[7] Fitnah atau Dusta ?

240 0 0
                                    

[Pulang sekolah]
“Ram, gue balik duluan yee...” sapa Hendra.
“Iya Bro, hati-hati...” jawabku.
Belum sempat Hendra pergi, Arya datang menghampiriku.
“Ram, sendirian aja lo. Mana yang laen...?” kata Arya.
“Iya, tadi udah pada balik..” jawabku sambil tetap menatap layar laptop.
“Nulis lagi...?” sambil berjalan ke arah belakang.
“Iya nihh... Mumpung lagi banyak ide. Lo sendiri belom balik...?” tanyaku sambil tetap mengetik.
“Belom, lagi ada tugas. Tuh anak-anak lagi pada ngerjain dikelas...” sambil menunjuk ke arah belakang.
“Ohh...” jawabku sambil mengetik.
“Ram, gue boleh minta tolong gak...?” lanjutnya serius.
“Minta tolong? Apaan...?” tanyaku.
“Jadi gini Ram, kemaren kan laptop gue rusak tuh, nahh sekarang gue mau servis. Tapi duit gue gak cukup, kurang 100 ribu lagi...” jelasnya.
“Mau minjem duit...?” tanyaku heran.
“Hehehe, iya Ram... Boleh gak...?” jawabnya tertawa.
Mendengar kata itu, aku langsung mengambil dompet dan memberikannya uang 100 ribuan.
“Nih...” kataku sambil memberikan uang 100 ribu.
“Wahh... Baek banget lo, gue terima yaa. Seminggu lagi gue ganti...” katanya dengan senang.
“Iye, gue tunggu...” kataku sambil tetap mengetik.
[Esok harinya]
“Ram...” panggil Arya dari sudut tempat parkir.
“Apa...?” jawabku dengan wajah datar.
“Ya’elah, kenapa sih lo...? marah sama gue...? nanti juga gue ganti Ram...”
“Loh, apa hubungannya...?” tanyaku heran.
“Yaa... Gue kira lo marah sama gue gara-gara kemaren gue minjem duit...” katanya sambil garuk kepala.
“Gue lagi bete aja... Masalah duit mah masih 6 hari lagi... Awas aja lo telat...” kataku lalu pergi.
“Ram-Ram... Tunggu...!”
“Apa lagi...?”
“Hari ini gue gak bawa duit Ram...”
“Terus...?” kataku dengan nada kesal.
“Nanti pas istirahat, gue boleh minjem duit gak? Ceban ajah deh. Sumpah, gue lupa bawa duit, mana gak dibawain bekel pula...”
“Nanti apa sekarang...?” tanyaku lagi.
“Yaa... terserah sih, mau ngasih kapan...”
Aku melirik saku bajuku, dan ada uang 10 ribuan disana.
“Nihhh...” kataku mengeluarkan uang yang ada pada saku baju.
“Thank’s Ram, besok gue ganti...”
“Iyee...” jawabku lalu berjalan lebih cepat.
Sesampainya aku dikelas, sudah dikejutkan oleh teman-teman dikelas. Mereka semua berkumpul, dan berbicara keras. Mungkin ada konflik atau apalah.
“Assalamu’alaikum...” sapaku ketika memasuki kelas.
“Wa’alaikum salam, oii Ram dateng juga lo... Sini bro...” kata Hendra.
“Ada apa sih ini kumpul-kumpul... Belom pada ngerjain pr...?” kataku.
“Bukan Ram, bukan itu masalahnya...” jawab Hendra.
“Terus kenapa...?” lanjutku.
“Jadi gini, kemaren kan gue naro buku-buku gue di lemari. Nahh, sekarang buku gue pada gak ada. Itu masalahnya Ram...” jawab Hendra.
“Iya Ram, spidol juga cuma ada 2. Kemaren kan ada 10...” lanjut Mira.
“Kok bisa...? Emang lemari gak dikonci...?” tanyaku.
“Konci, tapi kan koncinya juga ditaro atas lemari...” jawab Mira.
“Yahhh... Pantes aja, itu sama aja lo ngasih umpan gratis buat maling...”
“Terus gimana dong Ram...? ada solusi gak...?” tanya Hendra.
“Hmmm... Gini aja, nanti lo tanya sama satpam, terus lo konsul atau lapor ke BK...” jawabku.
“Wah, bener juga tuh...” jawab Hendra.
Akhirnya Hendra, Mira dan Tuti melapor ke satpam bahwa kelas kami kehilangan buku dan spidol dilemari. Riri dan Wiwi melapor ke guru BK, mencari tahu siapa pelakunya. Siswa atau orang lainkah yang mengambilnya. Ada satu yang membuatku curiga. Kemarin setelah semua pulang, hanya aku yang ada dikelas. Namun setelah aku pulang, Arya masih mengerjakan tugasnya. Tetapi yang membuatku curiga ketika dia meminta izin padaku kemarin.

[Kemarin]
“Ram, lu mau pulang ?” tanya Arya menghampiriku.
“Iya, kenapa emang ? lu mau pulang juga ?” jawabku sambil menutup laptopku.
“Enggak sih, masih lama Ram...” lanjutnya.
“Oh yaudah...” jawabku lalu pergi.
“Eh Ram.. tunggu !” panggil dia, lalu menghampiriku yang sudah didepan pintu.
“Apa lagi ?” tanyaku.
“Gue boleh minjem kelas lu sebentar kan ? mumpung ada ketua kelasnya nih... cuman sebentar kok...” katanya.
“Yaudah, kalo udah selesai dirapihin lagi... ! awas aja kalo besok gue liat nih berantakan !” tegasku.
“Oke Ram, sipp...” jawabnya.
Hanya itu yang aku ingat kemarin. Arya lah yang terakhir memakai kelasku. Mungkin dia tau jawabannya. Atau mungkin saja, dia yang mengambilnya. Langsung saja aku segera menuju kelasnya, dan mencari dia.
“Assalamu’alaikum !” salamku ketika memasuki kelas Arya.
“Wa’alaikum salam...” jawab salah satu siswi dikelas itu.
“Ada Arya gak...?” tanyaku yang masih didepan pintu.
“Wah, dia gak masuk tuh...” jawab siswi itu lagi.
“Kemana...?” tanyaku heran.
“Gak tau deh, gak  ada kabar...” jawabnya.
“Oh gitu yaa... yaudah deh, makasih yaa... assalamu’alaikum...” kataku lalu meninggalkan kelasnya.
“Wa’alaikum salam” jawabnya.
Hanya dia yang tahu jawabannya, atau bisa saja dia yang mengambil barang dikelasku kemarin. Jika bukan dia, siapa lagi yang mengambilnya ? kemarin masih ada banyak spidol sebelum aku pulang. Bukan berarti aku berburuk sangka padanya, tetapi ini hanya dugaan saja. Mungkin besok ketika dia masuk, aku akan langsung bertanya padanya.
[Esok Hari]
Hari ini aku benar-benar akan menemui dia langsung. Jika tidak, ini pasti tak akan pernah usai. Jika memang benar dia pelakunya dan dia mau meminta maaf, maka aku akan memaafkannya. Tetapi jika memang benar dia pelakunya tapi dia tidak mau meminta maaf, maka aku tidak akan memaafkannya sampai kapanpun.
Ketika perjalanan menuju sekolah, aku dikejutkan oleh peristiwa yang benar-benar aku tidak bisa percaya. Aku melihat, dia sedang merokok di warung pinggir kali itu. Jelas sekali aku melihatnya. Ya ! itu dia ! dia ARYA yang aku cari kemarin. Langsung saja aku putarkan steer motorku ke warung itu.
“Woy ! ngapain lo disini ?” tanyaku ketika dihadapannya.
“Ehh, elo Ram... tumben lo lewat sini...?” jawabnya.
“Iya, emang... gue kesini mau ketemu lo, ada yang mau gue omongin... cepet kesekolah, gue tunggu...” kataku yang tak banyak basa-basi, lalu meninggalkan tempat yang penuh asap itu.
Sampai dikelas, aku dikejutkan lagi oleh temanku. Ada lagi laporan yang hilang. Kali ini bukan hanya barang, tetapi uang. Uang ? ini benar-benar sudah kelewat batas. Siapa sebenarnya pencuri ini ? jika aku fikir-fikir, ini bukan Arya. Karena kemarin dia tidak masuk sekolah.
“Jadi gimana dong ? aduhh, itu uang buat study tour lagiii... aduhh, abis gue diomel-omelin sama bokap gue...” kata Indri panik.
“Ram... gimana nihh? Apa kita lapor BK aja ?” tanya Hendra.
“Gue bingung Dra... lagian, kenapa lu taro dilemari sih Ndri?? Lu tau kan kalo kemaren itu ada barang yang ilang gara-gara ditaro dilemari ?” jawabku yang sedikit mengomel pada Indri.
“Abis gue takut Ram... kemaren itu gue pengen bayarin uangnya, tapi si Sinta gak masuk... jadi, biar gue gak lupa, gue taro lemari aja uangnya...” jelasnya dengan lemas.
“Yaudah, lo sama Hendra lapor aja ke BK... cepet !” kataku kesal.
[Istirahat]
“Dra, gue punya rencana...” kataku pada Hendra.
“Apaan Ram ?” tanya Hendra.
“Jadii gini...(Menunduk, dan berbicara pelan) gue mau taro duit gue dilemari, terus nanti kita taro kamera Hp disitu. Posisi kamera udah keadaan merekam, pasti bakalan ketauan siapa pelakunya...” kataku berbisik.
“Wah, boleh juga ide lo Ram... emang lo mau naro duit berapa ?” tanya dia.
“Lima ratus ribu...” jawabku berbisik.
“Wah, gila lo Ram... gak salah...?” katanya.
“Engga, udah ikutin gue aja... kita taro posisi hp yang gak bakalan keliatan sama tuh maling...” jawabku.
“Dimana Ram...?” tanyanya lagi.
“Tuh...!(Sambil menunjuk ke arah atas) gak ketauan kan ?, ntar pulang sekolah, bantuin gue, okee...!” jawabku.
“Sip Ram...!”
Semoga saja rencana itu berhasil, dan jika pencuri itu adalah Arya. Aku benar-benar tidak akan memaafkannya. Aku akan meminta sekolah untuk memberhentikannya. Pagi tadi, aku sudah berbicara padanya, dan menanyakan barang yang hilang itu. Tetapi dia tidak mengaku, aku masih curiga dengannya.
[Pulang sekolah]
“Ayo Dra, lo yakin kan udah aman...?” tanyaku.
“Udah Ram, gak ada siapa-siapa... cuman kita berdua...” jawabnya didepan pintu, lalu menutupnya.
“Oke, selesai... semoga sukses...” kataku.
“Ayo Ram, kita pulang...!” ajak Hendra, aku dan hendra pun meninggalkan kelas.
[Esok hari]
“Loh, Ram... hp lo kemana???” kata Hendra panik.
“Lah... kemaran kan gue taro situ...(menunjuk ke arah atas)” kataku.
“Wahh, Ram... kayaknya tuh maling lebih pinter...” jawab Hendra, aku pun langsung menuju lemari dan memeriksanya.
“Astaghfirullah ! ilang Dra !” teriakku.
“Serius lo Ram ?” jawabnya lalu menghampiriku.
“Liat, malah ada tulisan begini... “Hahaha, lo gak akan bisa ngejebak gue... dasar TOLOL” “ kataku sambil memberikan secarik kertas.
“Ini gak bisa dibiarin Ram... gue harus lapor BK...!” katanya lalu langsung pergi meningglkan kelas.
Memang, baru ada kami berdua dikelas. Belum ada siapa-siapa, tetapi ada satu yang tidak diketahui Hendra. Aku menaruh dua kamera dikelas ini. Yang satunya aku taro disudut atas kelas, yang sulit terlihat oleh siapapun. Aku pun segera mengambil kamera itu perlahan. Dan setelah dapat, terlihat dilayar itu masih saja merekam. Aku stop rekaman itu, dan langsung membuka rekaman kemarin.
Berjalan 5 menit setelah aku dan Hendra meninggalkan kelas masih belum ada peristiwa. Namun ketika menit ke-7, ada seseorang yang memasuki kelas. Masih belum terlihat jelas siapa orang itu. Ternyata pencuri itu sudah tahu jika ada kamera dan langsung mengambilnya. Dan dia langsung menuju lemari, dan mengambil uang yang aku taruh didalamnya.
Pencuri itu menuliskan sesuatu diselembar kertas, dan tulisan itu di tukar dengan uang lima ratus ribu milikku. Lalu pencuri itu langsung pergi. Aku putar terus rekamannya hingga 3 kali. Dan ketika aku zoom, aku melihat wajah itu tak asing bagiku. Aku kenal dia !
“Astaghfirullah...! HENDRA !” kataku kesal yang sambil melihat video itu.
“Ram ???” hendra dan guru BK masuk.
“BA – JI – NGAN !!!!” kataku marah.
“Dia pelakunya bu !!!” lanjutku sambil menunjuk Hendra.
“Ram, maksud lo apa ...? kok...? kok gue...?” tanyanya panik.
“Gue bukan orang tolol ! gue pasang dua kamera dikelas ini, dan satu kamera yang gak lo tau dimana posisinya... karena, gue gak gampang percaya sama orang !” jelasku marah.
“Tapii tapiii....” katanya panik.
“Ini bu, buktinya... saya cuma berharap, dia dikeluarin dari sekolah ini !!!” kataku sambil memberikan kamera itu.
“Hendra ! Ikut Ibu ke kantor !!!” kata guru BK lalu meninggalkan kelas.
Ya, berakhir sudah pencarian pencuri itu. Aku memang bodoh, sudah berburuk sangka pada Arya. Yang belum jelas kepastiannya, dan kini aku telah berhasil mengusir satu virus disekolahku. Mulai saat ini, aku tidak akan gampang percaya oleh siapapun. Dan aku tidak akan berburuk sangka jika itu belum jelas kebenarannya.
End.

Kumpulan Cerpen [Rama]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang