[10] Akankah ???

54 2 0
                                    

[Senin pagi]
Pagi itu aku melewati beberapa kelas sebelum aku menuju ke kelasku. Satu-persatu kelas aku lewati, terlihat di dalamnya hanya ada beberapa murid saja yang baru datang. Hanya mereka yang rumahnya berjarak dekat dari sekolah yang datang lebih awal. Rumahku lumayan dekat dari sekolah, itu sebabnya aku datang setelah mereka yang lebih awal. Ada satu kelas yang ku lihat dan itu hanya ada 3 orang siswi di dalamnya padahal waktu sudah menunjukan pukul 06:00. Entah diantara mereka memang berjarak jauh dari sekolah atau memang malas untuk datang pagi. Yaa, begitulah anak zaman sekarang.
Beda dengan cerita orang tuaku kala sekolah dulu. Mereka selalu datang lebih awal, setelah sampai di sekolah, mereka langsung membuka buku meskipun bel belum berbunyi. Datang ke sekolahpun hanya bermodalkan kaki yang kuat dengan selembar uang 100 rupiah. Beda dengan saat ini, sesampainya di sekolah langsung membuka hp dan bersenda gurau. Datang hanya sekedar datang, tak tahu apa niat awal dari datang ke sekolah. Mereka semua lupa akan niat awal mereka. Namun ketika ditanya, “Apa yang kalian inginkan ?” dan jawaban mereka sangatlah instan, “Ingin jadi orang sukses...!”. Akankah bisa seperti itu ? kita lihat saja nanti.
“Assalamu’alaikum...” kataku sambil berjalan dan memilih tempat duduk di tengah-tengah.
“Wa’alaikum salam...” jawab 5 orang siswi dan 1 siswa yang sudah datang.
“Eh Ram, sini ajah di belakang... Ngapain ditengah-tengah sendirian ?” kata Arifin mengajak.
“Gak deh, gue disini aja...” sambil melepaskan tas dari pundakku.
“Yaahh elah, masih kaku aja lo Ram...” sambil berjalan ke arahku dan duduk di depan menghadap ke arahku.
“Yaudah... gue lagi mau disini...” jawabku sambil membuka jaket.
“Eh... denger-denger sih hari ini gak ada gurunya Ram... Free... ! “ katanya dengan nada senang.
“Seriuss...? “ kataku dengan nada dan wajah heran.
“Tau dari mana lo ? “ lanjutku.
“Serius lahh... Tadi kan gue lewat meja piket, terus dikasih ini...” katanya sambil menunjukan selembar kertas.
“Apaan tuh...?” tanyaku.
“Tugaslahh...” jawabnya.
“Oh... Bagus dehh...” jawabku santai.
Semoga hanya satu guru saja yang tidak dapat hadir, agar kami semua bisa belajar untuk mempersiapkan Ujian nanti. Karena, akhir-akhir ini guru mata pelajaran UN, jarang hadir dan selalu memberikan tugas. Jadi, kami tidak tahu benar atau salahnya tugas itu.
[Jam pelajaran ke-2]
“Ram, lo udah selesai...? udah abis nih pelajaran pertama...” kata Dika yang duduk  di sampingku.
“Belom, dikit lagi nihh...” kataku sambil menulis dengan terburu-buru.
“Yaudah, selesaiin di rumah aja... gue juga belom selesai...” jawabnya sambil menunjukan bukunya.
“Yeee, tanggung... dikit lagi juga selesaii...” kataku sambil terus menulis.
“Tuhhh kan selesai... huuuffttt....” lanjutku lalu melepaskan pena yang menempel di jariku.
“Terlalu rajin lo Ram...” katanya.
“Kalo gak gini, gimana bangsa Indonesia bisa maju? Generasi penerusnya aja gak ada yang semangat kalo belajar. Mau jadi apa bangsa kita nanti...? apa yang bisa lo kasih buat Indonesia? belajar aja ogah-ogahan...” kataku sambil menutup buku.
“Tapii Ram...” katanya lalu aku potong.
“Tapi apa??? Udah kerjain tugas lo Dik... mumpung gurunya belom dateng...” kataku.
“Iyaa dehh, gue kalah Ram... Iye gue kerjain...” katanya lalu membuka bukunya kembali.
Akhirnya, temanku itu masih mau mendengarkan kata-kataku. Meskipun dengan hentakan terlebih dahulu. Dengan begini, semakin banyak orang yang sadar. Kita sebagai teman, jangan sampai membiarkan teman kita terjerumus ke dalam dunia yang salah. Saling mengingatkanlah, dan saling menasihati dalam kebaikan.
[Beberapa menit kemudian]
“Nih gurunya kemana yaa...? blom dateng juga...” kataku.
“Tuhh kan bener kata gue Ram, pasti gurunya gak ada lagi...” jawab Dika.
“Yaaa, kalo gitu kita panggil aja... Ayo ke kantor...” kataku mengajak.
“Eeeeeemmmm... udah, biarin aja Ram... nanti juga gurunya ke sini...” kata Dika sambil menggaruk kepala.
“Tuhhh kan, lo kambuh lagi.. tadi baru aja sadar, sekarang maksiat lagi...” kataku.
“Yaaa, bukannya begitu Ram... Gue cuma lagi males aja ke kantornya...” jawabnya dengan wajah heran.
“Ohh... jadi, lo pengen ngasih ke indonesia yang terbaik apa enggak???” tanyaku.
“Iyaaa deh iyaa... Ayo...” katanya lalu beranjak dari tempat duduknya.
Sesampainya kami di kantor guru, ternyata mereka semua sedang sibuk. Mengurus berkas-berkas mereka, mondar-mandir yang tak karuan. Dan ada satu guru yang tidak sibuk seperti guru lainnya. Aku menghampirinya dan menanyakan padanya tentang peristiwa yang aku lihat tadi.
“Assalamu’alaikum pak...” kataku menghampirinya dan mencium tangannya.
“Wa’alaikum salam... ada apa Ram , Dik ? kok kalian keluar kelas...?” jawabnya.
“Loh pak, justru saya mau jemput gurunya... kok di kantor pada sibuk semua yaa pak ? ada apa sih pak...?” tanyaku.
“Yaa begitulah Ram... mereka semua dibebani oleh PNS mereka... lagi ngurus buat jadi PNS, sampai-sampai kalian murid malah terlantar...” jawabnya lemas.
“Loh PNS ? bapak sendiri gak ngurus...?” tanyaku lagi.
“Yaa, bapak kan 3 tahun lagi pensiun Ram... jadi, buat apa bapak ngurus yang begituan... nanti kalo bapak juga ngurus, siapa yang mau ngajar agama ke kalian...?” jawabnya.
“Terus kelas saya gimana pak...? masa gak ada yang ngajar lagi....” kataku.
“Yaudah, kamu tanya gurunya... ada tugas atau engga, jaga kelas kamu Ram... jangan sampe berisik...” jawabnya.
“Yaudah, kalo gitu makasih ya Pak...” kataku lalu mencium tangannya.
“Assalamu’alaikum...” salamku lalu pergi.
“Wa’alaikum salam...”
Akhirnya aku dan Dika menghampiri guru EKONOMI. Dan ketika aku sampai, ternyata dia juga sedang sibuk dengan urusan PNS nya. Aku sudah feeling, pasti dikasih tugas. Tidak mungkin dia masuk ke kelas, berkasnya saja menumpuk disamping kanannya.
“Assalamu’alaikum Bu...” ucapku lalu mencium tangannya.
“Wa’alaikum salam, eh Ram.. ada apa..?” katanya yang sambil mengisi kertas di atas mejanya.
“Ibu, sekarang jam pelajaran Ibu...” jelasku.
“Wah, pelajaran ibu yah...? aduhhh, ibu lagi sibuk banget nih Ram... ibu kayaknya gak bisa masuk kelas deh, tapi ibu punya tugas untuk kelas kamu..” katanya lalu menghentikan pekerjaannya.
“Nihh Ram...” mengasih selembar kertas.
“Setelah jam pelajaran kamu habis, kasih lagi ke kelas xii yang lain... soalnya hari ini ibu full di kelas xii... jadi kelas xii, gak ada yang belajar ekonomi... Cuma ibu kasih tugas aja....” lanjutnya lalu melanjutkan tugasnya itu.
“Yaudah bu, kalau gitu saya ke kelas yaa... assalamu’alaikum...” ucapku mencium tangannya lalu meninggalkan tempat itu.
Sungguh menyebalkan hari ini. Guru tidak ada yang masuk sama sekali, sebenarnya apa yang mereka sibukkan ? hanya sekedar PNS saja ? kami semua terlantar begitu saja...? jika begini adanya AKANKAH kami semua akan lulus ? memang banyak sekali murid yang senang jika guru itu tidak masuk. Namun, mereka tidak sadar jika Ujian Nasional hanya menghitung hari saja.

~~**~~
Akhirnya selama satu minggu lebih, kami semua terlantar. Tidak ada yang mengajar kami, kecuali hanya satu guru saja. Yaitu guru agama di sekolah kami. Hanya dia yang perduli terhadap pendidikan kami. Jika saja waku seminggu itu dimanfaatkan dengan belajar yang serius, pasti kami akan siap untuk menghadapi Ujian Nanti. Jika saja itu bisa diulang... tetapi sudahlah, waktu sudah berlalu. Mulai saat ini, aku dan teman kelasku sepakat, jika tidak ada guru, kami semua membahas pelajaran dan soal-soal UN. Mudah-mudahan saja kami sukses, aamiin...
End.

Kumpulan Cerpen [Rama]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang