih telat dari wali kelasku, yaitu temanku. Setiap hari, selalu saja terlambat. Bahkan pernah sampai jam 8 baru hadir di sekolah. Entah mengapa dia seperti itu, Annisa namanya.
Setiap hari dia selalu membawa makanan untuk dijual-belikan kepada teman-temanku yang lain. Jika urusan berdagang, dia sangat semangat. Berbeda dengan belajarnya. Sering tidur pada saat jam pelajaran. Mungkin dia lelah, atau mungkin memang sengaja. Semenjak kepergian Ibunya, dia selalu menampakkan kesedihannya. Mungkin hanya aku yang sadar, bahwa dia sedang sedih. Tetapi, kesedihannya itu bisa ditutupi dengan kesenangan dan keceriaannya. Sungguh tegar temanku itu.
(Senin kala itu)
“Assalamu’alaikum...” sambil membuka pintu dan masuk.
“Wa’alaikum salam... Annisa?? Kenapa kamu terlambat?? Sudah jam tujuh loh...” kata Bu guru.
“Iya Bu, maaf. Tadi saya kejebak macet di jalan...” jawab Annisa sambil merepihkan roknya.
“Duduk sana! Jangan diulangi lagi...” jawab Bu guru dengan agak kesal.
Ya, begitulah kejadian setiap pagi antara Guru dengan Annisa. Terkadang aku kasihan melihatnya. Jarak tempuh rumahnya yang jauh dari sekolah, membuat dia sering terlambat. Tapi dia tetap semangat. Setiap pagi, aku selalu memperhatikan dirinya. Ya, benar... dia memang selalu ceria, meski aku tak tahu bahwa dia memiliki masalah yang rumit. Aku tahu itu dari sahabatnya Mira.
[Kelas]
“Mir... gue boleh nanya sesuatu gak...?” kataku dengan pelan.
“Nanya apaan? Kayaknya lo serius banget Ram...” jawabnya.
“Susssttttt... jangan keras-keras, gue mau nanya tapi bukan sekarang. Nanti aja pulang sekolah ya...? bisa??” lanjutku.
“Oke deh, di mana...?”
“Di kantin aja, tapi jangan ajak si Annisa...” lanjutku.
“Loh, kenapa??? ada masalah apa emangnya?” katanya bingung.
“Gapapa, gue cuma mau kita ngobrol berdua aja...”
“Iya deh...”
Pembicaraan selesai, untung saja Mira tidak bertanya lebih jauh mengapa aku tidak memperbolehkannya mengajak Annisa. Sepulang sekolah, akhirnya aku dan Mira bisa berbicara di kantin mengenai masalah Annisa.
(Bell pulang)
“Mir, gue tunggu ya...” kataku lalu meninggalkan kelas.
Aku pergi duluan ke kantin, sedangkan Mira masih menjalankan tugasnya yaitu piket kelas. Aku memesan mie terlebih dahulu sambil menunggu Mira. Belum lama aku memesan, Mira sudah datang menghampiriku.
“Ram, gue gak dipesenin??” katanya sambil menghampiriku.
“Oh, lo mau?? Yaudah... bude, satu lagi yaa...”
“Emangnya lo mau ngomongin apaan sih Ram??” katanya lalu duduk disebelahku.
“Jadi gini Mir, gue pengen nanya tentang sahabat lo Annisa. Dia itu, punya masalah apa sih? kok sering terlambat...?” kataku memulai pembicaraan.
“Oh, jadi itu yang pengen lo omongin Ram...”
“Iya, gue nanya sama orang yang tepat. Lo kan sahabatnya, pasti tau dong... gue pengen tau aja, dia terlambat gara-gara apa...”
“Oke kalo lo maksa... Tapi, gue gak mau sampe lo ngomong ini lagi ke Annisa. Soalnya ini rahasia, tapi gapapalah... Gue tau lo orang baik...”
“Lo tau kan kalo Ibunya itu baru aja meninggal??” lanjutnya.
“Iya, tau...” kataku.
“Nahh... dari situlah awalnya. Semenjak Ibunya meninggal, keluarganya itu belom bisa nerima. Dan bahkan yang lebih parahnya lagi, Ayahnya itu pegen nikah lagi... Padahal, baru aja ditinggal satu minggu.
“Jadi, gara-gara itu dia sering terlambat...?” tanyaku heran.
“Iya.. dia stres banget Ram. Kasihan gua sama dia...”
“Siapa yang gak stres kalo begitu, gue juga kali Mir...”
“Yaudah, pokoknya ini rahasia ya...” katanya.
*********
Ya, begitulah aku mengetahui permasalahannya. Begitu rumit masalahnya, namun dia masih bisa menutupinya dengan keceriaannya. Ya Allah, bantulah temanku ini dalam menyelesaikan masalahnya, tegarkanlah dia.
(Sekolah)
Esok harinya seperti biasa aku pergi untuk ke sekolah. Sesampainya di parkiran sekolah, aku melihat Annisa yang sedang memarkirkan sepeda motornya. Di samping kanan dan kiri motornya terdapat dagangan miliknya. Aku berhenti dan memarkirkan motor sebelum dirinya, dan sambil memantau dirinya dari kejauhan. Ketika ia ingin beranjak pergi, seseorang menghampiri dirinya. Entah mereka membicarakan apa, yang jelas rahasia sekali. Dan akhirnya mereka meninggalkan parkiran. Terbesit dipikiranku sesuatu yang tidak-tidak, tetapi masa bodolah... itu bukan urusanku.
(Kelas)
“Assalamu’alaikum...” sapaku memasuki kelas.
Terlihat hanya beberapa yang menjawabnya, karena sebagian dari mereka sibuk dengan PRnya masing-masing.
“Woy, Ram... sini lah...” sapa Kemal.
Aku pun menghampiri dirinya.
“Kenapa Mal? Samping lo kosong?” tanyaku.
“Iya, duduk sini aja... ada yang mau gue omongin...”
“Apaan yang mau lo omongin?” kataku sambil menarik bangku dan mendudukinya.
“Tadi lo liat si Annisa gak?” katanya.
“Iya liat... kenapa emangnya...?”
“Loh, kok lo biasa aja sih? coba lo liat di kelas ini, ada Annisa gak...?” katanya lagi.
“Iya juga sih...” jawabku sambil melihat keadaan kelas.
“Emangnya lo gak tau, siapa orang yang tadi ngobrol sama dia..?” lanjutnya.
“Enggak jelas mukanya, gue liatnya dari jauh. Emangnya siapa...?”
“Rina, anak kelas 12 IPS. Dan yang lebih parahnya lagi, kata orang dia itu perokok berat...”
“Hah...? yakin lo? cewek cantik kayak dia perokok...?” kataku kaget.
“Yahhhh, lo mah cuma liat dia dari cantiknya aja sih....”
“Entahlah, gue gak mau tau tentang dia....” kataku masa bodo.
“Yeee, dianya mah bodo amat. Yang jadi masalah, dia ngebawa si Annisa. Dan sampe sekarang Annisa belom masuk kelas...”
“Eh, iya juga yaa...” kataku bingung.
“Gue, penasaran... kemana dia berdua....”
“Gue juga sih, lo mau nyari??? Tadi sih gue liat, mereka lewat belakang....”
“Yaudah ayo!!!” kata Kemal dengan semangat.
Akhirnya kami berdua pergi ke gudang sekolah, untuk memastikan apakah mereka berdua ada disana atau tidak.
(Belakang sekolah)
“Ini dia...” kataku.
“Siap Ram...? hitungan ketiga, kita dobrak bareng...”
“Oke...” “Satu... dua... tigaa....!”
*Dubbbrakkk!
Terbukalah pintu itu, dan ya! Benar sekali firasat kami. Annisa sedang berada disana bersama dengan Rina. Dan yang lebih parahnya lagi, Rina mengikat tubuh Annisa dan memaksanya untuk menghisap rokok.
“Heyyy!!!” teriak Kemal.
Terlihat diwajah Rina yang ketakutan, karena telah kepergok oleh kami.
“Bajingan! Lo apain temen gue...!” kata Kemal kesal.
“Enggak, ini bukan apa-apa kok... gue sama Annisa lagi main-main aja...” kata Rina
“Ada apa ini ribut-ribut...?” terdengar suara Bu Marsya dari belakang kami.
“Ini Bu masalahnya...” dan terdengan pula suara Iren teman kelas kami.
“Ren, lo ngelaporin ini...?” tanyaku.
“Iya Ram, gue curiga abisnya... jadi gue panggil Bu Marsya kesini...” kata Iren.
“Bagus Ren....” jawab Kemal.
“Rina! Apa maksud dari semua ini...?” tanya Bu Marsya dengan tegas.
“Enggak Bu, ini cuma.....”
Belum selesai berbicara, sudah dipotong oleh Bu Marsya.
“Kamu jelaskan ini di ruang BK...!” kata Bu Marsya dengan tegas.
Kami semua segera menghampiri Annisa yang masih terikat. Dan melepas ikatannya, sementara itu Rina pergi meninggalkan tempat.
“Annisa, lo kenapa? kok bisa...?” tanya Iren.
“Gue dibohongin Ren...” kata Annisa sambil menangis.
“Maksudnya...?” tanya Kemal.
“Iya, tadi pagi gue parkir motor... terus dia dateng. Bilangnya mau ngejualin dagangan gue ke kantin, terus gue diajak dia ke belakang sekolah... dari awal sih gue udah curiga. Pas banget lewat gudang, tiba-tiba dia berenti... katanya nunggu temennya dateng. Gak lama, ada yang nyekep gue dari belakang, dan gue gak sadar lagi. Gue gak tau mereka ngapain, pas gue sadar, badan gue udah diiket kenceng...” kata Annisa sambil nangis.
“Terus, lo diapain...?!” tanya Iren.
“Gue dipaksa untuk ngerokok Ren... tapi rokoknya itu bukan rokok biasa... itu rokok ganja. Dia bilang, permasalahan gue sama kayak dia. Dan dia nyuruh gue ngerokok, biar sama juga kayak dia. Biar gue juga terjerumus ke dunia gelapnya. Gue tau kalo dia orang baik, tapi gara-gara dia gak bisa menyelesaikan permasalahannya, dia terjerumus. Dan dia nyari orang lain untuk menjerumuskannya juga ke dunianya, biar dia gak sendirian...”
“Huft.... Baguslah, untungnya kita masih sempet walau agak terlambat...” kata Kemal.
“Makasih yah temen-temen, kalo lo semua gak dateng, gue gak tau bakalan gimana jadinya...” kata Annisa.
“Lo hebat Nis, walaupun udah dipaksa kayak apapun, lo tetep gak mau dan teguh pendirian. Gue salut sama lo Nis...” kataku sambil menepuk pundaknya.
“Yaudah yuk ke kelas...” lanjut Iren.
“Yuk...” jawab Kemal.
Kami pun kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran, dan esok harinya Rina dan kawan-kawannya itu dikeluarkan dari sekolah, karena kasus kemarin yang sangat kriminal dan berlebihan. Yaa, begitulah kisah dari temanku wanita hebat. Semoga saja ada sedikit sifatnya yang dapat aku tiru.
Editor : Farah Riri Dwi
Pin bbm : 5CEB537A
~End~

Kumpulan Cerpen [Rama]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang